Adsense Indonesia

Tuesday, January 5, 2010

SUNGAI PENGHANYUT DOSA





Macam-Macam Dosa
Manusia hidup di dunia ini, selalu  melakukan dosa yang bisa digolongkan menjadi tiga macam. Pertama adalah dosa Rububiyah, yaitu dosa dimana seseorang punya anggapan bahwa dirinya besar, punya keagungan, kelebihan dan kehebatan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Atau bisa diartikan, dosa Rububiyah adalah dosa yang dilakukan oleh manusia karena telah merampas dan menyandang sifat-sifat yang sebenarnya hanya khusus dimiliki oleh Allah saja. Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi;

“  Keagungan adalah pakaian-Ku, kesombongan adalah jubah-Ku, barang siapa menarik keduanya dari-Ku, niscayaAku lemparkan ia ke neraka.” (Hadits Riwayat Muslim)

 Termasuk dosa dalam jenis ini adalah takabur, membanggakan diri, ria’, sum’ah, ujub dan lain sebagainya.  Seluruh dosa yang berkaitan dengan kekufuran, kedengkian, dendam, ambisi, dan lain sebagainya, maka termasuk dosa dalam jenis ini.
Kemudian yang kedua adalah dosa Jasadiyah, yaitu dosa yang dilakukan oleh manusia sebab hawa nafsu dan sifat kebinatangan yang dimilikinya. Rasulullah SAW.  Bersabda;

“  Tidak ada bejana yang diisi oleh anak Adam yang lebih buruk dari perutnya.(Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya)

Al-Ghozali mengatakan, bahwa berlebihan dalam makan, mengakibatkan banyak keburukan. Ia akan memacu anggota badan untuk melakukan kemaksiatan, dan menjadikannya berat melakukan ketaatan. Ibrahim bin Adam berkata, “Barang siapa menjaga perutnya, maka akan terjaga Dien-nya. Barang siapa mampu menguasai rasa laparnya, akan memiliki akhlaq yang baik. Sesungguhnya kemaksiatan itu jauh dari orang yang lapar dan dekat dengan orang yang kenyang.”




Dosa yang disebabkan karena makanan inilah yang dimaksud dengan dosa Jasadiyah. Termasuk dosa jenis ini adalah berzina, minum khomr, mencuri, makan harta haram, riba, berjudi, liwath, dan lain sebagainya. Kalau jenis dosa yang pertama sumbernya adalah sifat buruk manusia yang bersemayam dalam hatinya maka yang kedua ini sumbernya adalah nafsu manusia yang bergejolak untuk mengejar kenikmatan-kenikmatan jasadnya, yaitu kenikmatan makan, seksual, dan kekuasaan.

Kedua jenis dosa ini termasuk dosa yang dikategorikan Kabair(Dosa-dosa besar), yaitu dosa sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Imam Adz-Dzahabi, yakni semua larangan Allah dan Rasul-Nya, yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunah, juga atsar para salafus shalih.

Kemudian yang ketiga, adalah dosa-dosa kecil, yaitu dosa yang manusia sulit menghindarinya, melakukannya tanpa sengaja, atau memang karena ketidak hati-hatian dan kelalaiannya. Biasanya dosa ini adalah dosa yang tidak ada kaitannya dengan perampasan hak-hak adami (manusia), dan tidak ada kaitannya dengan penentangan terhadap Allah SWT. tetapi lebih kepada kedholiman yang akan merugikan diri sendiri dan dilakukan atas dasar kelemahannya bukan kekufurannya. Namun dosa-dosa kecil ini akan menjadi besar apabila terus menerus dilakukan.

Dari semua dosa yang disebutkan di atas, maka dosa yang paling besar adalah syirik, yaitu dosa yang Allah tidak akan mengampuninya kecuali manusia bertaubat kepada Allah SWT  sebelum kematiannya.

Macam-Macam Penghapusan Dosa
Semua jenis dosa diatas ada yang diampuni dan dihapus oleh Allah di dunia dan ada yang dihapus di akherat (Siksaan alam kubur dan neraka). Penghapusan ini ditegaskan oleh Allah dalam Alqur’an.





“Agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.” (QS.Az-Zumar: 35 )

Ibnul Qoyyim Al-jauziah rahimahulloh berkata bahwa, orang yang berdosa, mempunyai tiga sungai besar untuk membersihkan dosa-dosanya di dunia. Jika belum bersih, maka ia akan dibersihkan pada hari Qiamat di sungai neraka. Tiga sungai itu adalah, pertama sungai taubatan nashuha, kedua sungai kebaikan yang melimpah ruah yang akan menghanyutkan dosa-dosanya, dan yang ketiga adalah sungai musibah dan cobaan yang tengah menimpanya. Beliau juga mengatakan, “Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada diri hamba-Nya, maka Ia akan memasukkannya ke dalam sungai-sungai tersebut, sehingga ia datang pada hari qiyamat dalam keadaan bersih dan tak perlu lagi dibersihkan di neraka”

Termasuk sungai yang akan menghanyutkan dosa adalah zakat dan shodaqoh (tathowu’). Hal ini dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam firmannya;




 “  Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar  lagi Maha Mengetahui.” (QS.At-Taubah:103)
                                                                                         
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari sahabat Mu’ad bin Jabal ra dan ia menshahihkannya. Bahwasanya Rasulullah SAW. Bersabda,
                                                                                                                           
“  Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Aku (Mu’adz) berkata: ’Baik ya Rasulullah!’ Rasul bersabda: ’Puasa adalah benteng, dan sodaqoh akan menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”

Hadits yang sama juga diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dalam Shahihnya, Rasulullah SAW Bersabda, “Puasa adalah benteng dari neraka, dan sodaqoh akan menghilangkan kesalahan sebagaimana mencairnya es di atas batu.”

Hikmah Puasa
Bulan Ramadhan adalah bulan yang dijadikan  Allah sebagai anugerah  bagi manusia, agar ia berlatih melaksanakan Amal-amal penghapus dosa tersebut. Ibadah puasa disyari’atkan, agar manusia terlatih untuk menghadapi berbagai kesulitan, musibah, serta cobaan dengan sabar dan hati yang lapang. Puasa juga akan menyadarkan manusia bahwa kemulyaan dan kebahagiaan, haruslah diraih dengan perjuangan, pengorbanan, dan kesabaran. Di samping itu, Manusia harus tabah terhadap segala musibah,  karena musibah akan merontokkan sebagian dosa-dosanya. Musibah akan bisa menghancurkan batu karang keangkuhan dan ketakaburannya, dan memaksa manusia memahami kelemahan dan ketidak berdayaannya.

Dalam bulan Romadhon manusia juga diperintahkan banyak mengerjakan sholat malam, baca qur’an, I’tikaf, berdzikir, dsb agar dirinya terlatih dan terbiasa melakukan ibadah kepada Allah Ta’ala, agar memahami dan merasakan bahwa ibadah adalah tujuan diciptakannya, kebutuhan hidupnya, yang darinyalah ia menemukan ketenangan dan kebahagiaanya. Ketika ibadah sudah dianggap sebagai kebutuhan hidup oleh manusia, maka ia akan mengutamakannya, menjaganya, dan tidak akan melepaskannya karena melepaskannya berarti adalah kesempitan hidup baginya. Barang siapa yang selalu istiqomah dalam ibadah dan senantiasa bertaubat, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya, dan menghapus kesalahan-kesalahannya.

Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS.At-Tahrim : 8)

Rasulullah SAW Juga bersabda, “Sholat lima waktu, jum’at satu hingga jum’at berikutnya, Romadhon satu hingga Romadhon berikutnya, menghapuskan dosa diantara keduanya, selama tidak melakukan dosa-dosa besar.” (Hadits riwayat Muslim)

Di bulan Romadhon, Allah juga memerintahkan manusia untuk banyak-banyak bershodaqoh, dan menutup puasanya dengan Zakat Fithri, agar manusia memahami bahwa pengabdian kepada Allah harus disempurnakan dengan membina kasih sayang sesama manusia, membantu fakir miskin, anak yatim, dan siapa saja yang membutuhkannya. Ini akan menghapus sebagian dosa-dosanya, sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah kepadanya, serta pembuka pintu amal-amalnya.

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha bahwa orang-orang menyembelih seekor domba. Lalu Nabi bertanya “Apa yang masih menyisa dari domba itu?” Aisyah menjawab, “Tidak ada yang menyisa kecuali tulang bahunya.” Beliau bersabda, “Semuanya masih menyisa kecuali tulang bahunya.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan ia menshahihkannya)

Hadits Aisyah ini menjelaskan, bahwa rezeki yang hakiki bagi manusia adalah rezeki yang telah dishodaqohkannya. Sedangkan rezeki yang disimpan dan dinikmatinya bukanlah rezeki yang hakiki baginya. Rezeki yang dishodaqohkan, maka ia akan dibalas dan dilipat gandakan oleh Allah sebagai balasan di akherat. Sementara rezeki yang dimakan, maka akan menjadi darah yang mengalirkan hawa nafsunya, yang jika ia tidak mampu menahannya akan menjadi perbuatan dosa.
Itulah bulan Romadhon, ia adalah bulan penggemblengan bagi manusia agar menjadi seorang hamba yang bertaqwa dan kelak ia akan menghadap Allah SWT pada hari qiyamat dengan keadaan suci dari segala dosa. Allah Ta’ala berfirman,


“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS.Al-Baqoroh:183)

Imam Ibnu Katsir berkata berkaitan dengan ayat ini, “Sesungguhnya di dalam puasa itu ada pensucian bagi badan(jiwa), dan penyempitan bagi langkah-langkah syetan (dalam menjerumuskan manusia)”

Hari Raya



Maka dari itu, orang yang ber-Hari Raya adalah orang yang mau memahami makna bulan puasa dan hari raya, mengamalkanya, dan memperlakukanya sesuai dengan tujuan disyari’atkanya. Sehingga bulan puasa tersebut bisa mengantarkanya ke derajat taqwa Mereka itulah yang sebenarnya ber-Hari Raya. Sementara orang yang tidak mau memahami makna dan hakekat bulan puasa dan hari raya, kemudian  menyambutnya denga hura-hura, bahkan dengan cara-cara yang mengandung kemaksiatan dan kebid’ahan seperti apa yang telah dipertontonkan sebagian besar umat Islam hari ini, jelas mereka tidaklah ber-Hari Raya yang sebenarnya.Walaupun mereka berpakaian baru, naik kendaraan baru, dan rumah berpenampilan baru, namun tidak memiliki jiwa yang baru dan amal baru yang baru. Bahkan mungkin jiwa dan amalnya lebih buruk keadaanya dari sebelumnya. Syetan telah memperdayai mereka, membelokkan pemahaman dan amal mereka, serta menghilangkan nikmat yang paling berharga bagi mereka. Mereka bergembira dan berpesta pora di bawah bayang-bayang kerugian mereka. Dan merekalah orang yang sebenarnya lebih pantas menangis daripada tertawa. (Oleh : Zul Fahmi)

Bahan Bacaan :
1.       “Madarijus Salikin”, Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziah.
2.       “Syarful Ummatil Muhammadiyah” Dr. Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani
“Mukhtashor Minhajul Qosidin” Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisy


Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 comments: on "SUNGAI PENGHANYUT DOSA"

Post a Comment