tag:blogger.com,1999:blog-11541264088589500812024-03-13T22:47:34.792+07:00MentalisMendalami Tafsir Al Qur'an dan Al HaditsAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.comBlogger27125tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-65403826839773969942010-01-14T18:20:00.001+07:002010-01-14T18:22:42.757+07:00Ja'far Bin Abi Thalib<div style="text-align: justify;"><i><b>Oleh Zul Fahmi, 12 September 2009</b></i> <br />
<br />
(Rasulullah n bersabda: "Aku lihat Ja'far bin Abi Thalib a terbang di dalam surga seperti malaikat, terbang di dalamnya dengan sayap lebar yang berlumur darah." )<br />
<br />
<br />
A. Nasabnya<br />
Dia adalah Ja’far bin Abi Thalib a. Dan nama Abu Thalib adalah ‘Abdu Manaf bin ‘Abdul Muthalib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf bin Qushai Al-Qurasyi Al-Hasyimi. Ia adalah anak paman (sepupu) Rasulullah n, dan saudara kandung ‘Ali bin Abi Thalib a. Ia dijuluki dengan Abu ‘Abdullah karena anaknya bernama ‘Abdullah. <br />
<br />
Ibunya adalah Fathimah binti Asad bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf bin Qushai. <br />
Ja’far adalah anak ketiga dari ayahnya Abu Thalib, dan Thalib adalah anaknya yang terbesar, kemudian ‘Uqail, setelah ‘Uqail adalah Ja’far dan setelah Ja’far adalah ‘Ali. Setiap seorang dari mereka lebih besar sepuluh tahun dari saudaranya. ‘Ali adalah anak yang paling muda. Ibu mereka adalah Fathimah binti Asad bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf bin Qushai. Fathimah adalah Hasyimiyah pertama yang dinikahi oleh Hasyimi. Ia telah masuk Islam dan berhijrah ke Madinah. Meninggal pada masa Rasulullah n, dan Rasulullah n ikut menguburkannya. <br />
<br />
Ja’far a telah masuk Islam pada saat Rasulullah n belum memasuki Darul (rumah) Arqam bin Abil Arqam a yang di dalamnya Rasulullah n menyerukan dakwahnya. Ia masuk Islam tidak lama setelah Islamnya saudaranya, ‘Ali bin Abi Thalib a. Diriwayatkan bahwa suatu saat Abu Thalib melihat Nabi n shalat bersama ‘Ali a, dan ‘Ali berada di samping kanan beliau, maka kemudian ia berkata kepada Ja’far a:<br />
<br />
<div style="text-align: right;">صل جناح ابن عمّك، و صلِّ على يساره<br />
</div>“Sambunglah sayap saudara sepupumu, dan shalatlah di sebelah kirinya”.<br />
Ada yang mengatakan bahwa Ja’far a masuk Islam setelah tiga puluh satu orang masuk Islam, dan dia adalah yang ke tiga puluh dua. Maka Ja’far a, termasuk dari golongan yang pertama kali masuk Islam. <br />
<br />
B. Keluarganya<br />
Istrinya adalah Asma` binti ‘Umais bin An-Nu’man bin Ka’ab bin Malik bin Quhafah bin Khats’am Al-Khats’imiyah s. Lahirlah darinya di Habasyah tiga orang anaknya: ‘Abdullah, ‘Aun dan Muhammad.<br />
<br />
C. Berhijrah ke Habasyah<br />
Ketika Rasulullah n melihat ujian yang ditimpa oleh para sahabatnya, dan tidak adanya keamanan, sedangkan beliau tidak mampu untuk menghalangi dari musibah yang menimpa mereka, maka beliau n kepada mereka: “Seandainya kalian keluar ke negeri Habasyah, sungguh di sana terdapat seorang raja yang tidak pernah mendzalimi seorang pun dari rakyatnya, ia adalah negeri kebenaran, sehingga hal dapat menjadi jalan keluar bagi kalian atas musibah ini.” <br />
<br />
Di Habasyah terdapat seorang raja yang adil yang bernama An-Najasyi, ia tidak pernah mendzalimi seorang pun di tempat ia berkuasa.<br />
Maka keluarlah kaum Muslimin, para sahabat Rasulullah n, ke negeri Habasyah untuk menghindari terjadinya fitnah. Ini terjadi pada tahun Ke-lima dari kenabian, delapan tahun sebelum hijrah ke Madinah. Dan ini adalah hijrah pertama di dalam Islam dan hijrah yang pertama ke negeri Habasyah. <br />
<br />
Sebagaimana Ja’far adalah termasuk dari golongan yang pertama kali masuk Islam, maka ia juga menjadi salah satu dari orang-orang yang berhijrah ke Habasyah. Ia berhijrah ke Habasyah bersama istrinya, Asma` binti ‘Umais bin An-Nu’man bin Ka’ab bin Malik bin Quhafah bin Khats’am Al-Khats’imiyah s. Maka lahirlah darinya di Habasyah tiga orang anaknya: ‘Abdullah, ‘Aun dan Muhammad. <br />
<br />
Nabi n mengutus Ja’far a untuk menyampaikan surat kepada An-Najasyi. <br />
Nabi n telah memberikan surat ini kepada sepupunya, Ja’far a untuk disampaikan kepada An-Najasyi sewaktu hijrahnya ke Habasyah, meminta agar An-Najasyi memberikan keadilan kepada orang-orang asing yang datang di negerinya dari kaum Muslimin. Yang mana mereka adalah orang-orang yang pertama kali hijrah dari kaum Muslimin ke negeri Habasyah. Nabi n juga menyeru An-Najasyi kepada Islam.<br />
<br />
Ketika kaum Quraisy melihat para sahabat Rasulullah n telah mendapatkan keamanan dan ketentraman berada di negeri Habasyah, serta mendapatkan tempat tinggal ketenangan di sana, maka mereka mengutus dua orang yang kuat pendiriannya dari kaum Quraisy kepada raja An-Najasyi untuk memberikan fitnah kepada mereka tentang agama mereka dan mengeluarkan mereka dari tempat hijrah mereka. Kaum Quraisy mengutus ‘Abdullah bin Abi Rabi’ah dan ‘Amru bin Al-‘Ash bin Wail. Mereka mengumpulkan untuk keduanya hadiah-hadiah yang akan diberikan kepada An-Najasyi dan para Batrixnya. Mereka menyuruh keduanya untuk memberikan hadiah-hadiah tersebut kepada setiap Batrix sebelum menemui An-Najasyi untuk membicarakan tentang kaum Muslimin yang berhijrah ke negeri Habasyah. Tidak ada satu Batrixpun dari para Batrix, melainkan telah mereka beri hadiah sebelum menemui An-Najasyi. Mereka mengatakan kepada setiap batrix, “Sungguh telah datang serombongan pemuda yang bodoh yang berlindung ke negeri raja kalian ini. Mereka telah memecah belah agama kaum mereka. Tetapi mereka tidak juga masuk ke dalam agama kalian. Mereka datang dengan membawa agama baru yang tidak kami ketahui dan tidak kalian ketahui. Kami telah diutus kepada Raja untuk membahas mereka, yang mana kami adalah orang yang paling mulia diantara kaum mereka untuk membawa mereka kembali kepada kaumnya. Maka jika kami menemui Raja untuk membicarakan masalah ini, maka berikanlah petunjuk kepada Raja agar dia menyerahkan mereka kepada kami, karena sesungguhnya kaum mereka lebih mengetahui kejelekan yang mereka lakukan terhadap kaum mereka.” Maka mereka –para Batrix- mengatakan, “Ya.”<br />
Kemudian kedua utusan Quraisy menyerahkan hadiah-hadiah kepada An-Najasyi dan diterimanya. Keduanya berkata kepada An-Najasyi, ‘Wahai paduka raja, sesungguhnya telah menyusup ke negeri paduka anak-anak muda kami yang tidak waras. Mereka meninggalkan agama kaumnya dan tidak masuk kepada agamamu. Mereka membawa agama yang mereka ciptakan sendiri. Kami tidak mengenal agama tersebut, begitu juga paduka. Sungguh kami diutus ayah-ayah mereka, paman-paman mereka, dan keluarga besar mereka untuk membawa mereka pulang kepada kaumnya, karena kaumnya lebih paham apa yang mereka katakan, dan lebih mengerti apa yang mereka cela’.”<br />
<br />
Tidak ada sesuatu yang paling dibenci ‘Abdullah bin Abu Rabi’ah dan ‘Amr bin Al-‘Ash bila An-Najasyi mendengar perkataan kaum Muhajirin. Para Batrix di sekeliling An-Najasyi berkata, “Keduanya berkata benar, wahai paduka raja. Kaum mereka lebih paham apa yang mereka katakan, dan lebih mengerti terhadap apa yang mereka cela. Oleh karena itu, serahkan mereka kepada kedua orang ini, agar keduanya membawa mereka pulang ke negeri dan kaum mereka’.”<br />
<br />
An-Najasyi murka. Ia berkata, “Tidak. Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian berdua. Jika ada suatu kaum hidup berdampingan denganku, dan memilihku daripada orang selain saya, maka aku harus mengundang dan bertanya kepada mereka tentang apa yang dikatakan dua orang ini tentang mereka. Jika mereka seperti dikatakan kedua orang ini, aku serahkan mereka kepada keduanya dan aku pulangkan mereka kepada kaumnya. Namun, jika mereka tidak seperti dikatakan keduanya, aku melindungi mereka dari keduanya, dan melindungi mereka dari keduanya, dan melindungi mereka selama tinggal berdampingan denganku.”<br />
<br />
Kemudian An-Najasyi mengutus seseorang kepada sahabat-sahabat Rasulullah n dan mengundang mereka. Ketika utusan raja An-Najasyi tiba di tempat mereka, maka mereka segera mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut, sebagian Muhajirin berkata kepada sebagian Muhajirin yang lain, “Apa yang kalian katakan kepada raja jika kalian datang kepadanya?” Mereka berkata, “Demi Allah, kami mengatakan apa yang telah kami ketahui. Apa yang diperintahkan Nabi dalam hal ini, itulah yang akan kita kerjakan.” Ketika mereka tiba di tempat An-Najasyi –yang ketika itu memanggil para uskupnya yang kemudian menebarkan mushaf-mushaf mereka di sekitar An-Najasyi. An-Najasyi bertanya kepada Muhajirin, ‘Apa sih sebenarnya yang berbeda agama kalian dengan agama kaum kalian, dan mengapa kalian tidak masuk ke dalam agamaku, serta tidak masuk ke dalam salah satu dari agama-agama yang ada?’”<br />
<br />
Ketika itu yang menjadi pemimpin orang-orang yang berhijrah ke Habasyah adalah Ja’far bin Abi Thalib a. Maka Ja’far mewakili kaum Muslimin berkata kepadanya, “Wahai raja! Kami adalah kaum jahiliyah, kami menyembah berhala, kami memakan bangkai, kami melakukan perbuatan yang keji dan memutus tali persaudaraan, menyakiti tetangga, yang kuat di antara kami menindas yang lemah di antara kami, kami berada di atas itu semua hingga Allah l mengutus kapada kami seorang Rasul dari golongan kami, yang mana kami mengetahui nasabnya, kejujurannya, keamanatannya dan kejauhan dirinya dari hal-hal yang buruk. Ia menyeru kami kepada Allah l untuk mengesakannya, menyembahnya dan meninggalkan apa yang kami dan nenek moyang kami menyembahnya berupa batu-batu dan berhala-berhala. Ia menyuruh kami untuk berkata jujur, menyampaikan amanat, menyambung tali persaudaraan dan berbuat baik kepada tetangga, menahan diri dari hal-hal yang diharamkan dan darah, melarang kami dari perbuatan keji dan berkata dusta serta memakan harta anak yatim, menuduh perempuan baik-baik melakukan zina, dan kami diperintahkan untuk menyembah hanya kepada Allah l tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun dan memerintahkan kami untuk melaksanakan shalat, membayar zakat dan berpuasa –kemudian Ja'far menyebutkan beberapa perkara dalam Islam-, maka kami membenarkannya, beriman kepadanya dan mengikutinya atas apa yang ia bawa dari Allah l, maka kami hanya beribadah kepada Allah l dan tidak menyekutukan-Nya, kami mengharamkan apa yang diharamkan kepada kami dan menghalalkan apa yang dihalalkan kepada kami. Maka kemudian kaum kami memusuhi kami, kemudian menyiksa kami, memfitnah kami agar kami keluar dari dien kami yang menyembah Allah l kepada penyembahan kepada berhala, agar kami menghalalkan perbuatan buruk. Maka ketika menyiksa kami, mendzalimi kami dan menghalangi dari dien kami, kami keluar ke negerimu, kami memilihmu dari selain anda, kami senang berada di sisimu dan kami mengharap agar engkau tidak mendzalimi kami, wahai raja.” Maka kemudian An-Najasyi berkata kepadanya, “Apakah kamu membawa sesuatu yang datangnya dari Allah l?” Maka kemudian Ja’far membacakan awal surat (كهيعص) . Maka menangislah An-Najasyi hingga membasahi jenggotnya, juga para pendetanya hingga membasahi mushaf-mushaf mereka ketika mendengarkan apa yang dibacakan kepada mereka. An-Najasyi berkata, “Sungguh hal ini dan apa yang datang dari ‘Isa adalah berasal dari sumber yang satu. Pergilah kalian berdua, hai utusan Quraisy! Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian berdua, dan mereka tidak bisa diganggu.”<br />
<br />
Ketika kedua utusan Quraisy keluar dari hadapan An-Najasyi, ‘Amr bin Al-‘Ash berkata, “Demi Allah, besok pagi aku mengahadap An-Najasyi dan memojokkan mereka.” ‘Abdullah bin Abu Rabi’ah –orang yang paling kuat di antara orang-orang Quraisy- berkata, “Jangan kerjakan itu, karena mereka mempunyai kerabat kendati mereka berseberangan dengan kita.” ‘Amr bin Al-‘Ash berkata, “Demi Allah, aku akan jelaskan kepada An-Najasyi, bahwa sahabat-sahabat Muhammad meyakini Isa bin Maryam adalah hamba biasa.”<br />
<br />
Keesokan harinya, ‘Amr bin Al-‘Ash menghadap An-Najasyi untuk kedua kalinya dan berkata kepadanya, “Wahai paduka raja, mereka mengakatakan sesuatu yang aneh tentang Isa bin Maryam. Oleh karena itu, kirim orang untuk menghadirkan mereka ke sini agar engkau bisa bertanya tentang tanggapan mereka terhadap Isa bin Maryam!” An-Najasyi mengirim seseorang untuk menanyakan tanggapan kaum Muslimin terhadap Isa bin Maryam.<br />
Ummu Salamah s berkata, “Kami belum pernah menghadapi persoalan seperti ini sebelumnya. Di sisi lain, kaum Muslimin mengadakan pertemuan. Sebagian di antara mereka bertanya kepada sebagian yang lain, ‘Apa yang akan kalian katakan tentang Isa bin Maryam jika An-Najasyi bertanya kepada kalian?’ Sebagian yang lain menjawab, ‘Demi Allah, kita katakan seperti yang difirmankan Allah, dan dibawa Nabi kita. Itulah yang akan kita katakan’.”<br />
<br />
Ketika kaum Muslimin masuk ke tempat An-Najasyi, An-Najasyi bertanya kepada mereka, “Apa yang kalian katakan tentang Isa bin Maryam?” Ja’far a menjawab, “Menurut kami, Isa bin Maryam ialah seperti yang dikatakan Nabi kami bahwa Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya, Ruh-Nya dan Kalimat-Nya yang ditiupkan ke dalam rahim Maryam yang perawan.” An-Najasyi membungkuk ke tanah guna mengambil tongkat, kemudian berkata, “Demi Allah, apa yang dikatakan Isa bin Maryam tentang tongkat tidak berbeda dengan apa yang engkau katakan.”<br />
<br />
Para Batrix yang di sekitar An-Najasyi pun mendengus ketika mendengar apa yang dikatakan An-Najasyi. An-Najasyi berkata, “Kendati kalian mendengus!” Kepada kaum Muslimin, An-Najasyi berkata, “Pergilah, kalian aman di negeriku. Barangsiapa menghina kalian, ia merugi. Barangsiapa menghina kalian, ia merugi. Barangsiapa menghina kalian, ia merugi. Aku tidak suka memiliki gunung dari emas sedangkan aku menyakiti salah seorang dari kalian. Kembalikanlah hadiah-hadiah ini kepada dua orang utusan Quraisy itu, karena aku tidak membutuhkannya. Demi Allah, Allah tidak mengambil suap dariku ketika Dia mengembalikan kekuasaan kepadaku kemudian aku mengambil suap di dalamnya. Manusia juga tidak patuh kepadaku hingga kemudian aku harus taat di dalamnya.” Kemudian kedua utusan Quraisy keluar dari hadapan An-Najasyi dalam keadaan terpukul hatinya dan hadiah-hadiah yang dibawanya ditolak An-Najasyi. Sedangkan kaum Muslimin tetap tinggal di negeri An-Najasyi dengan nyaman dan tetangga yang baik. <br />
<br />
D. Berhijrah Ke Madinah Al-Munawarah<br />
Ketika Nabi n berhijrah dari Makkah Al-Mukarramah ke Madinah Al-Munawarah, juga diizinkannya kaum Muslimin untuk berhijrah ke sana, maka Rasulullah n memulai dengan saling mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar. Rasulullah n mempersaudarakan Ja’far a dengan Mu’adz bin Jabal a, dari Bani Salamah Al-Anshari sedangkan ketika itu Ja’far a masih berada di Habasyah. <br />
<br />
Kebanyakan ahli sejarah tidak menyebutkan persaudaraan antara Ja’far a dengan Mu’adz bin Jabal a, karena Al-Mu`akhah (saling mempersaudarakan) ini terjadi setelah datangnya Rasulullah n ke Madinah, sebelum terjadinya perang Badar Al-Kubra. Kemudian turunlah ayat tentang masalah waris pada perang Badar, maka kemudian terputuslah Al-Mu`akhah ini sedangkan ketika itu Ja’far a masih berada di Habasyah. <br />
Rasulullah n mengutus ‘Amru bin Umayyah Adh-Dhamri pergi kepada An-Najasyi untuk menyeru kepada Islam pada tahun 6 H. Beliau menulis surat kepada An-Najasyi, maka kemudian An-Najasyi a masuk Islam. Rasulullah n juga memerintahkan An-Najasyi untuk menikahkan beliau dengan Ummu Habibah binti Abu Sufyan bin Harb s kemudian memulangkannya beserta kaum Muslimin. <br />
<br />
An-Najasyi a telah beriman kepada Nabi n dan mengikutinya. Ia masuk Islam dihadapan Ja'far bin Abi Thalib a. Kemudian ia mengutus anaknya pada tahun ke-enam dari awal hijrah ke Habasyah, tetapi anaknya tenggelam di tengah laut . An-Najasyi a juga mengirim sebuah baju kebesaran untuk Rasulullah n. Ia mengirim surat kepada nahkoda kapalnya dengan mengatakan, "Lihatlah apa yang dibutuhkan oleh mereka (orang-orang yang hijrah) ketika di dalam kapal." Maka mereka mengatakan, "Mereka membutuhkan dua buah kapal." Maka kemudian An-Najasyi a menyiapkan untuk mereka.<br />
<br />
Nampaknya Nabi n mengutus 'Amru bin Umayyah kepada An-Najasyi pada akhir tahun ke-6 Hijriyah dan kembali pada awal tahun ke-7 Hijriyah. Karena kaum Muhajirin yang hijrah ke Habasyah, yang dipimpin oleh Ja'far, kembali dari negeri Habasyah ke Madinah Al-Munawarah setelah terjadinya perang Khaibar yang terjadi pada bulan Muharram tahun ke-7 Hijriyah. <br />
<br />
Ketika itu Ja'far bin Abi Thalib datang bersama rombongannya bersamaan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam perang Khaibar. Ketika melihat Ja'far, maka Rasulullah n langsung memeluknya dan mencium keningnya , kemudian bersabda, "Demi Allah, aku tidak tahu yang manakah yang lebih membuatu gembira, antara kedatangan Ja'far atau karena kemenangan Khaibar."<br />
Ja'far a telah berhijrah di negeri Habasyah dari tahun ke-8 sebelum hijrah ke Madinah (tahun ke-5 Kenabian) hingga awal tahun ke-7 Hijriyah.<br />
<br />
E. Perang Mu’tah<br />
Setelah tentara Muslimin berhasil menundukkan kekuatan kaum Yahudi di Khaibar, dan setelah keamanan dan stabilitas berhasil ditegakkan di Hijaz, maka Rasulullah n berpikir untuk memusatkan dakwahnya kepada penduduk di kawasan-kawasan perbatasan dengan Syam. Untuk itu Rasulullah n mengutus salah seorang sahabat, bernama Al-Harits bin Umair Al-Azdi –salah seorang dari Bani Lahab-, dengan membawa sepucuk surat untuk diserahkan kepada pemimpin Bushra , untuk menyeru ke dalam agama Islam. Ketika telah sampai Mu'tah ia bertemu dengan Syurhabil bin 'Amru Al-Ghassani kemudian ia dibunuh olehnya. Tidak ada seorang pun utusan Rasul n yang dibunuh selainnya. Maka Rasulullah n marah dengan terjadinya hal itu. Maka Nabi n mengutus Sariyah Mu'tah pada bulan Jumadil Ula tahun ke-8 Hijriyah (629 M). Mereka berjumlah 3000 pasukan. Rasulullah n bersabda, "Panglima perang adalah Zaid bin Haritsah a, jika telah terbunuh maka digantikan oleh Ja'far bin Abi Thalib a, jika terbunuh maka digantikan oleh 'Abullah bin Rawahah a, jika terbunuh maka hendaklah kaum Muslimin memilih salah seorang yang mereka ridhai untuk menjadi pemimpin mereka."<br />
Rasulullah n memberikan bendera yang berwarna putih kepada Zaid bin Haritsah a, kemudian beliau mewasiatkan kepada mereka untu menuju ke tempat terbunuhnya Al-Harits bin 'Umair untuk menyeru kepada penduduk yang ada di sana untuk masuk Islam, jika mereka menjawabnya biarkanlah, tetapi jika tidak maka mintalah pertolongan kepada Allah l kemudian perangilah mereka. Rasulullah n mengantar mereka hingga sampai ke Tsaniyatul Wada' kemudian berhenti dan melepas mereka serta mengucapkan salam kepada mereka.<br />
<br />
Ibnu Ishaq berkata, "Pasukan kaum muslimin berjalan dan singgah di Ma’an, daerah di Syam. Di sana, mereka mendapat kabar bahwa Hiraklius tiba di Ma’ab, daerah di Al-Balqa’, dengan membawa seratus ribu tentara Romawi dan seratus ribu tentara gabungan dari Lakhm, Judzam, Al-Yaqin, Bahra’, dan Baly dipimpin salah seorang dari Baly kemudian dari Irasyah bernama Malik bin Zafilah. Ketika kaum muslimin mendengar informasi tersebut, mereka menetap di Ma’an dua malam untuk berpikir. Sebagian dari mereka berkata, ‘Kita kirim surat kepada Rasulullah n dan kita jelaskan jumlah musuh, agar beliau mengirim bantuan personel atau menyuruh kita pulang’. Abdullah bin Rawahah a memberi motivasi kepada mereka dengan berkata, ‘Hai kaum muslimin, demi Allah, sesuatu yang kalian takuti pada hakikatnya adalah sesuatu yang kalian minta selama ini, yaitu mati syahid. Kita tidak memerangi musuh dengan jumlah besar pasukan atau kekuatan, namun kita memerangi mereka dengan agama Islam dimana Allah memuliakan kita dengannya. Berangkatlah kalian, niscaya kalian mendapatkan salah satu dari dua kebaikan; kemenangan atau mati syahid’. Kaum muslimin berkata, ‘Sungguh Abdullah bin Rawahah berkata benar’. Mereka pun berangkat."<br />
<br />
"Kaum muslimin terus berjalan. Ketika tiba di perbatasan Al-Balqa’ tepatnya di desa Masyarif, mereka bertemu pasukan Romawi dan pasukan gabungan orang-orang Arab. Kedua belah pihak saling mendekat, namun kaum muslimin pindah ke desa Mu’tah. Di sanalah, kedua belah pihak bertemu. Kaum muslimin bersiap-siap untuk menghadapi musuh dengan menunjuk salah seorang dari Bani Udzrah bernama Quthbah bin Qatadah sebagai komandan pasukan sayap kanan dan salah seorang dari kaum Anshar bernama Abayah bin Malik a. (Ibnu Hisyam berkata, "Ada yang mengatakan 'Ubadah bin Malik.")<br />
<br />
Kedua belah pihak bertemu kemudian saling serang. Zaid bin Haritsah a bertempur dengan memegang bendera perang Rasulullah n hingga gugur karena terkena tombak musuh kemudian bendera perang diambil alih Ja’far bin Abu Thalib a. Ketika perang memuncak, Ja’far bin Abu Thalib a turun dari kudanya dan menyembelihnya. Setelah itu, ia menyerang musuh hingga gugur.<br />
<br />
Alangkah indahnya Surga dan betapa dekatnya<br />
Segar dan dingin air minumnya<br />
Tentara Romawi telah dekat kehancurannya<br />
Jika bertemu dengannya, niscaya aku hancuran mereka<br />
<br />
Syair-syair itulah yang disenandungkan Ja'far a ketika ia bertempur dan berjuang di medan Mu'tah sehingga terbunuh dalam peperangan Mu'tah.<br />
Ibnu Hisyam berkata, "Diceritakan kepadaku oleh seseorang yang sangat terpercaya dan termasuk ahli ilmu bahwa Ja'far bin Abi Thalib membawa bendera perang dengan tangan kanannya, kemudian mendapat sabetan pedang hingga putus, lalu dia membawa bendera itu dengan tangan kirinya, tangan kirinya juga terkena tebasan pedang hingga putus. Kemudian bendera itu ia dekap dengan kedua lengan atasnya sehingga beliau terbunuh."<br />
Ketika itu beliau berumur 33 tahun (ada yang mengatakan 42 tahun ketika beliau wafat). Allah mengganti kedua tangannya dengan dua buah sayap, beliau terbang di dalam surga ke mana saja beliau mau. <br />
<br />
Ada seorang perawi yang bertutur, "Seorang lelaki bangsa Romawi menebaskan pedang ke arah Ja'far sehingga tangannya terputus setengah." <br />
Ibnu Umar berkata, "Pada hari pertempuran di Mut'ah itu ia dekap tubuh Ja'far dan aku temukan lebih dari 40 luka karena tusukan panah dan sabetan pedang mengenai bagian depan tubuhnya." <br />
<br />
Juga didapatkan luka di antara kedua pundaknya 90 luka karena tusukan panah dan sabetan pedang, dan dalam riwayat yang lain disebutkan ada 72 luka. <br />
Ibnu Ishaq berkata, diriwayatkan dari Asma` binti 'Umais s berkata, "Ketika Ja'far bin Abi Thalib a dan sahabat-sahabatnya gugur, Rasulullah n mengunjungik. Ketika itu aku telah menyamak sebanyak empat puluh kulit, membuat adonan roti, memandikan ana-anakku, meminyaki rambut dan membersihkan mereka. Rasulullah n bersabda, "Bawa kemari anak-anak Ja'far." Aku bawa anak-anakku ke hadapan beliau, kemudian beliau mencium mereka satu persatu dengan air mata berlinang. Aku berkata, "Wahai Rasulullah n, ayah ibuu menjadi tebusanmu, mengapa engkau menangis? Apakah engkau menerima informasi tentang Ja'far dan sahabat-sahabatnya?" Rasulullah n bersabda, "Mereka gugur pada hari ini." Aku berdiri dan berteriak hingga wanita-wanita berkumpul di sekitarku. Kemudian Rasulullah n keluar dari rumahku dan bersabda, "Janganlah kalian lupa memasak untuk keluarga Ja'far, sebab mereka sedih karena keatian Ja'far." <br />
<br />
Rasulullah n bersabda, "Mintakanlah ampun untuk saudara kalian Ja'far, karena ia syahid, ia telah masuk surga, dan dia terbang dengan dua sayap dari yaqut kemanapun ia mau." <br />
Rasulullah n juga bersabda: "Aku lihat Ja'far bin Abi Thalib terbang di dalam surga seperti malaikat, terbang di dalamnya dengan sayap lebar yang berlumur darah." <br />
<br />
F. Ja’far dalam Sejarah<br />
Disebutkan di dalam sejarah bahwa, Ja’far termasuk dari golongan yang pertama kali masuk Islam, yaitu masuk Islam sebelum Rasulullah n memasuki rumah Al-Arqam bin Abil Arqam.<br />
Dia adalah orang yang berhijrah dua kali: Hijrah ke Habasyah dari Makkah dalam hijrahnya yang pertama, dan ke Madinah dari Habasyah.<br />
Dia termasuk orang-orang yang pertama kali berhijrah ke Habasyah, dan termasuk orang-orang yang terakhir pulang dari Habasyah ke Madinah.<br />
Dia adalah pemimpin orang-orang yang berhijrah ke Habasyah, sejak awal hijrahnya ke Habasyah dari Makkah, hingga kembalinya mereka dari Habasyah ke Madinah.<br />
Dia adalah orang yang pertama kali diutus dalam Islam, yaitu yang pertama kali diutus untuk menyampaikan sebuah surat dari surat-surat Nabi n kepada raja-raja dan para penguasa.<br />
<br />
Disebutkan bahwa An-Najasyi raja Habasyah masuk Islam di hadapan Ja’far, juga beberapa orang dari Ahbasy.<br />
Dia adalah orang yang membela Islam dengan lisannya di hadapan An-Najasyi, sehingga An-Najasyi membela kaum Muslimin atas musuh-musuh mereka kaum Musyrikin.<br />
Dia adalah orang yang paling menyerupai Nabi n baik secara fisik maupun akhlaknya dan termasuk orang-orang yang paling beliau cintai dan yang paling dekat di hati beliau.<br />
<br />
Dia adalah seorang dermawan dari para dermawan Arab yang terkenal, dia adalah orang yang paling baik kepada para fakir miskin.<br />
Dia adalah salah seorang panglima Nabi n, yang memimpin perang Mu’tah. Dia berjuang dengan gigih hingga menemui kesyahidannya dalam peperangan ini tanpa menjatuhkan bendera perang Nabi n yang ia bawa dengan giginya setelah kedua tangannya putus.<br />
Semoga Allah l meridhoimu wahai utusan Nabi n, sahabat yang mulia, panglima yang syahid di medan perang, sang pemilik sayap Ja’far bin Abi Thalib Al-Hasyimi Al-Qurasyi.<br />
<br />
(Diintisarikan dari Majalah "Al-Buhuts Al-Islamiyah", yang ditulis oleh Mahmut Sayyit Khaththab, jilid 27, hal. 191-211, dengan sedikit penambahan dan pengurangan tanpa merubah isi kandungan)<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-56739001446434155842010-01-14T18:17:00.001+07:002010-01-14T18:19:37.142+07:00Kegetiran Sejarah Andalusia<div style="text-align: justify;"><i><b>Oleh Zul Fahmi</b><b>, 14 September 2009</b></i><br />
<br />
Penyebaran Islam ke Eropa Barat khususnya ke Andalus (kini meliputi Spanyol dan Portugal), telah dilakukan kurang dari satu abad, tepatnya 78 tahun setelah Rasulullah wafat, yaitu ketika terjadi penyebaran kekuasaan kekhalifahan Islam ke berbagai belahan dunia. Mengenali lebih jauh perjalanan Islam ke Eropa, berarti menapaki perjalanan sejarah yang cukup panjang. <br />
<br />
<br />
Penaklukan Andalus oleh bangsa Arab merupakan babak sejarah yang cemerlang. Bermula dari pendaratan pasukan Thariq bin Ziyad di sebuah bukit yang kemudian diberi nama Jabal Thariq (Gibraltar) tahun 711 M pada masa kekhalifahan Bani Umayyah. Selanjutnya serangan demi serangan mampu menaklukan hampir seluruh Semenanjung Iberia (Andalus), yang ketika itu merupakan propinsi Kekaisaran Romawi.<br />
<br />
Di antara penguasa Bani Umayyah, yang paling terkenal dan paling besar adalah Abdurrahman III (912-976 M). Ia merupakan penguasa Andalus yang cakap. Pada masa pemerintahannya Andalus dan ibukotanya Cordova mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, sampai pada puncak kejayaannya. Ia berhasil menggali sumber daya manusia dan ekonomi tanah Spanyol sehingga menghasilkan kekayaan yang berlimpah ruah, pada saat Eropa masih mengalami kegelapan. Ia juga berhasil menciptakan kondisi yang tentram dan damai, dengan tingkat toleransi yang tinggi terhadap pemeluk agama yang berbeda. <br />
<br />
Kejayaan Bani Umayyah di Andalus selanjutnya berangsur-angsur memudar, muncullah dinasti-dinasti kecil yang menyebabkan disintegrasi kekuatan Islam. Di lain pihak, kaum Nasrani berusaha bersatu untuk menghancurkan kerajaan Islam. Cordova dapat dikuasai kaum Kristen pada tahun 1236 M. Pernikahan Ratu Izabela dari Castilia dan Raja Ferdinand dari Aragon memunculkan kekuatan dan melakukan penyerangan pada tahun 1469 M. Kerajaan Arab yang terakhir Bani Ahmar tak dapat bertahan, diserahkannya kunci kota Granada benteng terakhir kekhalifahan dan akhirnya ia memilih tanah Afrika sebagai tempat pembuangannya. Dengan demikian secara politik kekuatan Islam berakhir pada penghujung abad ke 15. <br />
<br />
Setelah Kaum Kristen menguasai Andalus, mulailah dilakukan gerakan Kristenisasi di Andalus, padahal Islam telah bertahan selama 700 tahun. Para penduduk dipaksa kembali untuk menganut agama Kristen, semua literatur Arab dihanguskan. Pada tahun 1556 M, Raja Philip II membuat undang-undang agar kaum Muslimin yang tinggal di Andalus membuang kepercayaan, bahasa, adat istiadat, dan cara hidupnya. Pada tahun 1609 M, Raja Philip III mengusir secara paksa semua penganut Islam keluar dari Andalus, atau masuk Kristen. Dengan demikian sirnalah sisa-sisa penyebaran Islam ke Eropa, tinggal hanya sisa peninggalan bangunan yang kini telah berubah menjadi istana Kristen. <br />
<br />
Sama seperti kondisi kekuasaannya, sastra (Arab Islam_red) juga mengalami jatuh bangun. Karena sastra merupakan refleksi dan dokumen sejarah yang mencakup semua sendi kehidupan yang terjadi kala itu. Semua peristiwa seperti peperangan, kemajuan keilmuan, pengembangan kota dan berbagai gejala kemasyarakatan pasti terdokumentasikan dalam karya sastra. Tulisan ini mencoba melihat kondisi dan perkembangan sastra Arab di Andalus, terutama dalam masa perwalian dan kekacauan politik selama 55 tahun. Suatu masa pembuka jalan keberanian tentara salib untuk menaklukkan Islam di Andalus. Kejatuhan kota-kota Andalus yang berantai pada masa dinasti Thawâif setelah itu, disamping menyebabkan prahara budaya dan kemanusiaan, juga memunculkan semangat nasionalisme dalam bentuk elegi sebagai ratapan terhadap hilangnya harta dan penyadaran masyarakat untuk bersatu merebut kembali mahkotanya. <br />
<br />
Kondisi Pemerintahan Masa Perwalian dan Kekacauan Politik (976 – 1031)<br />
<br />
Sejak Hisyam II menduduki kursi khilafah tahun 976 M, Andalus mengalami fenomena baru dalam pemerintahan karena memakai sistem perwalian. Hal ini diambil karena khalifah yang diangkat masih kecil, berumur 12 tahun. Wali pertama adalah Muhammad bin ‘Amir yang bergelar al-Manshur, seorang ambisius dan licik yang menghabisi semua teman seperjuangannya. Perdana Menteri al-Mushafy, Panglima Ghalib dan orang-orang Slaves yang setia dengan khalifah dibantainya. Sampai masyarakat Andalus tidak mengenali lagi dan lupa kepada khalifah yang sesungguhnya.<br />
<br />
Peran wali yang terlalu besar ini mencapai puncaknya pada masa Abdurahman yang bergelar al-Makmun, ketika dia memaksa khalifah untuk mengangkatnya sebagai putra mahkota. Sampai disini mulai timbul kesadaran masyarakat Andalus untuk mengembalikan khilafah kepada Bani Umawiyah yang sebenarnya. Pada tahun 1008 M terjadilah kudeta militer yang dipimpin oleh Muhammad bin Hisyam putra khalifah sendiri. Dan dia pun berhasil menduduki kursi khilafah dengan gelar al-Mahdi. Dan berakhirlah sistem perwalian dalam pemerintahan Andalus.<br />
<br />
Setelah terjadi kekacauan politik yang besar disebabkan perebutan kekuasaan baik antar orang-orang Umawiyah maupun persaingan dengan orang Barbar. Mereka lebih suka untuk minta bantuan kepada kerajaan Kristen di Utara, meskipun dengan imbalan penyerahan kota-kota dan benteng-benteng Andalus dan dibolehkannya tentara kristen Spanyol untuk berbuat semaunya di Cordova. Al-Mahdi lebih suka bergaul dengan Ramon III de Barcelona, sementara Sulaiman al-Mustaîn minta tolong kepada Sanco Garcia dari Castilia dalam menghadapi al-Mahdi. Model perebutan kekuasaan selama priode ini tidak jauh berbeda dari fenomena di atas. Sebuah jalan bagi kristen untuk memenangi perang salib di Andalus pada akhirnya.<br />
<br />
Selama 22 tahun periode kekacauan politik, Andalus diperintah oleh 14 khalifah dengan jarak masa yang saling berdekatan. Kesemuanya berakhir dengan pembunuhan. Karena sering terjadinya pertumpahan darah, bencana kemanusiaan dan peradaban pun tidak bisa dihindari. Pembunuhan, pencurian, pembakaran istana dan benteng Cordova, dan jatuhnya kota-kota ke tangan tentara kristen baik melalui perebutan maupun penyerahan suka rela.<br />
<br />
Ketidak-pastian politik di Andalus selama masa ini menghancurkan semua sektor kehidupan, industri, perdagangan, pertanian bahkan kelaparan, paceklik, wabah penyakit menular dan bencana merajalela. Rakyat kehilangan raut muka dan jati diri yang hidup dalam gelombang kegetiran dan kepahitan. Rakyat ditikam-cekam rasa ketakutan. Dan tentunya kondisi ini mempengaruhi perkembangan sastra kala itu, sampai dalam dua periode ini, sastra mengalami kemunduran dan stagnasi. Apalagi kalau dilihat dari menurunnya produktivitas karya sastra dan menyempitnya tema-tema yang dibicarakan.<br />
<br />
Penyempitan Kultur dan Pengetahuan<br />
<br />
Selama 55 tahun masa perwalian dan kekacauan politik, kultur dan pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuan, bahkan sebaliknya tambah menyempit dan terbelenggu. Ada dua fenomena menarik dalam masa ini, yaitu matinya ilmu filsafat yang berkembang pesat pada masa khalifah al-Hakam al-Mustansir dan berkembang pesatnya studi bahasa Arab.<br />
<br />
Terkuburnya filsafat lebih disebabkan intervensi pemerintah yang getol mengibarkan perang melawan filsafat dengan tujuan mengambil hati rakyat dan dukungan fuqaha. Pada masa ini terjadilah pembakaran buku-buku filsafat, mantiq dan kosmografi secara besar-besar, termasuk pembakaran perpustakaan al-Hakam al-Mustansir yang banyak menyimpan buku-buku tersebut. Bukan itu saja, para filosof dan ilmuan pun dikejar-kejar dan dipenjarakan, hal sama menimpa para pegawai perpustakaan dan sejenisnya. Suasana ini memasung kebebasan ekspresi pemikiran dan membuat takut masyarakat untuk belajar dan bersinggungan dengan ilmu-ilmu filsafat, logika dan pengetahuan lainnya. Akibat dari suasana ini pengetahuan jadi mandeg, filsafat jadi mati dan pengungsian besar-besaran para ilmuwan dan filosof ke dunia Timur untuk menghindari siksaan dan demi mendapatkan kebebasan berfikirnya. Kepedihan tragedi ini bisa dibaca dari kegetiran puisi yang dibuat salah satu penyair Andalus:<br />
<br />
Tangisilah Cordova<br />
Kota nan indah yang lebur<br />
Peradaban telah terkubur<br />
Kesejahteraan telah lenyap terkikis<br />
Dan Semuanya kini sirna<br />
<br />
Adapun perkembangan studi bahasa Arab tidaklah murni demi kemajuan keilmuan, tapi hanya keinginan untuk bersaing dengan ahli bahasa Arab dari Timur, seperti Mundzir bin Sa’îd ingin mengalahkan Abu Ali al-Qâly, seniman Yahya al-Ghazzâl mengalahkan Zeryâb. Mereka beranggapan bahwa dengan mengalahkan sastrawan dan ahli linguistik dari Timur berarti kemenangan sastra Andalus atas sastra Timur.<br />
<br />
Stagnasi Sastra dan Perkembangan Semu tanpa Nilai<br />
<br />
Politik kediktatoran yang dikembangkan pada periode ini juga berpengaruh pada sastra, baik dalam karya puisi maupun prosa. Tidak ada tema-tema baru yang muncul, bahkan tema-tema lama yang sudah mapan cenderung berkurang bahkan hilang. Aliran-aliran sastra yang pernah mapan seperti konservatif, reformis, seni rakyat dan new-konservatif semakin redup sinarnya. Kritikus sastra banyak mencatat bahwa dalam masa ini sastra merupakan lahan tersempit dan termiskin. Sangat kontras dengan kondisi sebelumnya. Sastra filsafat yang berkembang pada masa al-Hakam al-Mustansir menjadi mati sama sekali karena pemerintah yang menyatakan perang terhadapnya, disamping terjadinya stagnasi pemikiran kala itu. Tidak adanya karya sastra yang membicarakan perkembangan keilmuan yang menunjukkan kematiannya. Berbeda dengan karya sastra masa al-Hakam yang banyak menyinggung masalah filsafat, astronomi, ilmu logika, kedokteran dan sebagainya. Seperti puisi Ibnu ‘Abdi Rabbih kepada astronom Abu ‘Ubaidah berikut:<br />
<br />
Bumi yang bulat<br />
Menjadi titik tengah alam<br />
Dikurung langit<br />
Dari atas dan bawah<br />
Dalam masa ini tidak kita dapatkan kembali karya sastra yang membanggakan keagungan dan kekuatan khilafah Andalus seperti pada masa keemasannya. Munzir bin Sa’îd pernah menuturkan kedatangan utusan Romawi kepada Abdurrahman al-Nâshir untuk menghindari serangannya dalam puisi berikut:<br />
<br />
Manusia berbondong mengetuk pintunya<br />
Semuanya berharap dan berangan terhadapnya<br />
Utusan Romawi di tengah halaman istananya<br />
Karena ketakutan akan kekuatan dan serangannya<br />
Engkau adalah harapan semua manusia<br />
Kau kuasai Timur dan Barat<br />
Dari ujung Kostantinopel sampai daratan Babel<br />
<br />
Kekuatan khilafah Islam di Andalus, menjadikan mereka sering dimintai bantuan raja-raja kristen Spanyol yang sedang bertikai. Raja Ordono yang kalah perang melawan Raja Sancho, mendatangi khalifah al-Mustanshir guna memohon bala bantuan untuk mengembalikan kekuasaannya. Abdul Malik bin Sa’îd menuturkan hal ini dalam puisi di bawah ini:<br />
<br />
Raja mereka mendatanginya<br />
Meminta perlindungan dan bantuannya<br />
Tunduk atas kebesarannya<br />
Aman dari semua musuhnya<br />
Dan dengan kerelaannya<br />
Dapat menghinakan musuhnya<br />
<br />
Pada masa keemasan sebelum masa perwalian, khilafah Andalus mempunyai kekuatan tentara yang tidak tertandingi, yang kalau bergerak laksana gemuruh gelombang samudera, seperti yang diungkapkan oleh Ismail bin Badar:<br />
<br />
Dan gemuruh tentaranya<br />
Bak gelombang lautan<br />
Yang memakan daratan sahara<br />
<br />
Bungkamnya sastra dalam berbagai tema ini menunjukkan kematian tema-tema tersebut dari kehidupan Andalus. Pengemisan bantuan ke kerajaan-kerajaan Spanyol Utara, penyerahan kota-kota dan benteng-benteng ke tangan kristen sebagai imbalannya mengindikasikan kelemahan khilafah Islam di Andalus.<br />
Meskipun demikian, dalam masa ini ada beberapa tema yang berkembang pesat sebagai konsekuensi dari kondisi masyarakat yang poya-poya. Namun perkembangannya sangat kosong dari nilai dan etika, seperti seruan kepada minuman, ekspresi kejadian-kejadian dalam tempat-tempat hiburan dan pengumbaran nafsu yang telanjang. Karena masyarakat yang poya-poya, kecenderungan sastra pun demikian, suka pada kebebasan dan ekspresi kenikmatan jasmani dan material dalam wujud minuman, tari perut dan sebagainya.<br />
Diantara tema yang digemari adalah al-mujûn (tingkah laku yang hina). Sebagai contoh bisa kita simak dialog antara Abdul Malik bin Syahid dengan al-Manshur mengenai budak-budak wanita tawanan perang. Abdul malik berkata:<br />
<br />
Meskipun tua, aku tetaplah muda <br />
Kulindungi engkau dari segla bencana dengan diriku<br />
Buatlah aku berterima kasih atas kebaikanmu <br />
dan kirimkan wanita tawanan tercantik buatku<br />
<br />
Al-manshur pun mengirim hadiah yang diminta dengan berkata:<br />
<br />
Telah kukirim tiga perawan <br />
Yang putihnya laksana matahari siang<br />
Bersiap dan bersungguhlah<br />
Karena engkau tua bangka <br />
Di ujung sore meninggalkan siang<br />
Semoga Allah menjagamu dari <br />
Keletihan mencumbunya<br />
<br />
Betapa transparan sekali permintaan panglima perang yang langsung dikabulkan wali khalifah. Dialog semacam ini sudah sering terjadi di tempat-tempat hiburan antar pemabuk atau penyair, tapi bukan dalam lingkungan khalifah. Kediktatoran membuat penguasa semena-mena termasuk perusakan moral masyarakatnya.<br />
Diantara tema yang berkembang pada masa ini juga, pujian palsu dengan tujuan mencari penghasilan dari berpuisi. Hal ini bisa berkembang karena khalifah penguasa memerlukan pujian untuk mendongkrak popularitas dimata rakyat. Maka segala kejadian selalu dibesar-besarkan melalui karya sastra, terutama puisi, meskipun penuh dengan kemunafikan. Seperti yang dikatakan Ibnu Darrâj al-Qasthaly ketika memuji al-Manshur:<br />
<br />
Pujian dan syukurku terhadapmu<br />
Bukanlah karena kekuasaan yang kau berikan<br />
Tapi karena pengorbanan jiwamu yang melindungiku<br />
Ketulusanmu adalah karunia terbesar<br />
Laksana surya yang menunjukiku dalam kegelapan<br />
Tiada bayangan karunia yang membelitku selainmu<br />
Tiada aliran air yang mengenyangkanku selainmu<br />
<br />
Al-Darrâj diangkat al-Manshur memerintah di Qasthal, dan dia selalu memuji al-Manshur setinggi langit untuk mengekalkan kekuasaannya, meskipun penuh dengan kemunafikan. <br />
Hal ini juga bisa kita lihat dari pujian Ibnu al-Hannâth kepada khalifah Qasim bin Hamûd agar diberi perlindungan dan bekal:<br />
<br />
Dunia menjadi terang dengan cahaya khalifah<br />
Dengan cahaya itu<br />
Rembulan kebenaran selalu nampak<br />
Meskipun cahaya siang telah menghilang<br />
<br />
Minum-minuman keras sudah sangat membudaya dalam masyarakat Andalus. Dari rakyat kecil sampai khalifah. Seruan kepada minuman sangat nyaring terdengar. Tradisi jahiliah yang dengan susah payah diberantas al-qur’an pun berkembang lagi yang pada awal pemerintahan Islam di Andalus sangat dihindari. Lihat saja nikmatnya minum yang digambarkan oleh Ubadah bin Mâi al-Samâ berikut:<br />
Adakah yang lebih indah <br />
Dari gelas-gelas arak yang tergenggam di tangan<br />
Hai pelayan, siramlah aku dengannya<br />
Dan ambillah perak dan emas<br />
Nafsu pun tenggelam bersamanya<br />
Buih keharuman selalu muncul di permukaannya<br />
Membuat gelasnya kekal di tangannya<br />
<br />
Puisi yang bertemakan minuman arak dan sejenisnya merupakan salah satu trend baru di Andalus yang dipelopori oleh Abbas bin Nâsih dengan mengadopsi trend ini dari Timur yang dipelopori Abu Nawas, Abu al-‘Atâhiyah dan kawan-kawan. Namun pesan-pesannya bukan dititik-beratkan pada seruan untuk berbuat, tapi sekedar ekspresi dari perenungan imajinasi tentang arak, seperti ketika penyair pra Islam menggambarkan sosok wanita ideal dalam puisi erotisnya. Penggambaran wanita tersebut tidak didasari oleh nafsu sama sekali, tapi lebih menginformasikan kepada pembaca sosok ideal wanita Arab secara keseluruhan. Sosok wanita yang hanya ada dalam fikiran dan angannya, dan belum tentu ada dalam dunia realita. <br />
Meskipun hal serupa berkembang juga sebelumnya, tapi masih banyak sastra yang mem-balance seruan kepada minuman dan justru menganjurkan untuk menjauhinya. Puisi ‘Ubadah di atas bisa kita bandingkan dengan sikap khalifah al-Muntashir terhadap para peminum yang justru dibencinya:<br />
<br />
Para peminum telah menyempitkan dadaku<br />
Bencana mereka membakar hidupku<br />
<br />
Disamping perkembangan sastra yang tanpa nilai di atas, ada sastra yang berkembang dengan segala kesadarannya terutama para penyair yang sadar benar akan bahaya politik kediktatoran kala itu. Seperti kritik politik yang diungkapkan dalam penggalan bait berikut:<br />
<br />
Wahai Bani Umaiyah..!!<br />
Dimanakah bulan-bulan malammu, <br />
Bintang-bintangmu<br />
Singa-singa telah punah dari hutanmu<br />
Dan raja pun menggenggam kancil dan rubahmu<br />
<br />
Bait di atas untuk mengkritik orang-orang Bani Umawiyah karena mereka hanya sebagai bulan-bulanan dan perebutan antara orang-orang Barbar dan kristen Spanyol. Kadang kritik tersebut memakai bahasa yang lugas dan terang-terangan seperti peringatan keras akan bahaya situasi yang tergambar dalam penggalan berikut:<br />
<br />
Waktunya tiba telah dekat<br />
Kehancuran sudah diambang pintu<br />
Semua kekhawatiranmu telah datang<br />
Dan raja pun tak berdaya<br />
Dalam genggaman dan kekuasaan <br />
Sang ibu suri…<br />
<br />
Karena banyaknya pembersihan musuh-musuh politik dan pembakaran sastrawan, ilwuwan dan filosof, dalam masa ini juga berkembang tema-tema permohonan belas kasihan dari penguasa, seperti penggalan bait al-Mushafy kepada al-Manshur berikut:<br />
Penyesalan membawaku menghadapmu<br />
Wahai sebaik-baik penolong<br />
Kemarahanmu terlalu besar kepadaku<br />
Maka bentangkanlah maaf buatku<br />
Sesungguhnya tiada raja yang dimintai belas kasihnya<br />
Kecuali akan segera memberikannya<br />
<br />
Nasionalisme dalam Elegi atas Runtuhnya kota-kota<br />
<br />
Sejak masa Thawâif, kekuatan Islam di selatan Spanyol semakin melemah, sementara kekuatan kristen di utara Spanyol semakin solid dan besar. Tidak heran jika dalam peperangan yang terjadi setelah itu, kerajaan Islam pun selalu kalah dan banyak sekali kota-kota yang jatuh ke tangan mereka. Masjid diruntuhkan, gereja ditegakkan, upeti diwajibkan atas orang-orang Islam, dan bencana kemanusiaan tidak bisa dihindarkan. Bencana politik dan kemanusiaan ini menginspirasikan spirit nasionalisme dalam diri satrawan. Jatuhnya kota dan peradaban ke tangan musuh mereka rasakan seakan terpisahnya organ dari tubuh mereka bahkan terpisah dari ruh mereka. Apalagi ditambah dengan kekhawatiran dalam kehilangan harta paling berharga yaitu Islam.<br />
Kesedihan dengan jatuhnya kota-kota Andalus, menimbulkan kreasi-kreasi elegi sebagai ekspresi kesedihan sekaligus penyadaran masyarakat agar bersatu merebut kembali harta mereka. Sebagaimana yang dilakukan oleh seorang fakih yang penyair Abdullah bin Farag al-Yahshuby yang dikenal dengan sebutan Ibnu al-‘Assâl ketika jatuhnya kota Prester tahun 1063 M dalam elegi berikut:<br />
<br />
Dan kekuatan para musyrik pun telah menembus kita <br />
yang menjadikan kita terdiam seribu bahasa<br />
Dengan kuda-kuda mereka menghacurkan istana <br />
sehingga tiada bersisa baik gunung maupun setapak tanah<br />
Mereka gerebek penghuni rumah-rumah <br />
Tiada hari tanpa serangan yang membabi buta<br />
Hati para muslim pun di puncak ketakutannya<br />
Sementara pemimpin kita sangat penakut menghadapinya<br />
Berapa tempat telah dirampasnya <br />
Tanpa belas kasihan terhadap bayi, anak kecil, para lansia dan perawan<br />
Berapa banyak bayi susuan yang terceraikan dari ibunya<br />
Sehingga menimbulkan kegaduhan dan lenguhan aniaya<br />
Berapa banyak anak yang telahir dengan ayah yang <br />
Terpanggang di atas debu perang dan kasur sahara<br />
Berapa banyak wanita dipaksa keluar dari rumah sucinya<br />
Dipertontonkan dengan ketelanjangan<br />
<br />
Bait-bait di atas ibarat dentang bel yang menyadarkan kita pada bencana kemanusiaan yang terjadi di kota Prester, sehingga mengobarkan api perjuangan untuk menyelamatkannya. Hal ini juga dilakukan oleh Ibnu al-‘Assâl yang terpaksa mengungsi ke Granada saat kejatuhan kota Toledo tahun 1094 M yang kejatuhannya diibaratkan dengan pakaian yang carut marut, dia berkata:<br />
<br />
Wahai penduduk Andalus, tunggangilah kuda-kudamu<br />
Karena menetap di Toledo adalah kesalahan<br />
Pakaian akan ditanggalkan dari ujung-ujungnya <br />
Dan aku melihat pakaian Andalus tertanggalkan dari pusatnya<br />
Barang siapa yang meng-akrabi kejahatan tidak akan lepas dari akibatnya<br />
Bagaimana manusia bisa hidup dengan ular-ular dalam satu kantong?<br />
<br />
Meskipun bati-bait di atas mendapatkan kritikan pedas dari sisi estetisnya, namun cukup keras dalam mengingatkan akan bahaya ketidakberdayaan, seakan-akan berkata: jika kalian tetap tidak berdaya dan tunduk maka adalah kesalahan besar untuk tetap tinggal di dalam Toledo. Maka kumpulkan kekuatan dan satukan barisan untuk mengembalikan hak kalian atas kota Toledo. Kalau tidak, maka kalian tidak layak untuk mengaku sebagai penduduknya dan tinggal di dalamnya. Dengan demikian, menjauhi Toledo merupakan kewajiban agar kalian menjaga kesucian dan kemulian dari hinanya ketakutan kalian.<br />
<br />
Contoh lain adalah 72 bait puisi yang dilantunkan oleh al-Jundy al-Majhûl dalam elegi Toledo, dengan menganggap kejatuhannya sebagai bencana yang disebabkan karena dosa dan maksiat orang Islam sendiri, sebagai mana firman Allah: “Dan kamu tidak akan terkena musibah kecuali karena perbuatanmu” dia berkata:<br />
<br />
Kita adalah manusia-manusia yang layak mendapatkan balasan<br />
Karena kefasikan besar dan maksiat jangak<br />
Yang mengalir deras dalam darah kita<br />
<br />
Meskipun demikian, al-Jundy tetap mengobarkan api jihad membela negara atas nama agama dan akidah yang telah dihinakan musuh:<br />
<br />
Dendamlah atas agamamu dan menangkanlah<br />
Elang-elang akan melindungi korban-korban darimu<br />
<br />
Bencana ketiga adalah jatuhnya kota Valencia ibukota Andalus Timur tahun 1094 M. Mr. Kampitor bahkan membakar ulama’nya seperti Ahmad bin Jahhâf dan memenjarakan sebagainnya. Ibnu ‘Alqamah menggambarkan bencana tersebut dalam bukunya ‘al-bayan al-wadhih fi al-mulimm al-fâdih’. Penyair Hisyam al-Kinâni pun tidak ketinggalan membuat elegi yang bahkan banyak dipelajari oleh para orientalis Eropa seperti Engel Palencia dan Jalian Rebiera. <br />
Ibnu Khafâjah banyak membuat elegi saat keruntuhan Valencia ini, diantara penggalan puisinya adalah:<br />
<br />
Hai rumahku, pekaranganmu telah penuh dengan musuh<br />
Kerusakan dan api telah membakar dirimu<br />
Jika seorang melihat ke dalam dirimu<br />
Akan jelas panjangnya bencana dan praharamu<br />
Pendudukmu terkubur dalam batu-batu<br />
Lembaran sejarah pun menuliskan <br />
Bahwa dirimu bukanlah dirimu yang dulu<br />
<br />
Kota Valencia ini dapat direbut kembali oleh dinasti Murâbithûn tahun 1101 M.<br />
Berbeda dengan elegi sastra Timur yang mementingkan keindahan struktur bahasa saja tanpa didasari dengan emosi dan refleksi yang nyata, elegi Andalus cenderung mudah dan tidak berbelit-belit, namun secara estetik masih didasari dengan fantasi dan ilustrasi yang jujur yang mengekspresikan apa adanya, dengan sebab-sebab berikut:<br />
1. Sangat eratnya hubungan para penyair dengan tanah airnya, sehingga keruntuhannya menimbulkan kesedihan yang tak ternilai<br />
2. Sebab agama, jatuhnya kota-kota ini di tangan musuh yang notabene berlainan agama menyebabkan mereka berapi-api berpuisi menghidupkan nasionalisme. Karena agama bagi mereka adalah harta termahal bahkan melebihi jiwa mereka sendiri<br />
<br />
Penutup<br />
<br />
Sebagai penutup, sengaja saya kutipkan penggalan puisi Abu al-Baqâ’ al-Rundy untuk melihat betapa keadaan menjadi terbalik akibat dari kezaliman orang Islam dan betapa besar tragedi kemanusiaan di Andalus:<br />
<br />
Kemarin, mereka adalah raja di negerinya<br />
Sekarang, mereka adalah hamba di wilayah musuhnya<br />
Kalau engkau melihat mereka kebingungan tanpa petunjuk<br />
Karena berbagai warna kehinaan dilakui mereka<br />
Kalau engkau mendengar sayatan tangis mereka<br />
Hatimu pun miris karena kesedihan<br />
Betapa banyak ibu dan anak jadi terpisah<br />
Seperti terpisahnya ruh dari badan<br />
Betapa banyak bayi yang tak sempat tersinari mentari<br />
Mereka laksana batu korundum dan karang<br />
Sang atheis menggiringnya kepada kebencian<br />
Mata menangis dan hati pun luka<br />
Hati menjadi tenggelam dalam kesedihan<br />
Jika terdapat di dalamnya Islam dan iman<br />
<br />
Sebagaimana yang pernah dikatakan Umar bin Khatthab bahwa puisi bukan hanya sebagai poetical work, tapi merupakan data dan dokumentasi sejarah manusia yang bisa ditelusuri kebenaran peristiwa-peristiwa yang dikandungnya. Maka melihat realitas sejarah Andalus, harus juga melihat karya-karya puisi yang timbul sepanjang sejarahnya. Meskipun tulisan ini kurang menggambarkan timbul tenggelamnya sastra Andalus, tapi bisa dipakai untuk sekedar melihat kegetiran sejarah Islam di Andalusi akibat ulah pemeluknya sendiri. Wallahu A’lam!!<br />
<br />
Daftar Bacaan:<br />
<br />
1. Ahmad Haikal, Dr. al-Adab al-Andalusy min al-fath ilâ suqût al-khilâfah, dâr al-Ma’ârif, cet. 12, Kairo, 1997<br />
2. Galal Hijazy, dr. Fi al-Adab al-Andalusy Târîkhuhu wa Nushûsuhu, Dâr al-Busyrâ, 1998.<br />
3. Muhammad Ridhwân al-Dâyah, Dr. Târikh al-Naqd al-Adaby fi al-Andalus, Muassasah al-Risâlah, scet. 2, Syiria, 1993.<br />
4. Ahmad al-Muqry al-Maghriby, Nafh al-Thayb min Ghusn al-Andalus al-Rathîb, Pen. Azhariyah, Kairo, 1302H. <br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-79194333745748638002010-01-14T18:15:00.000+07:002010-01-14T18:16:08.298+07:00Indonesia-Malaysia dan "Adu Domba" Media<div style="text-align: justify;">Duduk bersama dalam menyelesaikan masalah Indonesia-Malaysia jauh lebih utama dibanding dengan cara jalanan <br />
<br />
<br />
<i><b><br />
Oleh: Afriadi Sanusi, Sept 2009<br />
</b></i><br />
<br />
Alkisah, seorang raja terkejut menemukan isterinya tidur setilam dengan seorang budak hambasahaya miliknya pada suatu malam. Sebagai seorang raja yang memiliki kuasa penuh waktu itu dia bisa saja membunuh isteri dan budaknya hanya dengan sekalihunusan pedang. Dia tidak jadi menjatuhkan hukuman itu sebelum adanyapengadilan sah yang mendengar pengakuan kedua belah pihak. Karena ketika itu dalam hatinya dia mendengar ayat “"Yaayyuhalladzina aamanu in jaa'akum faa siqun binaba'in fatabayyanuu an tushibuqauman bijahaalatin fatush bihuu ala maa fa'altum naa dimiin." (Haiorang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasiq (satu kaum)membawa berita, maka hendaklah kamu selidiki, jangan sampai kamu membalas kepada suatu kaum dengan kebodohan, maka kamu kelak akan merasa menyesal). [QS:Alhujuraat:6].<br />
<br />
Ayat ini adalah penegasan wajibnya kaum Muslim melakukan koreksi kebenaran setiap mendapat/menerima berita yang kita terima.<br />
<br />
Singkat cerita,setelah dibangunkan, sang raja menggunakan kuasanya dengan mengatakan, “kenapakalian melakukan semua ini!...” Sang isteri mengatakan kepada suaminya, “Sayakira orang yang tidur diatas tilam tadi adalah kakanda, karena menyangka kandatidak jadi pergi berburu ke hutan,. Si hamba sahaya juga menjawab, “Tadi sore di saat saya membersihkan kamar tuan, teringin sekali rasanya saya menyentuh tilam yang empuk ini, setelah ku sentuh aku pun ingin mencoba bagaimana rasanyaberada di atas tilam ini. Aku pun tertidur karena terlalu capek dan karena merasa betapa enaknya berada diatas tilam tuan yang empuk ini.”<br />
<br />
Dengan berkat hidayah dari Allah SWT. Ayat Al-Quran diatas telah menyelamatkan anak manusiadari melakukan kesalahan yang fatal. Sang raja tidak jadi membunuh dua insanyang sebenarnya tidak berdosa dan dua insan yang secara logis harus mati di tangan penguasa tidak jadi mati. Dalam Islam fitnah dikatakan lebih kejam dari pembunuhan,ini karena fitnah bisa menyebabkan berlakunya permusuhan, dendam, perang dan berbagai kehancuran lainnya karena boleh membunuh ratusan bahkan ribuan nyawayang tidak berdosa.<br />
<br />
Dalam falsafahkita di ajarkan “berikan 25% kepercayaanmu terhadap apa yang kamu dengar,berikan 50% kepercayaanmu terhadap apa yang kamu lihat dan percayalah setelahdiselidiki atau dikaji.”<br />
<br />
Indonesia-Malaysia Pra Nasionalisme<br />
<br />
Sebelum lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan Negara Malaysia pada 31 Agustus 1957, Asia Tenggara memiliki hubungan sejarah yang sangat rapatdan panjang. Kerajaan Iskandar Muda pada tahun 1607 hingga tahun 1936 kekuasaannya meliputi Deli, Johor, Bintan, Pahang, Kedah, Melaka. Kerajaan Melayu Riau Lingga kekuasaannya meliputi Riau, Johor dan Pahang pada abad ke19. Terdapat ikatan kekeluargaan yang kuat antara masyarakat dan keluarga diRaja Riau, Bugis, Betawi, Johor, Rao, Pahang, Selangor, Jambi, Minangkabau,Negeri Sembilan, Jawa dan sebagainya<br />
<br />
Penghijrahan dalam kawasan Asia Tenggara ketika itu adalah perkara biasa, tiada batassempadan negara. Terdapat kesamaan dari segi alam, ekonomi, politik, sejarah masa lalu, bentuk tubuh, warna kulit, budaya, bahasa dan agama. Belum ada mengenal sistem pasport, visa dan fiskal ketika itu. Asia Tenggara pula pernah menjadi sebuah kesatuan ketika air laut turun.<br />
<br />
Banyak orang-orang Melayu Malaysia sekarang ini nenek moyangnya berasal dari Riau, Bugis, Betawi, Johor, Rao, Jambi, Minangkabau, Negeri Sembilan, Jawa dan sebagainya.Mereka masih menggunakan bahasa daerahnya dalam kalangan keluarga dan masih mengamalkan adat budaya suku kaumnya. Diantara mereka banyak yang menjadi orang penting seperti menjadi Perdana Menteri, Menteri, Profesor dan sebagainya.Tetapi mereka bukan berasal dari Indonesia, karena Indonesia baru saja lahir 63tahun yang lalu yaitu pada 17 Agustus 1945.<br />
<br />
Orang Melayu Rao(Rawa) Malaysia, misalnya, banyak terdapat di negara bagian Perak, Kedah, Pulau Pinang, Kuala Lumpur, Selangor, Kelantan, Pahang Malaysia. Begitu juga dengan orang Minangkabau, Riau, Jambi, Kerinci, Mandailing dan sebagainya yang mendominasi tempat-tempat tertentu di Malaysia. Mereka masih mempertahankanadat, budaya dan bahasa suku kaumnya. Mereka melakukan hubungan kekeluargaan yang erat. Saling mengunjungi antara keluarga di Indonesia-Malaysia. Ini karenahubungan persaudaraan dan darah yang telah terjalin ribuan tahun lalu tidakakan bisa dipisahkan oleh perbedaan batas teritory negara, politik dan rasa nasionalisme sempit yang baru lahir beberapa puluh tahun ini saja.<br />
<br />
Ulama memberikanperanan yang kuat dalam menjalin hubungan kekeluargaan dan persaudaraan yang didasarkan pada kalimat tauhid ketika itu. Sampai sekarang masih diabadikan dalam buku-buku sejarah tentang peranan ulama melayu, Riau, Bugis, Betawi,Johor, Rao, Pahang, Selangor, Jambi, Minangkabau, Negeri Sembilan dalambuku-buku sejarah dalam menyebarkan ajaran Islam di Kepulauan Melayu ini. Para ulama menyatukan umat dengan ajaran Islam, melalui murid dan melalui jalinan perkawinan yang memiliki ramai keturunan dan ahli keluarga. Hubungan kekeluargaan yang kuat didasari pada hubungan darah, persemendaan, hubungansuku kaum, dan adat budaya. Sebagai tokoh, mereka memiliki pengaruh yang tiadaterhingga hingga saat ini.<br />
<br />
Peran Berita Media<br />
<br />
Meminjam istilah Dr P. Ramlee, aktor film, sutradara, penyanyi, dan sastrawan yang dikenal di Malaysia dan memiliki ikatan keluarga Aceh, “Sedangkan lidah lagi tergigit apalagihubungan suami isteri.” Menurutnya, semakin dekat hubungan kita dengan sesuatu,maka semakin sering terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat.<br />
<br />
Hari-hari inimedia –khususnya di Indonesia—disibukkan dengan pemberitakan yang beraromapermusuhan dan bisa saja meledakkan hubungan antara Indonesia dan Malaysia.<br />
<br />
Banyak konflikberlaku setelah terbentuknya dan lahirnya kedua negara yang disebabkan olehperbedaan politik, kepentingan dan kekuasaan yang dipanaskan oleh media massa.Konflik ini secara umumnya hanya menguntungkan penguasa dan jelas dirakan merugikanrakyat. Hubungan darah, persaudaraan dan seagama tidak seharusnya di keruhkan dengan kepentingan politik dan kekuasaan. Media memainkan peranan yang kuat dalam memperkeruh hubungan kedua-dua negara. Banyak dari berita yang disiarkanoleh media selama ini lebih bersifat provokatif.<br />
<br />
Dalam banyak hal, pemberitaan di Indonesia sering tak berimbang di banding kenyataan yangada. Berita penyiksaan pembantu rumah tangga dan pelecehan terhadap TKW, umumnya dilakukan oleh majikan mereka yang bukan Islam. Sebaliknya, banyak juga TKW yang bernasib baik sampai di hajikan majikannya di Malaysia. Namun berita seperti ini jelas tak menarik dibanding satu-dua kasus penyiksaan. Memang sebaiknya pemerintah kita menyediakan lapangan pekerjaan yang mencukupi guna menghalangi tenaga Indonesia dengan SDM rendah keluar negara. Dalam beberapa kasus, banyak kejahatan manipulasi TKI/TKW justrudilakukan saudara-saudara kita sendiri asal Indonesia. Misalnya manipulasi umurTKW agar bisa berangkat ke Malaysia.<br />
<br />
Berita tentang kebudayaan Indonesia yang dikabarkan telah diklaim Malaysia, seharusnya menjadiperingatan pada kita sendiri. Sebab ini,lebih karena kelemahan pemerintah RI sendiri dalam mendata dan menghargaibudaya local kita.<br />
<br />
Sama halnya dengan masalah sengketa perbatasan. Karena tidak adanya data dan karenalemahnya pemerintah dalam menjaga pulau-pulaunya, menyebabkan puluhan tahunlamanya pulau-pulau itu tak terurus dan dibiarkan begitu saja tanpa pembangunanseperti yang dilakukan oleh negara lain.<br />
<br />
Memang sebaiknya kasus ini membuat pemerintah lebih berhati-hati dan menjadikan pelajaranberharga. Seharusnya, pemerintah segera membuat peraturan tertulis dengan Malaysiaguna melindungi TKW kita, pula kita dan budaya kita. Kita tak bisa semena-mena marahatas banyak kasus yang ditimbulkan oleh TKW sementara pemerintah tidak memperbaikiekonomi yang menyebabkan banyak pekerja non-profesional menyebrang ke Negara lain.<br />
<br />
Kedutaan juga harusmemainkan diplomasinya secara optimal dengan meningkatkan kemampuan intelijen guna meredam upaya adu domba kedua negara seperti kasus lagu Indonesia Raya yangsempat diramaikan.<br />
<br />
Penulis melihatada pihak-pihak tertentu menangguk di air keruh dengan memanfatkan konflikMalaysia-Indonesia untuk mencari keuntungan secara politik, kekuasaan ataupunmateri.<br />
<br />
Pemerintah juga harus bersikap tegas, mengadili media yang sering menyebarkan berita panas danprovokatif yang mengganggu kenyamanan dan ketentraman hubungan kedua negara.<br />
<br />
Penulis akui apayang dilakukan oleh Malaysia terhadap Indonesia terkadang memang sesuatukesalahan dan kelewat batas. Akan tetapi sesuatu yang mengherankan adalah di saat satu persatu pulau-pulau kecil Indonesia tenggelam karena pasirnya di angkut secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan ke Singapura oleh para mafia, hanyasedikit media dan pejabat kita menjadikan ini sebagai perhatian berharga. <br />
<br />
Duduk Bersama<br />
<br />
Kesimpulannya, kasus seperti ini jelas tak bisa diselesaikan dengan cara jalanan. Kedua Negara,harus duduk bersama, saling menghormati, saling berjumpa dan berdiskusi terhadapmasa depan keduanya.<br />
<br />
Pemerintah keduanegara tidak seharusnya melibatkan rakyat untuk memikirkan apa yang menjaditugas dan kewajiban mereka. Membicarakan nasib dan kepentingan masing-masing jauh lebih baikdan sangat penting daripada hanya menanggapinya provokasi melalui media massa yang hanya akan memperkeruh suasana. <br />
<br />
Indonesia sangat memerlukan Malaysia dan Malaysia juga sangat memerlukan Indonesia, adalah dua perkara yang tidak bisa dinafikan. Puluhan ribu TKI Indonesia ada di Malaysia, ribuan pelajar dan mahasiswa juga ada di Malaysia. Sama halnya warga Malaysia di Indonesia. Saling memerlukan ini akan menjadi sebuah energi positif dan saling menguntungkan kalau saja berlaku kerjasama pemimpin dan masyarakat keduanegara.<br />
<br />
Selebihnya, media massa, seharusnya berada di garda depan pembangunan masyarakat dan menciptakan iklim saling menguntungkan kedua Negara. Berita fitnah atau berbau adu-domba, bukanlah solusi bagi permasalahan sesungguhnya. Tindakan itu juga adalah sebuah implementasi rasa nasionalisme yang salah sebab hanya akanmerugikan dan menghancurkan hubungan kedua Negara. Seolah-olah dengan perang semuanya bisa selesai.<br />
<br />
Islam sangat membenci fitnah. Bahkan mendudukannya jauh lebih kejam daripada pembunuhan.Sebab akibat dari fitnah bisa menimbulkan perpecahan, permusuhan, kebencian, dendam, perang yang bisa membunuh ratusan bahkan ribuan nyawa yang tidakberdosa lainnya.<br />
<br />
Dengan kemampuan dan efek yang sangat luar biasa, media massa memang berpeluang melahirkan fitnahdan saling bermusuhan. Sebaliknya, tak semua fakta yang disajikan, bisa melahirkan maslahat apalagi harus disampaikan. Sebab ada fakta yang berdampak positif dan ada pula fakta yang justru bisa berimplikasi negative bagi jutaan orang. Tergantung bagaimana melihatnya. Di sinilah diperlulan wisdom bagi parapengelola media massa.<br />
<br />
Sejarah banyakmencatatkan berbagai perpecahan, permusuhan, peperangan yang akhirnya berbunuh-bunuhan mulai dari antara dua orang sahabat, suami istri sampai ketingkat negara yang disebabkan oleh peranan media. Semoga ini menjadi pelajaran berharga kita semua.<br />
<br />
Penulis berasal dari Sumatera Indonesia, sekretaris Muhammadiyah Malaysia dan mahasiswa S3 bidang Politik Islam di UniversitiMalaya Kuala Lumpur<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-34505272798338964072010-01-14T18:11:00.000+07:002010-01-14T18:11:51.521+07:00Sunnahnya Membaca Qunut ShubuhA. Hukum Membaca Qunut Subuh<br />
Di dalam madzab syafii sudah disepakati bahwa membaca doa qunut dalam shalat subuh pada I’tidal rekaat kedua adalah sunnah ab’ad. Sunnah Ab’ad artinya diberi pahala bagi yang mengerjakannya dan bagi yang lupa mengerjakannya disunnahkan menambalnya dengan sujud syahwi.<span class="fullpost"><br />
Tersebut dalam Al majmu’ syarah muhazzab jilid III/504 sebagai berikut :<br />
“Dalam madzab syafei disunnatkan qunut pada waktu shalat subuh baik ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan diantara yang berpendapat demikian adalah Abu Bakar as-shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin affan, Ali bin abi thalib, Ibnu abbas, Barra’ bin Azib – semoga Allah meridhoi mereka semua. Ini diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad yang shahih. Banyak pula orang tabi’in dan yang sesudah mereka berpendapat demikian. Inilah madzabnya Ibnu Abi Laila, Hasan bin Shalih, Malik dan Daud.”<br />
Dalam kitab al-umm jilid I/205 disebutkan bahwa Imam syafei berkata :<br />
“Tidak ada qunut pada shalat lima waktu selain shalat subuh. Kecuali jika terjadi bencana, maka boleh qunut pada semua shalat jika imam menyukai”.<br />
Imam Jalaluddin al-Mahalli berkata dalam kitab Al-Mahalli jilid I/157 :<br />
“Disunnahkan qunut pada I’tidal rekaat kedua dari shalat subuh dan dia adalah “Allahummahdinii fiman hadait….hingga akhirnya”.<br />
Demikian keputusan hokum tentang qunut subuh dalam madzab syafii.<br />
B. Dalil-Dalil Kesunattan qunut subuh<br />
Berikut ini dikemukakan dalil dalil tentang kesunnatan qunut subuh yang diantaranya adalah sebagai berikut :<br />
1. Hadits dari Anas ra.<br />
“Bahwa Nabi saw. pernah qunut selama satu bulan sambil mendoakan kecelakaan atas mereka kemudian Nabi meninggalkannya.Adapun pada shalat subuh, maka Nabi melakukan qunut hingga beliau meninggal dunia”<br />
Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok huffadz dan mereka juga ikut meriwayatkannya dan mereka juga ikut menshahihkannya. Diantara ulama yang mengakui keshahihan hadis ini adalah Hafidz Abu Abdillah Muhammad ali al-balkhi dan Al-Hakim Abu Abdillah pada beberapa tempat di kitabnya serta imam Baihaqi. Hadits ini juga turut di riwayatkan oleh Darulquthni dari beberapa jalan dengan sanad-sanad yang shahih.<br />
حدثنا عمرو بن علي الباهلي ، قال : حدثنا خالد بن يزيد ، قال : حدثنا أبو جعفر الرازي ، عن الربيع ، قال : سئل أنس عن قنوت (1) النبي صلى الله عليه وسلم : « أنه قنت شهرا » ، فقال : ما زال النبي صلى الله عليه وسلم يقنت حتى مات قالوا : فالقنوت في صلاة الصبح لم يزل من عمل النبي صلى الله عليه وسلم حتى فارق الدنيا ، قالوا : والذي روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قنت شهرا ثم تركه ، إنما كان قنوته على من روي عنه أنه دعا عليه من قتلة أصحاب بئر معونة ، من رعل وذكوان وعصية وأشباههم ، فإنه قنت يدعو عليهم في كل صلاة ، ثم ترك القنوت عليهم ، فأما في الفجر ، فإنه لم يتركه حتى فارق الدنيا ، كما روى أنس بن مالك عنه صلى الله عليه وسلم في ذلك وقال آخرون : لا قنوت في شيء من الصلوات المكتوبات ، وإنما القنوت في الوتر<br />
Dikatakan oleh Umar bin Ali Al Bahiliy, dikatakan oleh Khalid bin Yazid, dikatakan Jakfar Arraziy, dari Arrabi’ berkata : Anas ra ditanya tentang Qunut Nabi saw bahwa apakah betul beliau saw berqunut sebulan, maka berkata Anas ra : beliau saw selalu terus berqunut hingga wafat, lalu mereka mengatakan maka Qunut Nabi saw pada shalat subuh selalu berkesinambungan hingga beliau saw wafat, dan mereka yg meriwayatkan bahwa Qunut Nabi saw hanya sebulan kemudian berhenti maka yg dimaksud adalah Qunut setiap shalat untuk mendoakan kehancuran atas musuh musuh, lalu (setelah sebulan) beliau saw berhenti, namun Qunut di shalat subuh terus berjalan hingga beliau saw wafat. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 2 hal 211 Bab Raf’ul yadayn filqunut, Sunan Imam Baihaqi ALkubra Juz 3 hal 41, Fathul Baari Imam Ibn Rajab Kitabusshalat Juz 7 hal 178 dan hal 201, Syarh Nawawi Ala shahih Muslim Bab Dzikr Nida Juz 3 hal 324, dan banyak lagi).<br />
2. Hadits dari Awam Bin Hamzah dimana beliau berkata :<br />
“Aku bertanya kepada Utsman –semoga Allah meridhoinya- tentang qunut pada Subuh. Beliau berkata : Qunut itu sesudah ruku. Aku bertanya :” Fatwa siapa?”, Beliau menjawab : “Fatwa Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu ‘anhum”.<br />
Hadits ini riwayat imam Baihaqi dan beliau berkata : “Isnadnya Hasan”. Dan Baihaqi juga meriwayatkan hadits ini dari Umar Ra. Dari beberapa jalan.<br />
3. Hadits dari Abdullah bin Ma’qil at-Tabi’i<br />
“Ali Ra. Qunut pada shalat subuh”.<br />
Diriwayatkan oleh Baihaqi dan beliau berkata : “Hadits tentang Ali Ra. Ini shahih lagi masyhur.<br />
4. Hadits dari Barra’ Ra. :<br />
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh dan maghrib”. (HR. Muslim).<br />
5. Hadits dari Barra’ Ra. :<br />
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh”. (HR. Muslim).<br />
Hadits no. 4 diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dengan tanpa penyebutan shalat maghrib. Imam Nawawi dalam Majmu’ II/505 mengatakan : “Tidaklah mengapa meninggalkan qunut pada shalat maghrib karena qunut bukanlah sesuatu yang wajib atau karena ijma ulama menunjukan bahwa qunut pada shalat maghrib sudah mansukh hukumnya”.<br />
6. Hadits dari Abi rofi’<br />
“Umar melakukan qunut pada shalat subuh sesudah ruku’ dan mengangkat kedua tangannya serta membaca doa dengn bersuara”. (HR Baihaqi dan ia mengatakan hadis ini shahih).<br />
7. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :<br />
1. “Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut pada waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary Muslim).<br />
8. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :<br />
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada rekaat kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa : “Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia menshahihkannya).<br />
9. Hadits dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Beliau berkata :<br />
“Aku diajari oleh rasulullah Saw. beberapa kalimat yang aku ucapkan pada witir yakni : Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan selain mereka dengan isnad yang shahih)<br />
10. Hadits dari Ibnu Ali bin Thalib ra. (Berkaitan dengan hadist no. <br />
Imam Baihaqi meriwayatkan dari Muhammad bin Hanafiah dan beliau adalah Ibnu Ali bin Thalib ra. Beliau berkata :<br />
“Sesungguhnya doa ini adalah yang dipakai oleh bapakku pada waktu qunut diwaktu shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).<br />
11. Hadist doa qunut subuh dari Ibnu Abbas ra. :<br />
Tentang doa qunut subuh ini, Imam baihaqi juga meriwayatkan dari beberapa jalan yakni ibnu abbas dan selainnya:<br />
“Bahwasanya Nabi Saw. mengajarkan doa ini (Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya) kepada para shahabat agar mereka berdoa dengannya pada waktu qunut di shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).<br />
Demikianlah Beberapa Dalil yang dipakai para ulama-ulama shlusunnah dari madzab syafiiyah berkaitan dengan fatwa mereka tentang qunut subuh.<br />
Dari sini dapat dilihat keshahihan hadis-hadisnya karena dishahihkan oleh Imam-imam hadits ahlusunnah yang terpercaya. Hati-hati dengan orang-orang khalaf akhir zaman yang lemah hafalan hadisnya tetapi mengaku ahli hadis dan banyak mengacaukan hadis-hadis seperti mendoifkan hadis shahih dan sebaliknya.<br />
C. Tempat Qunut Subuh dan nazilah adalah Sesudah ruku rekaat terakhir.<br />
Tersebut dalam Al-majmu Jilid III/506 bahwa : “Tempat qunut itu adalah sesudah mengangkat kepala dari ruku. Ini adalah ucapan Abu Bakar as-shidiq, Umar bin Khattab dan Utsman serta Ali ra.hum.<br />
Mengenai Dalil-dalil qunut sesudah ruku :<br />
1. Hadits dari Abu Hurairah :<br />
“Bahwa Nabi Qunut sesungguhnya sesudah ruku” (HR. Bukhary muslim).<br />
2. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :<br />
“Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut pada waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary Muslim).<br />
3. Hadis dari Anas Ra.<br />
“Bahwa Nabi Saw. melakukan qunut selama satu bulan sesudah ruku pada subuh sambil mendoakan kecelakaan keatas bani ‘ushayyah” (HR. Bukhary Muslim).<br />
4. Hadits Dari Awam Bin hamzah dan Rofi yang sudah disebutkan pada dalil 4 dan 5 tentang kesunnatan qunut subuh.<br />
5. Riwayat Dari Ashim al-ahwal dari Anas Ra. :<br />
“Bahwa Anas Ra. Berfatwa tentang qunut sesudah ruku”.<br />
6. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :<br />
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada rekaat kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa : “Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia menshahihkannya).<br />
7. Hadits Riwayat dari Salim dari Ibnu umar ra.<br />
“Bahwasanya ibnu umar mendengar rasulullah SAW apabila beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada rekaat terakhir shalat subuh, beliau berkata : “Ya Allah laknatlah sifulan dan si fulan”, sesudah beliau menucapkan sami’allahu liman hamidah. Maka Allah menurunkan Ayat: “Tidak ada bagimu sesuatu pun urusan mereka itu atau dari pemberian taubat terhadap mereka karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang dzalim “ (HR Bukhary).<br />
Terlihat jelas Bahwa pada qunut nazilah maupun qunut subuh, dilakukan setalah ruku. Adapun ada riwayat yang menyatakan sebelum ruku, Imam Baihaqi mengatkan dalam kita Al-majmu :<br />
“Dan orang-orang yang meriwayatkan qunut sesudah ruku lebih banyak dan lebih kuat menghafal hadis, maka dialah yang lebih utama dan inilah jalanya para khalifah yang memperoleh petunjuk – radhiyallahu ‘anhum- pada sebagian besar riwayat mereka, wallahu a’lam”.<br />
D. Jawaban untuk orang-orang yang membantah sunnahnya qunut subuh<br />
1. Ada yang mendatangkan Hadits bahwa Ummu salamah berkata :<br />
“Bahwa Nabi Saw. melarang qunut pada waktu subuh “ (Hadis ini Dhoif).<br />
Jawaban : Hadist ini dhaif karena periwayatan dari Muhammad bin ya’la dari Anbasah bin Abdurahman dari Abdullah bin Nafi’ dari bapaknya dari ummu salamah. Berkata darulqutni :”Ketiga-tiga orang itu adalah lemah dan tidak benar jika Nafi’ mendengar hadis itu dari ummu salamah”. Tersebut dalam mizanul I’tidal “Muhammad bin Ya’la’ diperkatakan oleh Imam Bukhary bahwa ia banyak menhilangkan hadis. Abu hatim mengatakan ianya matruk” (Mizanul I’tidal IV/70).<br />
Anbasah bin Abdurrahman menurut Imam Baihaqi hadisnya matruk. Sedangkan Abdullah adalah orang banyak meriwayatkan hadis mungkar. (Mizanul I’tidal II/422).<br />
2. Ada yang mengajukan Hadis bahwa Ibnu Abbas ra. Berkata :<br />
“Qunut pada shalat subuh adalah Bid’ah”<br />
Jawaban : Hadis ini dhaif sekali (daoif jiddan) karena imam Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila al-kufi dan beliau sendiri mengatakan bahwa hadis ini tidak shahih karena Abu Laila itu adalah matruk (Orang yang ditinggalkan haditsnya). Terlebih lagi pada hadits yang lain Ibnu abbas sendiri mengatakan :<br />
“Bahwasanya Ibnu abbas melakukan qunut subuh”.<br />
3. Ada juga yang mengetangahkan riwayat Ibnu mas’ud yang mengatakan :<br />
“Rasulullah tidak pernah qunut didalam shalat apapun”.<br />
Jawaban : Riwayat ini menurut Imam Nawawi dalam Al majmu sangatlah dhoif karena perawinya terdapat Muhammad bin Jabir as-suhaili yang ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli hadis. Tersebut dalam mizanul I’tidal karangan az-zahaby bahwa Muhammad bin jabir as-suahaimi adalah orang yang dhoif menurut perkataan Ibnu Mu’in dan Imam Nasa’i. Imam Bukhary mengatakan: “ia tidak kuat”. Imam Ibnu Hatim mengatakan : “Ia dalam waktu akhirnya menjadi pelupa dan kitabnya telah hilang”. (Mizanul I’tidal III/492).<br />
Dan juga kita dapat menjawab dengan jawaban terdahulu bahwa orang yang mengatakan “ada” lebih didahulukan daripada yang mengatakan “tidak ada” berdasarkan kaidah “Al-mutsbit muqaddam alan naafi”.<br />
4. Ada orang yg berpendapat bahawa Nabi Muhammad saw melakukan qunut satu bulan shj berdasarkan hadith Anas ra, maksudnya:<br />
“Bahawasanya Nabi saw melakukan qunut selama satu bulan sesudah rukuk sambil mendoakan kecelakaan ke atas beberapa puak Arab kemudian baginda meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.<br />
Jawaban : Hadith daripada Anas tersebut kita akui sebagi hadith yg sahih kerana terdapat dlm kitab Bukhari dan Muslim. Akan tetapi yg menjadi permasalahan sekarang adalah kata:(thumma tarakahu= Kemudian Nabi meninggalkannya).<br />
Apakah yg ditinggalkan oleh Nabi itu?<br />
Meninggalkan qunutkah? Atau meninggalkan berdoa yg mengandungi kecelakaan ke atas puak-puak Arab?<br />
Untuk menjawab permasalahan ini lah kita perhatikan baik2 penjelasan Imam Nawawi dlm Al-Majmu’jil.3,hlm.505 maksudnya:<br />
“Adapun jawapan terhadap hadith Anas dan Abi Hurairah r.a dlm ucapannya dengan (thumma tarakahu) maka maksudnya adalah meninggalkan doa kecelakaan ke atas orang2 kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap mereka shj. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau meninggalkan qunut pada selain subuh. Pentafsiran spt ini mesti dilakukan kerana hadith Anas di dlm ucapannya ’sentiasa Nabi qunut di dlm solat subuh sehingga beliau meninggal dunia’<br />
adalah sahih lagi jelas maka wajiblah menggabungkan di antara kedua-duanya.”<br />
Imam Baihaqi meriwayatkan dan Abdur Rahman bin Madiyyil, bahawasanya beliau berkata, maksudnya:<br />
“Hanyalah yg ditinggalkan oleh Nabi itu adalah melaknat.”<br />
Tambahan lagi pentafsiran spt ini dijelaskan oleh riwayat Abu Hurairah ra yg berbunyi, maksudnya:<br />
“Kemudian Nabi menghentikan doa kecelakaan ke atas mereka.”<br />
Dengan demikian dapatlah dibuat kesimpulan bahawa qunut Nabi yg satu bulan itu adalah qunut nazilah dan qunut inilah yg ditinggalkan, bukan qunut pada waktu solat subuh.<br />
5. Ada juga orang-orang yg tidak menyukai qunut mengemukakan dalil hadith Saad bin Thariq yg juga bernama Abu Malik Al-Asja’i, maksudnya:<br />
“Dari Abu Malik Al-Asja’i, beliau berkata: Aku pernah bertanya kpd bapaku, wahai bapa! sesungguhnya engkau pernah solat di belakang Rasulullah saw, Abu Bakar, Usman dan Ali bin Abi Thalib di sini di kufah selama kurang lebih dari lima tahun. Adakah mereka melakukan qunut?. Dijawab oleh bapanya:”Wahai anakku, itu adalah bid’ah.” Diriwayatkan oleh Tirmizi.<br />
Jawaban :<br />
Kalau benar Saad bin Thariq berkata begini maka sungguh menghairankan kerana hadith2 tentang Nabi dan para Khulafa Rasyidun yg melakukan qunut banyak sangat sama ada di dlm kitab Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Nasa’i dan Baihaqi.<br />
Oleh itu ucapan Saad bin Thariq tersebut tidaklah diakui dan terpakai di dalam mazhab Syafie dan juga mazhab Maliki.<br />
Hal ini disebabkan oleh kerana beribu-ribu orang telah melihat Nabi melakukan qunut, begitu pula sahabat baginda. Manakala hanya Thariq seorang shj yg mengatakan qunut itu sebagai amalan bid’ah.<br />
Maka dalam masalah ini berlakulah kaedah usul fiqh iaitu:<br />
“Almuthbitu muqaddimun a’la annafi”<br />
Maksudnya: Orang yg menetapkan lebih didahulukan atas orang yg menafikan.<br />
Tambahan lagi orang yg mengatakan ADA jauh lebih banyak drpd orang yg mengatakan TIDAK ADA.<br />
Seperti inilah jawapan Imam Nawawi didlm Al-Majmu’ jil.3,hlm.505, maksudnya:<br />
“Dan jawapan kita terhadap hadith Saad bin Thariq adalah bahawa riwayat orang2 yg menetapkan qunut terdapat pada mereka itu tambahan ilmu dan juga mereka lebih banyak. Oleh itu wajiblah mendahulukan mereka”<br />
Pensyarah hadith Turmizi yakni Ibnul ‘Arabi juga memberikan komen yang sama terhadap hadith Saad bin Thariq itu. Beliau mengatakan:”Telah sah dan tetap bahawa Nabi Muhammad saw melakukan qunut dlm solat subuh, telah tetap pula bahawa Nabi ada qunut sebelum rukuk atau sesudah rukuk, telah tetap pula bahawa Nabi ada melakukan qunut nazilah dan para khalifah di Madinah pun melakukan qunut serta Sayyidina Umar mengatakan bahawa qunut itu sunat, telah pula diamalkan di Masjid Madinah. Oleh itu janganlah kamu tengok dan jgn pula ambil perhatian terhadap ucapan yg lain daripada itu.”<br />
Bahkan ulamak ahli fiqh dari Jakarta yakni Kiyai Haji Muhammad Syafie Hazami di dalam kitabnya Taudhihul Adillah ketika memberi komen terhadap hadith Saad bin Thariq itu berkata:<br />
“Sudah terang qunut itu bukan bid’ah menurut segala riwayat yg ada maka yg bid’ah itu adalah meragukan kesunatannya sehingga masih bertanya-tanya pula. Sudah gaharu cendana pula, sudahh tahu bertanya pula”<br />
Dgn demikian dapatlah kita fahami ketegasan Imam Uqaili yg mengatakan bahawa Abu Malik itu jangan diikuti hadithnya dlm masalah qunut.(Mizanul I’tidal jil.2,hlm.122).<br />
6. Kelompok anti madzab katakan : Dalam hadis-hadis yang disebutkan diatas, qunut bermakna tumaninah/khusu’?<br />
Jawab : Dalam hadis2 yang ada dlm artikel salafytobat smuanya berarti seperti dalam topik yang dibicarakan “qunut” = berdoa pada waktu berdiri (setelah ruku)…<br />
qunut dalam hadis-hadis tersebut bukan berati tumaninah atau ruku.!!!<br />
Mengenai hadis “qunut” yang bermakna tumaninah/khusu/dsb<br />
Diriwayatkan dari Jabir Ra. katanya Rasulullah saw. bersabda : afdlalu shshalah thuululqunuut<br />
artinya : “shalah yg paling baik ialah yang paling panjang qunutnya “<br />
Dalam menjelaskan ayat alqur’an :<br />
“Dan berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dalam keadaan “qanitiin” (al-baqarah 238) (HR Ibnu abi syaibah, muslim, tirmidzi, Ibnu Majah seperti dalam kitan Duurul mantsur).<br />
Mujtahid Rah. maksud qanitiin disini termasuklah ruku, khusyu, rekaat yang panjang/lama berdiri, mata tunduk kebawah, takut kepada Allah swt.<br />
Makna qanitiin juga berarti diam atau senyap. Sebelum turun ayat ini , masih dibolehkan berbicara dalam shalat, melihat keatas, kebawah, kesana-kemari, dsb…(lihat hadist bukhary muslim). Setelah turun ayat ini, perkara-perkara tersebut tidak dibolehkan. (Duurul mantsur)<br />
E. Pendapat Imam Madzab tentang qunut <br />
1. Madzab Hanafi : <br />
Disunatkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sebelum ruku. Adapun qunut pada shalat subuh tidak disunatkan. Sedangkan qunut Nazilah disunatkan tetapi ada shalat jahriyah saja.<br />
2. Madzab Maliki :<br />
Disunnatkan qunut pada shalat subuh dan tempatnya yang lebih utama adalah sebelum ruku, tetapi boleh juga dilakukan setelah ruku. Adapun qunut selain subuh yakni qunut witir dan Nazilah, maka keduanya dimakruhkan.<br />
3. Madzab Syafii<br />
Disunnatkan qunut pada waktu subuh dan tempatnya sesudah ruku. Begitu juga disunnatkan qunut nazilah dan qunut witir pada pertengahan bulan ramadhan.<br />
4. Madzab Hambali <br />
Disunnatkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sesudah ruku. Adapun qunut subuh tidak disunnahkan. Sedangkan qunut nazilah disunatkan dan dilakukan diwaktu subuh saja.<br />
Semoga kita dijadikan oleh Allah asbab hidayah bagi kita dan ummat seluruh alam.<br />
</span><br />
<div style="text-align: right;"><a href="http://salafytobat.wordpress.com/"><i><span class="fullpost">http://salafytobat.wordpress.com/</span></i></a></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-68570832936928759612010-01-14T18:06:00.001+07:002010-01-14T18:09:40.043+07:00ZUHUD, Apa dan Mengapa?<div style="text-align: justify;"><i><b> Oleh: Zul Fahmi, 2 Oktober 2009</b></i><br />
<br />
I. PENGERTIAN<br />
<br />
A. Menurut bahasa adalah <br />
1. Lawan kata dari menyenangi, <br />
2. Meninggalkan sesuatu dan berpaling darinya, <br />
3. Berpalingnya kecintaan terhadap sesuatu kepada yang lebih baik darinya <br />
4.Berpaling dari sesuatu untuk membebaskannya, menghinakannya, dan mengangkat keinginan darinya <br />
B. Menurut istilah adalah tak tergantungnya keinginan hati dan jiwa dengan kenikmatan kehidupan dunia, kegemerlapannya dan keindahannya. <br />
<br />
II. DALIL-DALIL TENTANG ZUHUD<br />
<br />
A. Al Qur’an<br />
<div style="text-align: right;">بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا {16} وَاْلأَخِرَةُ خَيْرُُوَأَبْقَى {17}<br />
</div>Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al A’la :16-17)<br />
<br />
<div style="text-align: right;">مَاكَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَّكُونَ لَهُ أَسْرَى حَتَّى يُثْخِنَ فيِ اْلأَرْضِ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللهُ يُرِيدُ اْلأَخِرَةِ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ {67}<br />
</div>Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Anfal: 67)<br />
<br />
<div style="text-align: right;">فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآأُوتِىَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ {79}<br />
</div>Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". (QS. Al Qoshos : 79)<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">أَلَمْ تَرَإِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقُُ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلآَ أَخَّرْتَنَآ إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلُُ وَاْلأَخِرَةُ خَيْرُُ لِّمَنِ اتَّقَى وَلاَ تُظْلَمُونَ فَتِيلاً {77}<br />
</div>Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (QS. An-Nisa :77)<br />
<br />
اللهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَاالْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي اْلأَخِرَةِ إِلاَّ مَتَاعٌ <br />
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS. Ar Ro’du : 26)<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">وَقَالَ الَّذِي ءَامَنَ يَاقَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ {38} يَاقَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعُُ وَإِنَّ اْلأَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ {39}<br />
</div>Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghofir : 38-39)<br />
<br />
B. Al Hadits:<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنِ الْمُسْتَوْرِدِ بْنِ شَدَّادٍ أَخِي بَنِي فِهْرٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ .<br />
</div>Dari al Mustaurid bin Saddad alfahri berkata, bersabda Rasulullah saw. : ”Tidaklah dunia dibanding dengan akherat kecuali seperti salah seorang darimu mencelupkan jarinya dilaut maka lihatlah apa yang tersisa (HR. Muslim)<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللَّهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّوكَ <br />
</div>Dari Sahl bin Sa’din As Sya’idi berkata:”seorang lelaki datang kepada Nabi SAW dan berkata:”Wahai Rasulullah tunjukkan kepadaku amalan yang jika aku mengerjakannya maka aku akan dicintai Allah, dan dicintai manusia, maka beliau bersabda:”Zuhudlah didunia niscaya kamu akan dicintai Allah, Dan zuhudlah apa yang ada ditangan manusia niscaya kau akan dicintai oleh menusia (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya )<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِالسُّوقِ دَاخِلًا مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ فَمَرَّ بِجَدْيٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ قَالَ أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ قَالُوا وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ فَقَالَ فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ (رواه مسلم)<br />
</div>Dari Jabir bahwa nabi SAW memasuki sebuah pasar dan manusia berada disekelilinganya dan dihadapkan seekor anak kambing tuli lagi mati, maka dihidangkannya dan diambil telinganya baliau bersabda:”Siapa darimu yang menginginkan ini dengan dirham? Mereka berkata kami tak menginnginkannya dan tak condong kepadanya. Beliau bersabda: “Apakah kalian mau itu untukmu? Demi Allah seandainya anak kambing itu hidup akan menjadi aib, karena ia tuli bagaimana pula dia sekarang mati?” Beliau bersabda:” Demi Allah, dunia itu lebih hina dihadapan Allah dibanding ini bagimu” (HR. Muslim)<br />
<br />
III. PERKATAAN SALAF TENTANG ZUHUD<br />
<br />
1. Berkata Abu Muslim Al Kholani,: Bukanlah kezuhudan di dunia itu dengan mengharamkan yang halal, dan membuang harta akan tetapi kezuhudan di dunia itu jika apa yang ada ditangan Allah lebih diyakini dari pada apa yang ada ditangannya, dan jika kamu terkena musibah kamu lebih berharap kepada pahalanya dan simpanan modal musibah itu.” <br />
2. Berkata Fudhail bin Iyadl :<br />
<div style="text-align: right;">أَصْلُ الزُّهْدِ الرِّضَاعَنِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ<br />
</div>” Asli dari zuhud ialah ridlo kepada Allah azza wa jalla”.<br />
3. Berkata Al Hasan : <br />
”Orang yang zuhud itu jika melihat seseorang berkata dia lebih baik dariku”.<br />
4. Berkata Wuhaib bin Al Warod:<br />
<div style="text-align: right;">الزُّهْدُ فِى الدُّنْيَا أَنْ لاَ تَأْسَى عَلَى مَا فَاتَ مِنْهَا وَ لاَ تَفْرَحْ بِمَا أَتَاكَ مِنْهَا<br />
</div>”Zuhud didunia itu kamu tidak putus asa terhadap apa yang hilang darinya dan tidak gembira terhadap yang datang padamu darinya”.<br />
5. Sufyan bin Uyainah menjawab ketika ditanya tentang siapa yang zuhud di dunia:<br />
<div style="text-align: right;">مَنْ إِذَا َأنْعَمَ عَلَيْهِ شَكَرَ وَ إِذَا ابْتَلَى صَبَرَ<br />
</div>”Siapa yang diberi nikmat bersyukur dan jika diberi ujian bersabar”.<br />
6. Berkata Sufyan Ats Tsauri: <br />
<div style="text-align: right;">الزُّهْدُ فِى الدُّنْيَا قِصَرُ الأَمَلِ لَيْسَ بِأَكْلِ الْغَلِيْظِ وَ لاَ لُبْسِ الْعَبَاءِ<br />
</div>”Zuhud di dunia itu memendekkan angan-angan, bukan dengan makan yang kasar, dan memakai pakaian yang tebal”.<br />
7. Berkata Imam Ahmad: ”Zuhud di dunia memendekkan angan-angan” dan ai berkata di lain waktu: ”memendekkan angan-angan dan berputus asa terhadap apa yang ada di tangan manusia”.<br />
7. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : <br />
<div style="text-align: right;">تَرْكُ مَا لاَ يَنْفَعُ فِى الأَخِرَةَ<br />
</div>”Zuhud itu meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akherat “.<br />
9. Berkata Ibnu Jalai: ” Zuhud adalah melihat dunia dengan picingan mata, maka dunia menjadi kecil di matamu, dan mudah bagimu berpaling darinya”.<br />
10. Berkata Abu Sulaiman Ad Daroni : <br />
<div style="text-align: right;">تَرْكُ مَا لاَ يُشْغِلُ عَنِ اللهِ<br />
</div>”Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang menyibukkan dari Allah”.<br />
11. Berkata Ruwaim Junaid: ”Zuhud mengecilkan dunia dan menghapus bekasnya dalam hati”. <br />
<br />
IV. POTRET KEZUHUDAN RASULULLAH SAW.<br />
<br />
Yahya bin Hakim bercerita padaku berkata Abu Dawud bercerita padaku Dia berkata: ”Saya diberitahu Amru bin Murrah dari Ibrahim dari Alqomah dari Abdullah berkata: ”Nabi SAW tidur di atas tikar maka membekas pada kulitnya, saya berkata: “Demi bapak dan ibuku ya Rasulullah, seandainya anda memberitahukan pada kami maka akan kami beri tempat tidur yang dapat melindungi anda.” Berkata Rasulullah SAW: ”Tidaklah aku dan dunia ini melainkan saya dan dunia ini seperti pejalan kaki yang berlindung dibawah pohon kemudian istirahat dan meninggalkannya.” <br />
Baihaqi mengeluarkan dari Aisyah RA. Ia berkata: ”Masuk dirumahku wanita Anshor, dia melihat tempat tidur Rasulullah SAW dari selimut yang kusut, maka dia mengirimkan kepadaku tempat tidur dari wol, Rasulullah masuk dan bertanya:”Apa ini wahai Aisyah? Ia berkata:”Saya menjawab:”Wahai Rasulullah fulanah dari Anshor masuk dan melihat tempat tidurmu, maka dia pergi dan mengirimkan barang ini kepadaku. Rasul berkata: ”Kembalikan wahai Aisyah, demi Allah jika aku ingin maka Allah akan memberiku gunung emas dan perak. <br />
Anas RA berkata:”Rasulullah SAW memakai kain wol yang ditambal, Anas berkata:”Rasulullah SAW makan makanan yang tidak enak rasanya dan memakai pakaian yang berwarna merah kehitam-hitaman yang kasar. Dikatakan pada Hasan Apakah al basa’ itu? Dijawab:’Gandum yang kasar.” <br />
Dari Aisyah RA berkata: Diberikan kepada Rasulullah segelas susu dan madu, maka Rasulullah berkata: “Dua minuman dalam satu tempat dan dua darah dalam satu gelas ?!! Tidak ada keperluan bagiku padanya sesungguhnya saya tidak menginginkan untuk mengharamkannya akan tetapi saya membenci jika Allah menanyakan padaku tentang kelebihan dunia pada hari akherat saya tawadlu’ kepada Allah, barang siapa tawadlu’ kepada Allah maka Allah akan mengangkatnya dan barang siapa takabbur kepada Allah maka akan direndahkan, dan barang siapa sederhana akan dikayakan oleh Allah dan barang siapa yang banyak mengingat mati akan dicintai Allah <br />
<br />
V. POTRET ZUHUD PARA SALAF<br />
<br />
1. Abu Bakar Assidiq RA.<br />
Al Bazzar mengeluarkan dari Zaid bin Arqom RA dia berkata:”Kami bersama AbuBakar RA dan kami memberinya air dan madu, tatkala beliau memegangnya menangislah tersedu-sedu sampai kami menyangka ada sesuatu padanya serta kami tidak menanyainya tentang sesuatu itu. Ketika telah reda tangisnya kami berkata:”Wahai kholifah Rasulullah SAW apa yang membuatmu menangis ini? Beliau menjawab: ”Ketika saya bersama Rasulullah SAW saya melihatnya menahan sessuatu untuk dirinya dan saya tak melihat sesuatupun maka saya bertanya:”Wahai Rasulullah apa yang saya lihat padamu, anda menahan sesuatu untuk diri anda dan saya tak melihat sesuatupun? Beliau bersabda: ”Dunia mendekat-dekat padaku maka aku berkata:”Jauhlah dariku, maka dunia berkata:”Sesungguhnya kamu tidaklah menyusulku,” berkata Abu Bakar: “Maka itu peringatan bagiku dan saya khawatir telah menyelisihi perintah Rasulullah SAW dan dunia mendatangiku.”<br />
Ahmad mengeluarkan dalam kitab zuhud dari Aisyah RA berkata:”Abu Bakar RA meninggal tak meninggalkan dinar dan dirham, sebelumnya beliau telah mengambil uangnya kemudian disumbangkan kepada baitul mal. <br />
Dari Ibnu Saad, dari Atho’ bin As Saaib berkata:”Ketika Abu Bakar lagi bai’at pagi-pagi dan diatas pundaknya kain bergaris dan dia pergi ke pasar, Umar bertanya: Mau kemana anda akan pergi? Dijawab :”Pasar” Umar berkata:” Anda mau berbuat apa sedangkan anda telah diserahi urusan kaum muslimin?! Dia menjawab: “Dari mana aku memberi makan keluargaku ? ...”<br />
2. Umar bin Khottob RA <br />
Para sahabat menginginkan untuk menambah gaji pada Umar namun Umar menolaknya . <br />
Dari Al Hasan dia berkata: Umar bin Khottob RA berpidato selagi dia sedang menjadi kholifah sambil mengenakan mantel yang ada sepuluh tambalannya. <br />
Ibnu Saad mengeluarkan dari Anas RA berkata:”Saya melihat Umar RA beliau waktu itu amirul mukminin sedang menjauhkan satu sho’ kurma, beliau memakannya sampai memakan kurma yang paling buruk.<br />
3. Utsman bin Affan RA<br />
Abu Nuaim mengeluarkan pada kitabnya Al Hilyah 1/60 dari Abdul Malik bin Syidad berkata:”Saya melihat Utsman bin Affan hari Jumat diatas mimbar, memakai mantel Adnani yang murah harganya yakni empat dirham atau lima dirham. <br />
Dari Hasan ditanya tentang siapa yang sedang tiduran di masjid dijawab :”Saya melihat Utsman bin Affan RA sedang tiduran di masjid, beliau saat itu kholifah beliau bangun dan tikar membekas punggungnya maka dikatakan inikah amirul mukminin?! Inikah amirul mukminin.<br />
Dari Syurohbil Bin Muslim Bahwa Utsman RA memberi makan manusia dengan makanan yang berasal dari pemerintah, dan beliau masuk rumah makan, cuka dan minyak. <br />
4. Ali bin Abi tholib.<br />
Ali bin Abi Tholib berkata:”Ketika aku menikahi Fatimah, aku dan dia tidak memiliki tempat tidur kecuali selembar kulit domba. Kami tidur diatas lembaran kulit itu pada malam hari dan kami melipatnya pada siang hari sebagai wadah air . aku tidak memiliki pembantu selain dirinya dia harus membuat adonan roti.<br />
Ali bin Abi Tholib adalah sahabat yang paling zuhud sekalipun begitu dia memilki empat istri dan belasan wanita tawanan. <br />
Ibnu Mubarok mengeluarkan dari Zaid bin Wahhab berkata: ”Ali RA keluar memakai mantel dan surban yang telah ditambal dengan potongan kain lalu ditanyakan padanya, dijawab oleh Ali Ra. Sesungguhnya aku memakai kain ini supaya jauh dari kebanggaan dan kesombongan dan lebih baik bagiku untuk sholat, dan sunnah untuk orang mukmin. <br />
5. Abu Ubaidah bin Jarroh<br />
Makmar berkata:”Ketika Umar datang kesyam disambut manusia dan pembesar-pembesarnya, berkata Umar :”mana saudaraku? Mereka berkata:” Siapa”? Dijawab: ”Abu Ubaidah” Mereka berkata: ”Sekarang dia datang, ketika dia datang Umar datang dan taanuk (Rangkulan leher) kemudian masuk rumahnya, maka Umar tidak melihat di rumahnya kecuali pedang, tameng dan panahnya.<br />
6. Hasan bin Ali <br />
Ia termasuk golongan orang zuhud walaupun memiliki banyak budak perempuan, mencintai perempuan dan menikahi banyak perempuan. <br />
7. Said bin Musayyib<br />
Said bin Musayyib berdagang minyak dan meninggalkan empat ratus dinar. Dia berkata:”Aku meninggalkannya untuk menjaga kehormatanku dan agamaku. <br />
8. Abdullah bin Mubarok<br />
Abdullah bin Mubarok adalah termasuk pemimpinnya para zahid yang mempunyai banyak harta dan membiayai haji ikhwan-ikhwannya dan mengembalikan uang yang dikumpulkan ikhwannya. <br />
9. Uwais Al Qorny<br />
Dari Asbah bin Zaid berkata:”Jika sore hari Uwais berkata malam ini untuk ruku’ maka ia ruku’ sampai pagi , dan jika datang sore hari ia berkata:Ini malam untuk sujud maka dia sujud sampai pagi dan jika datang sore hari dia sedekahkan kelebihan makanan dan minuman yang ada dirumahnya kemudian dia berkata, ”ya Allah barang siapa mati kelaparan janganlah hukum aku, dan barang siapa yang mati tidak berbaju jangan pula hukum aku. <br />
<br />
10. Umar bin Abdul Aziz<br />
Berkata Maimun bin Mihron: “Saya bersama Umar bin Abdul Aziz selama enam bulan aku tidak melihat selendangnya berganti-ganti, dia mencuci dari Jum’at ke Jum’at dan dikasih minyak zafaron. <br />
11. Al Qosim bin Muhaimiroh<br />
Berkata Al Qosim bin Muhaimiroh: ”Tak pernah terkumpul di meja makanku dua macam makanan sama sekali.” <br />
Begitulah kezuhudan para salaf dalam hal makanan, pakaian, sampai pada pemerintahan atau jabatan yang terkenal pada salaf tentang kezuhudan dalam jabatan adalah Abdurohman bin Auf, Abu Dzar Al Ghiffari dan yang lain-lain yang tidak menginginkan jabatan. Itulah sekilas gambaran zuhud dari Rasulullah dan pengikut-pengikutnya. Mereka meninggalkan kehidupan dunia bukan karena mereka tidak mempu meraihnya tetapi semata-mata karena mengharapkan akherat nanti. Salah satunya yang diperoleh Nabi SAW pada setiap peperangan, diantaranya perang Hunain Nabi mendapat seperlima bagian kekayaan dari jumlah ghonimah yang terdiri dari jumlah tawanan musuh enam ribu orang onta berjumlah dua puluh empat ribu ekor kambing sejumlah empat puluh ekor lebih, logam perak berjumlah empat ribu uqiyah.Belum lagi peperangan-peperangan yang lain dimasa Rasulullah sebanyak 68 kali, 28 kali dibawah pimpinan beliau langsung dan selebihnya dengan mengutus utusan-utusan. Tetapi walaupun demikian ketika Rasulullah SAW meninggal dunia baju besinya digadaikan untuk tanggungan hutangnya kepada seorang yahudi yang jumlah hutangnya berjumlah tiga puluh sok atau tujuh puluh lima kilogram gandum. Dan para sahabat beliau, kepada mereka telah didatangkan dunia dengan segala perhiasannya seolah-olah dunia datang memaksa agar mereka tergoda, namun dunia itu telah gagal memperdayakan mereka. Begitu pula generasi-generasi berikutnya yang gemilang. <br />
<br />
VI. DERAJAT ZUHUD<br />
<br />
1. Diantara manusia ada yang zuhud didunia sekalipun sebenarnya ia masih ada kesenangan dengan dunia. Namun ia tetap berusaha untuk tetap zuhud. Orang semacam ini dinamakan mutazahhid yaitu merupakan awal untuk zuhud<br />
2. Zuhud didunia secara sukarela tanpa memaksakan dirinya untuk zuhud. Tapi ketika ia melihat zuhudnya maka justru malah berpaling, lalu merasa ujub terhadap dirinya. Dia melihat dirinya telah meniggalkan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang nilainya lebih besar darinya, seperti orang yang meninggalkan satu dirham untuk mendapatkan dua dirham, ini termasuk zuhud yang kurang.<br />
3. Ini merupakan derajat zuhud yang paling tinggi yaitu zuhud dengan suka rela, benar-benar zuhud dalam zuhudnya. Dia tidak melihat dunia sebagai sesuatu yang tidak berguna, seperti orang yang meninggalkan sesobek kain perca untuk mendapatkan ganti mutiara, dia tidak melihatnya sebagai tukar tambah, dunia yang dibandingkan akherat lebih baik dari sesobek kain perca jika dibandingkan dengan mutiara. Ini merupakan gambaran kesempurnaan zuhud. <br />
<br />
VII. PEMBAGIAN ZUHUD JIKA DIKAITKAN DENGAN SESUATU YANG DISENANGI.<br />
<br />
Ada tiga derajat:<br />
1. Zuhud untuk mendapatkan keselamatan dari siksa, selamat pada waktu hisab dan bencana yang akan dihadapi manusia. Ini adalah zuhudnya orang-orang yang takut.<br />
2. Zuhud untuk mendaptkan pahala dan kenikmatan yang dijanjikan. Ini adalah zuhudnya orang-orang yang berharap. Mereka meninggalkan kenikmatan duniawi untuk mendapatkan kenikmatan ukhrowi<br />
3. Ini zuhud yang tertinggi yaitu tidak zuhud untuk membebaskan diri dari penderitaan dan bukan untuk mendapatkan kenikmatan tetapi untuk bertemu dengan Allah. Ini adalah zuhudnya orang-orang yang berbuat kebaikan dan orang-orang yang berpengetahuan. Kenikmatan melihat Allah jika dibandingkan dengan kenikmatan jannah, seperti kenikmatan raja di dunia dan pemegang kekuasaan, dibandingkan kenikmatan dapat menguasai seekor burung atau mainan.<br />
<br />
VIII. ZUHUD SEBAGAI KEBUTUHAN HIDUP<br />
Kebutuhan hidup yang pokok ada tujuh macam :<br />
Makanan, pakaian, tempat tinggal, perkakas, sarana untuk menikah, harta dan kedudukan. Inilah rinciannya :<br />
1. Ketahuilah bahwa hasrat orang yang zuhud terhadap makanan sekedar yang dapat menghilangkan rasa lapar dan yang bisa menegakkan badannya dan bukan bermaksud mencari kenikmatan<br />
2. Pakaian, orang zuhud mencukupkan diri dengan pakaian yang dapat melindungi badannya dari serangan hawa dingin dan panas serta menutup aurot. Tidak ada salahnya dia sedikit berhias agar keadaannya yang melarat tidak membuat dirinya menjadi buah bibir.<br />
3. Tempat tinggal. Orang yang zuhud ada tiga macam dalam kaitannya dengan tempat tinggal. Yang paling tinggi adalah orang zuhud yang tidak menuntut tempat tinggal yang khusus bagi dirinya. Dia cukup puas berada dipojok-pojok masjid seperti Ashabus Shuffah. Yang pertengahan adalah orang zuhud yang menuntut tempat yang khusus bagi dirinya seperti gubug yang terbuat dari daun-daun kurma atau yang sejenis. Yang paling rendah adalah orang zuhud yang menuntut rumah permanen dan bilik khusus. Jika dia menuntut bangunan yang luas dan atapnya yang tinggi berarti dia sudah keluar dari batasan zuhud dalam masalah tempat tinggal<br />
4. Perkakas rumah tangga. Orang zuhud harus membatasi diri pada tembikar, menggunakan satu bejana, makan dalam satu piring dan minum dengan piring itu pula. Siapa yang mempunyai banyak perkakas rumah tangga dan tinggi nilainya maka dia telah keluar dari batasan zuhud<br />
5. Sarana pernikahan. Tidak ada maknanya bagi zuhud jika tidak mau menikah sama sekali, begitu pula tentang berapapun jumlah istrinya.<br />
6. Harta adalah sangat penting dalam kehidupan ini. Orang zuhud sangat membatasi diri dalam masalah harta agar tidak terlalu menyita waktu namun begitu banyak orang-orang sholeh yang juga aktif berdagang dan sekaligus menjaga kehormatan dirinya dari hal-hal yang hina.<br />
7. Kedudukan. Setiapa manusia harus memiliki kedudukan sekalipun hanya dihati pembantunya. Kesibukan orang zuhud dalam zuhudnya tentu akan mendatangkan kedudukan itu sendiri didalam hati. Karena itu dia harus waspada dari kejahatannya. <br />
<br />
IX. TANDA-TANDA ZUHUD <br />
Ibnu Mubarok berkata:”Zuhud yang paling utama ialah menyembunyikan zuhud. Untuk itu perlu diperhatikan tanda-tandanya:<br />
1. Tidak boleh menmpakkan kegembiraan karena yang ada dan tidak boleh menampakkan kesedihan karena tidak ada. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hadid : 23. Ini merupakan tanda zuhud dalam kaitannya dengan harta.<br />
2. Harus menyeimbangkan diri terhadap orang yang memuji dan mencelanya. Ini merupakan tanda zuhud dalam kaitannya dengan kedudukan.<br />
3. Kebersamaannya hanya dengan Allah. Biasanya didalam hatinya ada kelezatan karena ketaatan. <br />
<br />
X. KESALAHAN DALAM MEMAHAMI ZUHUD<br />
Sebagian manusia salah dalam memahai zuhud, Mereka mengira bahwa Islam menyukai kefakiran bagi muslimin dan menyuruhnya untuk melebihkan dan mengutamakan hal tersebut. Tashowwur yang salah ini mengakibatkan mereka memutuskan keinginan untuk beramal dan menghasilkan serta memakmurkan dunia, mereka suka berada dipojok-pojok, ujung-ujung atau lorong, tempat pertapaan rahib dengan dalih menyendiri untuk beribadah dan mengutamakan amalan akherat, selanjutnya menjangkitlah penyakit malas dan selalu ingin istirahat serta penyakit tamak pada pemberian manusia dan pujiannya dan apa-apa yang mereka curahkan padanya dari makanan dan minuman.<br />
Sebab kesalahan mereka adalah tidak melihat pada nash-nash yang satu sama lainnya saling melengkapi, mereka hanya menyandarkan dan mengandalkan nash-nash tentang zuhud di dunia dan enggan dalam memahaminya. Dan mereka tidak melihat pada nash-nash yang menganjurkan pada amal, bekerja, memakmurkan dunia, dan mengambil sebab-sebab kekuatan, dan nash-nash yang menganjurkan setelah itu untuk mencurahkannya pada jalan Allah setelah mencari hal-hal yang halal untuk zuhud di dunia mencari ridlo Allah. <br />
<br />
<br />
<br />
XI. SASARAN DARI ZUHUD DI KEHIDUPAN DUNIA<br />
<br />
1. Memotifasi seorang muslim untuk mencurah apa yang dimiliki dijalan Allah, berkorban dari kemewahannya, keindahannya, dan kelezatannya untuk mencari ridho Allah. Islam menyuruh untuk zuhud di dunia bukanlah menyuruh untuk meninggalkan amal dan kerja yang menghasilkan dan berbuah dan bukan pula menyuruh untuk fakir, lemah, kerendahan akan tetapi zuhud itu tarbiyah akhlaqiyah yang menjadikan seorang muslim kepada keutamaan dalam pencurahan dan pemberian, dan jauh dari bakhilan kikir dan hal-hal yang menyebabkan hitamnya hati, sombong, ujub, merasa tinggi dihadapan manusia, melampaui batas, dan lain-lain. <br />
2. Islam menyuruh zuhud didunia untuk qona’ah pada pemberian Allah dalam rizqi, berpegang teguh terhadap yang diizinkan Allah dalam bekerja, dan tarbiyah kepada sikap menerima terhadap apa-apa yang ada ditangan manusia serta tidak tamak terhadap apa-apa yang dipunyai orang lain, dan tidak melihat padanya dengan rasa hasrat dan rasa ingin memilikinya.<br />
3. Islam menyuruh zuhud didunia ini untuk mengalihkan hati orang mukmin dari ketergantungan terhadap sesuatu hal-hal keduniawiaan, kelezatannya dan kenikmatannya supaya menghadap akherat dan kecintaan Allah serta keriridloanNya sampai seorang mukmin memandang bahwa keridloan Allah didapat dengan mengosongkan dari tujuan-tujuan kehidupan dunia untuk tercapai keridloan Allah serta mengutamakan pahala-pahala akherat.<br />
Wallahu A’lam bis Showab<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-22616431542400300592010-01-14T17:47:00.000+07:002010-01-14T17:47:41.260+07:00Amal Penyelamat Dari Bencana<div style="text-align: justify;"><i><b>Oleh : Zul Fahmi, 12 Januari 2010<br />
</b></i><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S072CZyFNUI/AAAAAAAAALs/ZNhR0dtt5D4/s1600-h/13gempa2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S072CZyFNUI/AAAAAAAAALs/ZNhR0dtt5D4/s320/13gempa2.jpg" /></a><br />
</div><br />
Sekarang ini masih hangat pemberitaan di berbagai media, seputar bencana yang melanda negeri kita. Ratusan bahkan ribuan banyaknya nyawa telah meninggal dunia, rumah-rumah roboh, gedung-gedung sekolah, perkantoran, pusat-pusat bisnis hancurn lebur tak bersisa. Dan semua itu tidak terjadi dalam waktu yang lama tetapi hanya dengan hitungan detik saja. Dan betapa banyak bencana itu sering terjadi di negeri ini, satu per satu bencana itu datang silih berganti dengan cepat bagaikan jatuhnya butir tasbih yang telah diputus tali untaianya.<br />
Dalam Al-qur’an maupun hadits Rasulullah Saw. telah banyak disebutkan, bahwa semua bencana yang datang kepada manusia itu, sesungguhnya disebabkan oleh kedurhakaan dan kemaksiatan yang telah dilakukan oleh manusia itu sendiri. Karena manusia terlampau banyak melakukan dosa, meninggalkan perintah-perintah Allah Ta’ala dan juga meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar, maka Allah mendatangkan bencana kepada mereka. Secara tegas Allah berfirman dalam dalam Al-qur’an,<br />
<br />
“ Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.”(QS.Al-Ma’idah : 78-79 )<br />
Dalam ayat ini disebutkan, bahwa Allah telah melaknat atau menimpakan adzab kepada Bani Israil karena mereka telah melampaui batas dalam bermaksiat kepada Allah dan mereka telah meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar. Mereka tidak mau saling menasehati sesama mereka dan selalu hidup menuruti hawa nafsu mereka. Allah juga berfirman dalam surat yang lain<br />
<br />
Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.( QS.Al-Isro’:16)<br />
Jarir bin Abdullah Al-Bajly ra. Meriwayatkan, bahwa Nabi SAW, bersabda,<br />
“Tidaklah salah seorang berada di dalam suatu kaum, lalu dia melakukan berbagai kemaksiatan di tengah mereka, padahal mereka mampu merubahnya namun mereka tidak merubahnya, melainkan Allah akan menimpakan adzab kepada mereka sebelum kematian mereka.” {Diriwayatkan Abu Daud, Ahmad, dan Ibnu Majah}<br />
lihatlah betapa jelas Allah mengatakan bahwa Allah akan menghancurkan suatu negri jika para penghuni atau pemimpin di negeri itu sudah suka hidup dengan kemewahan dan selalu berbuat fasik kepada Allah Ta’ala. <br />
Jadi jelas, bahwa seluruh bencana yang menimpa manusia, kapan dan dimana saja hal itu terjadi, maka sebabnya adalah dua hal. Pertama karena manusia telah banyak melakukan kemaksiatan dan yang kedua karena manusia telah meniggalkan dakwah, amar ma’ruf nahi mungkar. Lantas bagaimanakah sikap kita sebagai orang yang beriman? apa yang harus dilakukan oleh manusia untuk menyelamatkan dirinya dari adzab Allah Ta’ala berupa bencana alam tersebut? <br />
Imam Ibnu Katsier dalam kitab tafsirnya menyebutkan sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan secara marfu’ oleh sahabat anas bin Malik, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, bahwasanya Allah berfirman,<br />
<br />
<div style="text-align: right;"> وعزتي وجلالي، إني لأهم بأهل الأرض عذابا، فإذا نظرت إلى عمار بيوتي وإلى المتحابين في، وإلى المستغفرين بالأسحار، صرفت ذلك عنهم<br />
</div>“ Demi kemulyaan dan keagungan-Ku, sesungguhnya aku sangat ingin menimpakan adzab pada sebuah negeri, namun kemudian aku melihat orang-orang yang selalu memakmurkan masjid-masjidku, dan orang-orang yang saling mencintai karena Aku, dan orang-orang yang mohon ampun kepada-Ku di waktu sahur. Maka kemudian aku palingkan adzab itu dari mereka.“ <br />
Dalam hadits ini Allah telah menjelaskan bahwa Dia akan memalingkan bencana dari suatu kaum, apabila dalam kaum tersebut masih ada tiga kelompok manusia :<br />
Pertama, orang-orang yang memakmurkan masjid. Orang-orang yang memakmurkan masjid adalah orang yang selalu istiqomah dalam amal dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar. Mereka adalah orang-orang yang ikhlas berbuat dan beramal untuk kemaslahatan umat dan rela mengorbankan kepentingan pribadinya. Dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar adalah sebuah amal usaha yang ingin mengajak orang berbuat baik, beriman, dan berbakti kepada Allah Ta’ala. Maka selama masih ada kelompok yang mau menegakkan amal ini, Allah akan berkenan menangguhkan adzabnya bagi manusia.<br />
Dakwah adalah amalan yang penuh dengan fadhilah, penuh berkah dan bisa meredam kemarahan Allah Swt. Tidak ada amal yang lebih mulya dan tidak ada ucapan yang lebih bermakna kecuali amal dan ucapan untuk berdakwah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :<br />
<br />
“ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS.Fushilat :33 )<br />
Kedua, orang-orang yang saling mencintai karena Allah Orang yang saling mencintai karena Allah adalah orang menghormati orang lain, menyayangi orang lain, dan berbuat baik untuk orang lain bukan karena kepentingan dunia. Mereka berbuat baik semata-mata karena ingin mendapat ridho Allah Swt. Mereka adalah orang yang pandai menjaga persatuan, merajut ukhuwah, dan membina hubungan baik dengan berbagai kalangan. Dan mereka adalah orang yang tidak mudah melemparkan kebencian kepada orang atau kelompok lain hanya karena persoalan-persoalan kecil yang tidak prinsip. <br />
Orang yang saling mencintai karena Allah adalah orang yang sudah bisa menjadikan ridho Allah sebagai tujuan hidup yang paling utama dan orang yang bisa menciptakan kerukunan dan keharmonisan hidup yang sejati dalam masyarakat. Meraka-lah orang yang disifati Rasulullah sebagai orang yang sempurna imanya. Maka Allah menjadikanya sebagai salah satu sebab untuk menangguhkan bencana-Nya kepada manusia.<br />
Ketiga, orang-orang yang selalu bertaubat dan mohon ampun kepada Allah Swt. atas doa-dosanya. Orang yang selalu bertaubat adalah orang yang mau menyesali kesalahan-kesalahannya. Mereka walaupun terpeleset melakukan dosa tetapi karena ada keimanan yang bersemayam dalam hatinya, hal itu membuat perasaan mereka gundah dan menjerit karena dosa-dosanya. Orang yang mau bertaubat kepada Allah Swt. Adalah orang yang punya kedudukan mulya di sisi Allah. Sebaliknnya orang yang tidak mau bertaubat adalah orang yang hina disisi Allah, karena ia melakukan dosa bukan karena factor kelalaian dan kelemahan imanya tetapi karena memang unsur kesengajaan dan pembangkanganya terhadap hukum Allah Swt. Dan orang yang seperti inilah orang yang tertutup hatinya untuk bertaubat kepada Allah. <br />
Tetapi orang yang sepenuhnya menyadari keburukan amalnya, ia melakukan dosa bukan karena pembangkanganya kepada Allah Swt. maka orang tersebut punya kemungkinan yang besar untuk mau menyesali dosanya dan bertaubat kepada Allah. Dan jika masih banyak orang yang mau bertaubat mohon ampun kepada Allah, maka Allah akan berkenan menangguhkan bencananya. <br />
Sekarang ini, perkara- perkara itulah yang tengah menjadi perkara langka. Sangat jarang kita temui sekarang ini orang yang mau mencurahkan waktu dan tenaganya untuk berdakwah mengajak orang lain taat pada agama. Dan kalaupun ada maka sangat sedikit sekali jumlahnya. Kebanyakan orang sudah sibuk dengan kepentingan pribadinya, bersenang-senang dan berhura-hura dengan harta dan keluarganya. Bahkan aktifitas dakwah oleh sebagian masyarakat dipandang kuno, tidak bermanfaat dan termasuk aktifitasnya para pengangguran. Derasnya arus materialisme, hedonisme dan liberalisme yang terus menghantam nilai-nilai agama saat ini telah semakin menambah preseden buruk bagi karakter seorang da’i. apalagi dengan adanya isu terorisme akhir-akhir ini, semua orang curiga kepada aktifis dakwah dan semua yang berhubungan dengan dakwah. Ini semakin menambah kelangkaan orang yang mau berdakwah.<br />
Sekarang ini, kerukunan hidup dan keharmonisan juga menjadi barang yang sangat mahal harganya. Di mana-mana terjadi perselisihan, pertengkaran dan pertikaian. Sekarang ini orang sangat mudah disulut emosi dan kemarahanya hanya dengan perkara-perkara kecil. Tawuran antar pelajar dan mahasiswa, antar kampung, antar institusi, bahkan adu pukul antar wakil rakyat pun sekarang sudah bukan barang tabu lagi. Apalagi di tubuh umat Islam ini, sekarang bisa kita saksikan berapa banyak kelompok Islam, ormas Islam, partai Islam, dan gerakan-gerakan Islam yang saling berselisih, saling menyalahkan, mengkritik, membid’ahkan, bahkan mengkafirkan satu sama lain. Inilah potret umat Islam saat ini. Dan inilah kondisi ukhuwah umat saat ini. <br />
kehidupan umat manusia yang saat ini sangat individualis, yang bebas berbuat untuk kepentingan dan kesenangan pribadinya tanpa mau memikirkan kepentingan orang lain, keselamatan orang lain, apalagi memikirkan urusan-urusan dakwah, mengajak berbuat baik ke pada orang lain, menyebabkan manusia semakin leluasa dan bebas berbuat keburukan. Sekarang ini keadaanya, orang sudah terang-terangan dan tak malu lagi berbuat dosa dan kesalahan. Hal yang sudah jelas-jelas dinilai buruk dan rendah oleh masyarakat, bisa mereka lakukan di pinggir-pinggir jalan, di tempat-tempat pasamuan ( acara resmi ) dan di tempat-tempat umum lainya dengan sikap bangga dan perasaan yang nyaman. Ini menunjukkan bahwa kebanyakan manusia telah menjadikan dosa dan kemaksiatan sebagai pilihan hidupnya. Kedudukan Allah, agama, norma, nilai itu semua rendah dalam pandangan hidupnya. Orang yang melakukan kemaksiatan dengan latar belakang seperti ini, maka kecil sekali kemungkinanya untuk bertaubat. Merekalah orang-orang yang tersesat dalam hidupnya dan puas dengan pilihan hidupnya.Itulah kondisi masyarakat sekarang ini.<br />
Maka dari itu, jika bencana dan musibah datang bertubi-tubi dan hampir tiada henti seperti yang terjadi kemarin hingga hari ini, maka hal itu sudah sewajarnya terjadi. Kerusakan yang telah diperbuat oleh manusia sudah semakin parah, dan sementara itu, tak ada lagi alasan bagi Allah untuk menangguhkan kemarahan-Nya dan menunda lagi menimpakan adzab kepada manusia. Maka terjadilah berbagai bencana secara bertubu-tubi seperti sekarang ini.<br />
Oleh karena itu, jika kita ingin selamat dari berbagai bencana yang ditimpakan oleh Allah seperti saat ini, maka kita harus kembali kepada Allah, yakni bertaubat kepada-Nya. Kita harus selalu merajut ukhuwah dan persatuan, bersikap bijak dan cerdas dalam menilai setiap silang pendapat dan perbedaan. Kita harus menghindar dan bersikap hati-hati terhadap setiap benih-benih perpecahan. Kita harus menyatukan langkah, merapatkan barisan untuk bersama-sama membangun kehidupan yang berakhlaq, menjunjung tinggi nilai ketuhanan dan kemulyaan peradaban. Semua itu agar hidup selalu dipenuhi keamanan, kebahagiaan dan kemulyaan. Dan agar bencana tidak ditimpakan kepada kita semua. <br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-67346824018155573992010-01-12T18:22:00.000+07:002010-01-12T18:22:47.790+07:00Yasinan dan Tahlilan, Mengapa Dibesar-Besarkan...??<i><b><span style="color: #38761d;">Oleh : Zul Fahmi, 09 Desember 2009</span><br />
</b></i><br />
<br />
<br />
<div style="color: #351c75; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b>Muqoddimah</b></span><br />
</div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0xZpadawbI/AAAAAAAAAJc/ehutFzeUNo8/s1600-h/11-Yaasin%26Tahlil.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0xZpadawbI/AAAAAAAAAJc/ehutFzeUNo8/s200/11-Yaasin%26Tahlil.jpg" width="150" /></a><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saat ini umat Islam mungkin telah lelah dengan polemik klassik yang terjadi di Indonesia yakni masalah yasinan dan tahlilan. Silang pendapat antara warga NU beserta seluruh umat Islam yang berkultur NU sebagai pihak yang setuju dan membudayakan yasinan dan tahlilan, dengan Pihak Muhammadiyah beserta seluruh kelompok umat Islam yang sependapat denganya tentang tidak dibolehkanya yasinan tahlilan seperti PERSIS, kelompok Tarbiyah dan beberapa kelompok lain yang mengklaim berfaham salaf.<br />
<br />
Dimana-mana baik di dalam pengajian-pengajian umum, khutbah jum’at, ta’lim-ta’lim rutin setiap kali membicarakan bid’ah maka pasti yasinan dan tahlilan menjadi contohnya. Mereka mengatakan bahwa yasinan dan tahlilan adalah bid’ah dholalah karena tidak pernah ada contohnya dari Rasulullah dan para sahabat, yasinan dan tahlilan adalah budaya hindu yang dimodifikasi dengan ajaran Islam, bahkan yasinan dan tahlilan sudah mengarah kepada kesyirikan.<br />
<br />
Kredibilitas Nahdlotul Ulama’ sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia yang dalam sejarahnya telah banyak memiliki ulama’-ulama’ berkaliber dunia , seolah tenggelam hanya karena satu masalah yang menurut para kiyai dan kader NU sendiri tidak begitu penting, yaitu yasinan dan tahlilan. Sejelek itukah yasinan dan tahlilan ? dan sesesat itukah yasinan dan tahlilan ? Sehinnga divonis sebagai bid’ah dholalah yang bisa menyebabkan pelakunya fie al-naar ( di neraka ).<br />
<br />
DEFINISI TAHLILAN DAN YASINAN<br />
Kata Tahlilan berasal dari bahasa Arab tahliil (تَهْلِيْلٌ) dari akar kata:<br />
<div style="text-align: right;">هَلَّلَ – يُهَلِّلُ – تَهْلِيْلٌ<br />
</div>yang berarti mengucapkan kalimat: لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ . Kata tahlil dengan pengertian ini telah muncul dan ada di masa Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam, sebagaimana dalam sabda beliau:<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى .رواه مسلم<br />
</div>“ Dari Abu Dzar radliallahu 'anhu, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam, sesungguhnya beliau bersabda: "Bahwasanya pada setiap tulang sendi kalian ada sedekah. Setiap bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap bacaan tahmid itu adalah sedekah, setiap bacaan tahlil itu adalah sedekah, setiap bacaan takbir itu adalah sedekah, dan amar makruf nahi munkar itu adalah sedekah, dan mencukupi semua itu dua rakaat yang dilakukan seseorang dari sholat Dluha.” (Hadits riwayat: Muslim).<br />
<br />
sedangkan yasinan adalah acara membaca surat yasin yang biasanya juga dirangkai dengan tahlilan. Di kalangan masyarakat Indonesia istilah tahlilan dan yasinan populer digunakan untuk menyebut sebuah acara dzikir bersama, doa bersama, atau majlis dzikir. Singkatnya, acara tahlilan, dzikir bersama, majlis dzikir, atau doa bersama adalah ungkapan yang berbeda untuk menyebut suatu kegiatan yang sama, yaitu: kegiatan individual atau berkelompok untuk berdzikir kepada Allah. Pada hakikatnya tahlilan adalah bagian dari dzikir kepada Allah.<br />
<br />
Dalil-dalil Yang Dijadikan Landasan Yasinan Dan Tahlilan<br />
<br />
1. Sampainya pahala orang hidup yang dihadiahkan bagi orang meninggal<br />
<br />
Do’a dan amal yang dilakukan oleh orang yang masih hidup, apabila dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal, maka pahalanya akan sampai kepada orang yang sudah meninggal. Banyak dalil-dalil yng berkaitan dengan ketentuan ini. Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya ” Al-Adzkar ” menyebutkan sebagian dari dalil-dalil tersebut di antaranya adalah firman Allah ta’ala,<br />
<br />
” Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS.Al-Hasyr : 10 )<br />
<br />
Diriwayatkan di dalam shahih Bukhori dan Muslim dari Anas Radhiyallahu ’anhu ia berkata,<br />
<br />
<div style="text-align: right;">مَرُّوا بِجَنَازَةٍ فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا خَيْرًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَبَتْ ثُمَّ مَرُّوا بِأُخْرَى فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا شَرًّا فَقَالَ وَجَبَتْ فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَا وَجَبَتْ قَالَ هَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا فَوَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ<br />
</div><br />
” Orang-orang berjalan melewati jenazah kemudian mereka memujinya dengan kebaikan maka Rasulullah SAW berkata ’ wajib’ kemudia mereka melewati jenazah yang lain kemudian mereka memuji kejelekan untuknya maka Rasulullah juga berkata ’ wajib’ maka bertanyalah Umar bin Khotthob radhiyallahu’anhu apa (maksud ) wajib itu, Rasulullah menjawab ’ hal itu karena kamu sekalian memujinya dengan kebaikan maka wajiblah ia masuk jannah. Dan karena kamu sekalian memuji yang lain dengan keburukan, maka wajib baginyalah neraka. Kamu sekalian adalah saksi-saksi Allah di dunia..<br />
<br />
Imam Nawawi menjelaskan, ” para ulama berbeda pendapat mengenai sampainya pahala yang dihadiahkan oleh orang yang masih hidup kepada orang yang sudah meninggal. Pendapat yang masyhur dari madzhab Syafi’i mengatakan tidak sampai. Sementara itu Imam Ahmad bin Hambal atau madzhab Hambali, dan sebagian dari ashabus Syafi’i berpendapat pahala tersebut sampai. ” Pendapat Imam Ahmad ini diikuti dan dipegang oleh kuat oleh Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qoyyim Al-Jauziah.<br />
<br />
Dalam kitabnya ” Ar-Ruh ” Ibnul Qoyyim sangat antusias sekali membela pendapat ini, bahkan ia menghabiskan beberapa halaman khusus untuk mengupasnya. Beliau menghadirkan banyak hadits-hadits dan dalil-dalil yang sangat jelas, bahwa amalnya orang yang masih hidup itu akan sampai bila dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal.<br />
<br />
Ibnul Qoyyim mengatakan bahwa sebagian ulama’ Hanafiyah, yakni para ulama’ bermadzhab Hanafi berpendapat sampainya pahala bila dihadiahkan kepada mayit. Mereka menyampaikan dalil dari Imam Ahmad, dari riwayat Muhammad bin Yahya al-kahhal, berkata : Dikatakan kepada Abu Abdillah bahwa seorang laki-laki mengerjakan suatu kebaikan berupa sholat atau shodaqoh atau lainya maka separuhnya diuntukkan ayah dan ibunya. Imam Ahmad berkata : Begitulah harapan saya. Mayyit menerima setiap kebaikan yang ditujukan kepadanya. Bacalah ayat kursi tiga kali, Al-Ikhlas dan bacalah : Ya Allah sesungguhya keutamaanya untuk ahli kubur.<br />
<br />
Dalam shahih Muslim disebutkan<br />
<br />
<div style="text-align: right;">أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوصِ وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ<br />
</div>” sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan ia berkata Ya Rasulullah sesungguhnya ibuku telah meninggal dan tidak ada wasiat apapun untuk aku. Mungkin jika dia bisa bicara ia akan bershodaqoh. Apakah pahala dapat sampai kepadanya jika aku bershodaqoh atas namanya ? Beliau menjawab : ya ”<br />
<br />
Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, dalam shahih Bukhori :<br />
<br />
<div style="text-align: right;">أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَخَا بَنِي سَاعِدَةَ تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهُوَ غَائِبٌ عَنْهَا فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا فَهَلْ يَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَإِنِّي أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِيَ الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا<br />
</div>”Bahsanya ibu Sa’ad bin Ubadah meninggal dunia sedangkan ia tidak hadir, lalu ia datang kepada Rasulullah SAW dan berkata: Ya Rasulullah apakah dapat bermanfaat kepadanya bila aku bershodaqoh untuknya ? Nabi bersabda : ya ”<br />
<br />
Dalam sunan dan musnad Ahmad, dari Saad bin Ubadah berkata : Ya Rasulullah bahwa ibu Sa’ad telah mati, maka shodaqoh yang manakah yang paling utama? Beliau menjawab : air kemudian ia menggali sumur dan berkata , Ini untuk ibu Sa’ad.<br />
<br />
Hadits yang senada dengan ini banyak sekali jumlahnya dan banyak diriwayatkan dalam Shahih Bukhori dan shahih Muslim. Ini menunjukkan bahwa pahala orang yang masih hidup bisa dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal. Dan dari keterangan hadits-hadits tersebut yang berkaitan dengan amal shodaqoh maka bisa dikatakan bahwa sudah menjadi sunah dan adat para sahabat bahwa mereka senantiasa bershodaqoh untuk keluarga mereka yang telah meninggal.<br />
Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa barang siapa mengingkari sampainya amalan orang hidup pada orang yang meninggal maka ia termasuk ahli bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa ia menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah pahala orang lain. Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam agama islam dan telah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah dan ijma’ (konsensus ulama’). Barang siapa menentang hal tersebut maka ia termasuk ahli bid’ah”.<br />
Lebih lanjut Ibnu Taimiyah menafsirkan firman Allah “dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS an-Najm [53]: 39) ia menjelaskan, Allah tidak menyatakan bahwa seseorang tidak bisa mendapat manfaat dari orang lain, Namun Allah berfirman, seseorang hanya berhak atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan hasil usaha orang lain adalah hak orang lain. Namum demikian ia bisa memiliki harta orang lain apabila dihadiahkan kepadanya.<br />
Begitu pula pahala, apabila dihadiahkan kepada si mayyit maka ia berhak menerimanya seperti dalam solat jenazah dan doa di kubur. Dengan demikian si mayit berhak atas pahala yang dihadiahkan oleh kaum muslimin, baik kerabat maupun orang lain”<br />
Dalam kitab Ar-Ruh hal 153-186 Ibnul Qayyim membenarkan sampainya pahala kepada orang yang telah meninggal. Bahkan Ibnul Qayyim menerangkan secara panjang lebar sebanyak 33 halaman tentang ini dalam kitabnya.<br />
Sebagian kaum muslimin terutama di Indonesia ini, melakukan tahlilan dan yasinan sebab kematian keluarga mereka, karena memang ingin menghadiahkan pahala kepada keluarga mereka. Dan amalan ini mereka dasarkan kepada hadits-hadits Rasulullah SAW di atas yang secara jelas menerangkan sampainya pahala itu kepada mayit.<br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
2. Dalil-dalil tentang dzikir bersama<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ مُعَاوِيَةُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ: مَا أَجْلَسَكُمْ ؟. قَالُوا: جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللَّهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا. قَالَ: آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَاكَ؟ قَالُوا: وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا ذَاكَ. قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ . رواه أحمد و مسلم و الترمذي و النسائي<br />
</div><br />
“ Dari Abu Sa'id al-Khudriy radliallahu 'anhu, Mu'awiyah berkata: Sesungguhnya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam pernah keluar menuju halaqah (perkumpulan) para sahabatnya, beliau bertanya: "Kenapa kalian duduk di sini?". Mereka menjawab: "Kami duduk untuk berdzikir kepada Allah dan memujiNya sebagaimana Islam mengajarkan kami, dan atas anugerah Allah dengan Islam untuk kami". Nabi bertanya kemudian: "Demi Allah, kalian tidak duduk kecuali hanya untuk ini?". Jawab mereka: "Demi Allah, kami tidak duduk kecuali hanya untuk ini". Nabi bersabda: "Sesungguhnya aku tidak mempunyai prasangka buruk terhadap kalian, tetapi malaikat Jibril datang kepadaku dan memberi kabar bahwasanya Allah 'Azza wa Jalla membanggakan tindakan kalian kepada para malaikat". (Hadits riwayat: Ahmad, Muslim, At-Tirmidziy dan An-Nasa`iy).<br />
<br />
Jika kita perhatikan hadits ini, dzikir bersama yang dilakukan para sahabat tidak hanya sekedar direstuinya, tetapi dipuji Nabi, karena pada saat yang sama Malaikat Jibril memberi kabar bahwa Allah 'Azza wa Jalla membanggakan kreatifitas dzikir bersama yang dilakukan para sahabat ini kepada para malaikat.<br />
<br />
Sekarang marilah kita perhatikan hadits berikut ini<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنِ الْأَغَرِّ أَبِي مُسْلِمٍ أَنَّهُ قَالَ أَشْهَدُ عَلَى أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ. رواه مسلم<br />
</div><br />
"Dari Al-Agharr Abu Muslim, sesungguhnya ia berkata: Aku bersaksi bahwasanya Abu Hurairah dan Abu Said Al-Khudzriy bersaksi, bahwa sesungguhnya Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Tidak duduk suatu kaum dengan berdzikir bersama-sama kepada Allah 'Azza wa Jalla, kecuali para malaikat mengerumuni mereka, rahmat Allah mengalir memenuhi mereka, ketenteraman diturunkan kepada mereka, dan Allah menyebut mereka dalam golongan orang yang ada disisiNya". (Hadits riwayat Muslim)<br />
<br />
paling tidak, dua hadits inilah yang dijadikan dasar oleh kaum muslimin yang melakukan acara yasinan dan tahlilan, dalam melakukan dzikir bersama untuk mendo’akam mayyit berupa pembacaan tahlil dan yasin.<br />
<br />
3. Dasar dasar bacaan tahlil dan yasinan<br />
<br />
seluruh bacaan dan dzikir yang mereka baca dalam yasinan dan tahlilan juga berdasarkan pada hadits-hadits Rasulullah SAW. Dari awal hingga akhir semuanya akan ada bisa ditemui dasar-dasarnya dalam hadits.<br />
<br />
Sedangkan bacaan-bacaan yang selalu dibaca dalam acara tahlilan yaitu:<br />
<br />
1. Membaca Surat Al-Fatihah.<br />
<br />
Dalil mengenai keutaman Surat Fatihah:<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِ الْمُعَلَّى قَالَ: قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلَا أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ؟. فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ. قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ. رواه البخاري<br />
</div><br />
Artinya: "Dari Abu Sa`id Al-Mu'alla radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Maukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al-Qur'an, sebelum engkau keluar dari masjid?". Maka Rasulullah memegang tanganku. Dan ketika kami hendak keluar, aku bertanya: "Wahai Rasulullah! Engkau berkata bahwa engkau akan mengajarkanku surat yang paling agung dalam Al-Qur'an". Beliau menjawab: "Al-Hamdu Lillahi Rabbil-Alamiin (Surat Al-Fatihah), ia adalah tujuh surat yang diulang-ulang (dibaca pada setiap sholat), ia adalah Al-Qur'an yang agung yang diberikan kepadaku".<br />
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).<br />
<br />
2. Membaca Surat Yasin.<br />
<br />
Dalil mengenai keutamaan Surat Yasin.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَأَ يس فِيْ لَيْلَةٍ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ وَمَنْ قَرَأَ حم الَّتِيْ يُذْكَرُ فِيْهَا الدُّخَانُ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ" رواه أبو يعلى, إسناده جيد.<br />
</div><br />
"Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu., ia berkata: "Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa membaca surat Yasin di malam hari, maka paginya ia mendapat pengampunan, dan barangsiapa membaca surat Hamim yang didalamnya diterangkan masalah Ad-Dukhaan (Surat Ad-Dukhaan), maka paginya ia mendapat mengampunan". (Hadits riwayat: Abu Ya'la). Sanadnya baik. (Lihat tafsir Ibnu Katsir dalam tafsir Surat Yaasiin).<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَءُوا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ<br />
</div><div style="text-align: right;">. رواه أحمد و أبو داود و ابن ماجه<br />
</div>“ Dari Ma'qil bin Yasaar radliallahu 'anhu, ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Bacalah Surat Yaasiin atas orang mati kalian" (Hadits riwayat: Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْبَقَرَةُ سَنَامُ الْقُرْآنِ وَذُرْوَتُهُ نَزَلَ مَعَ كُلِّ آيَةٍ مِنْهَا ثَمَانُونَ مَلَكًا وَاسْتُخْرِجَتْ ( لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ) مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ فَوُصِلَتْ بِهَا أَوْ فَوُصِلَتْ بِسُورَةِ الْبَقَرَةِ وَيس قَلْبُ الْقُرْآنِ لَا يَقْرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيدُ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَالدَّارَ الْآخِرَةَ إِلَّا غُفِرَ لَهُ وَاقْرَءُوهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ . رواه أحمد<br />
</div><br />
“ Dari Ma'qil bin Yasaar radliallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: Surat Al-Baqarah adalah puncak Al-Qur'an, 80 malaikat menyertai diturunkannya setiap ayat dari surat ini. Dan Ayat laa ilaaha illaa Huwa Al-Hayyu Al-Qayyuumu (Ayat Kursi) dikeluarkan lewat bawah 'Arsy, kemudian dimasukkan ke dalam bagian Surat Al-Baqarah. Dan Surat Yaasiin adalah jantung Al-Qur'an, seseorang tidak membacanya untuk mengharapkan Allah Tabaaraka wa Ta'aalaa dan Hari Akhir (Hari Kiamat), kecuali ia diampuni dosa-dosanya. Dan bacalah Surat Yaasiin pada orang-orang mati kalian".<br />
(Hadits riwayat: Ahmad)<br />
<br />
3. Membaca Surat Al-Ikhlash.<br />
<br />
Dalil mengenai keutamaan Surat Al-Ikhlash.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ ثُلُثَ الْقُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ وَقَالُوا أَيُّنَا يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ ثُلُثُ الْقُرْآنِ . رواه البخاري<br />
</div><br />
“ Dari Abu Said Al-Khudriy radliallahu 'anhu, ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya: "Apakah kalian tidak mampu membaca sepertiga Al-Qur'an dalam semalam?". Maka mereka merasa berat dan berkata: "Siapakah di antara kami yang mampu melakukan itu, wahai Rasulullah?". Jawab beliau: "Ayat Allahu Al-Waahid Ash-Shamad (Surat Al-Ikhlash maksudnya), adalah sepertiga Al-Qur'an"<br />
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).<br />
<br />
Imam Ahmad meriwayatkan:<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. فَقَالَ: وَجَبَتْ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ, مَا وَجَبَتْ؟ قَالَ: وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ. رواه أحمد<br />
</div><br />
“ Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam mendengar seseorang membaca Qul huwaAllahu Ahad (Surat Al-Ikhlash). Maka beliau bersabda: "Pasti". Mereka (para sahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah, apa yang pasti?". Jawab beliau: "Ia pasti masuk surga".<br />
(Hadits riwayat: Ahmad).<br />
<br />
4. Membaca Surat Al-Falaq<br />
5. Membaca Surat An-Naas<br />
<br />
Dalil keutamaan Surat Al-Falaq dan An-Naas.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا. رواه البخاري<br />
</div><br />
“ Dari Aisyah radliallahu 'anhaa, "bahwasanya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bila merasa sakit beliau membaca sendiri Al-Mu`awwidzaat (Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq dan Surat An-Naas), kemudian meniupkannya. Dan apabila rasa sakitnya bertambah aku yang membacanya kemudian aku usapkan ke tangannya mengharap keberkahan dari surat-surat tersebut".<br />
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).<br />
<br />
6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5<br />
7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163<br />
8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi)<br />
9. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampai akhir Surat.<br />
<br />
Dalil keutamaan ayat-ayat tersebut:<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ عَبْدُ اللَّهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ لَمْ يَدْخُلْ ذَلِكَ الْبَيْتَ شَيْطَانٌ تِلْكَ اللَّيْلَةَ حَتَّى يُصْبِحَ أَرْبَعًا مِنْ أَوَّلِهَا وَآيَةُ الْكُرْسِيِّ وَآيَتَانِ بَعْدَهَا وَثَلَاثٌ خَوَاتِيمُهَا أَوَّلُهَا ( لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ ). رواه ابن ماجه<br />
</div>"Dari Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu, ia berkata: "Barangsiapa membaca 10 ayat dari Surat Al-Baqarah pada suatu malam, maka setan tidak masuk rumah itu pada malam itu sampai pagi, Yaitu 4 ayat permulaan dari Surat Al-Baqarah, Ayat Kursi dan 2 ayat sesudahnya, dan 3 ayat terakhir yang dimulai lillahi maa fis-samaawaati..)" (Hadits riwayat: Ibnu Majah).<br />
10. Membaca Istighfar : أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ<br />
<br />
Dalil keutamaan membaca istighfar:<br />
<div style="text-align: right;">قَالَ اللهُ تَعَالَى: "وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ"<br />
</div><br />
Allah Ta'aalaa berfirman: "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat". (QS. Huud: 3)<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً . رواه البخاري<br />
</div><br />
“ Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu : Aku mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Demi Allah! Sungguh aku beristighfar (memohon ampun) dan bertaubat kepadaNya lebih dari 70 kali dalam sehari". (Hadits riwayat: Al-Bukhari).<br />
<div style="text-align: right;">عَنِ الْأَغَرِّ بْنِ يَسَارٍ الْمُزَنِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ . رواه مسلم<br />
</div><br />
“ Dari Al-Aghar bin Yasaar Al-Muzani radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaNya seratus kali dalam sehari". (Hadits riwayat: Muslim).<br />
<br />
11. Membaca Tahlil : لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ<br />
12. Membaca Takbir : اَللهُ أَكْبَرُ<br />
13. Membaca Tasbih : سُبْحَانَ اللهِ<br />
14. Membaca Tahmid : الْحَمْدُ للهِ<br />
<br />
Dalil mengenai keutamaan membaca tahlil, takbir dan tasbih:<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ جَابِرِ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ . رواه الترمذي وابن ماجه<br />
</div><br />
“ Dari Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhumaa, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik Dzikir adalah ucapan Laa ilaaha illa-Llah, dan sebaik-baik doa adalah ucapan Al-Hamdi li-Llah". (Hadits riwayat: At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ. رواه البخاري ومسلم و أحمد وابن ماجه<br />
</div><br />
“ Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Ada dua kalimat yang ringan di lidah, berat dalam timbangan kebaikan dan disukai oleh Allah Yang Maha Rahman, yaitu Subhaana-Llahi wa bihamdihi, Subhaana-Llahi Al-'Adzim".( Hadits riwayat: Al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah).<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى . رواه مسلم<br />
</div><br />
“ Dari Abu Dzar radliallahu 'anhu, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam, sesungguhnya beliau bersabda: "Bahwasanya pada setiap tulang sendi kalian ada sedekah. Setiap bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap bacaan tahmid itu adalah sedekah, setiap bacaan tahlil itu adalah sedekah, setiap bacaan takbir itu adalah sedekah, dan amar makruf nahi munkar itu adalah sedekah, dan mencukupi semua itu dua rakaat yang dilakukan seseorang dari sholat Dluha.” (Hadits riwayat: Muslim).<br />
<br />
15. Membaca shalawat Nabi.<br />
<br />
Dalilnya keutamaan membaca shalawat Nabi:<br />
<br />
<div style="text-align: right;">قَالَ اللهُ تَعَاَلى : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا .<br />
</div><br />
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya memberi shalawat* untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, ucapkanlah shalawat untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya". (Surat Al-Ahzaab: 56)<br />
Imam At-Tirmidzi berkata: diriwayatkan bahwa Imam Sufyaan Ats-Tsauriy dan ulama-ulama lain berkata: "Shalawat dari Allah artinya adalah rahmat, sedangkan shalawat dari Malaikat artinya permohonan pengampunan". Pengertian ayat ini yaitu: Sesungguhnya Allah memberi rahmat kepada Nabi dan para malaikat beristighfar (memohon ampunan) untuk Nabi. (lihat Tafsir Ibnu Katsir pada ayat ini).<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَقُولُ: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا صَلَّى عَلَيَّ فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ . رواه أحمد وابن ماجه<br />
</div><br />
“ Dari Amir bin Rabii'ah radliallahu 'anhu, ia berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam saat berkhothbah bersabda: "Barangsiapa membaca shalawat untukku, para malaikat senantiasa membaca shalawat untuknya, selama ia membaca shalawat. Maka sebaiknya sedikit atau banyak seorang hamba melakukan itu". (Hadits riwayat: Ahmad dan Ibnu Majah)<br />
<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً (رواه الترمذي وقال: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ) ثُمَّ قَالَ: وَرُوِي عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا وَكَتَبَ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ.<br />
</div><br />
“ Dari Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Manusia yang paling utama disisiku pada Hari Kiamat ialah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku" (Hadits riwayat: At-Tirmidzi, dan ia berkata: Hadits ini Hasan Gharib). Kemudian ia berkata: Dan diriwayatkan dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam, sesungguhnya beliau bersabda: "Barangsiapa membaca shalawat kepadaku sekali, maka Allah memberinya shalawat (rahmat) kepadanya 10 kali dan mencatat<br />
10 kebaikan untuknya".<br />
<br />
16. Membaca Asma'ul Husna.<br />
<br />
Asma'ul Husna ialah nama-nama Allah yang berjumlah 99.<br />
Dalil keutamaan membaca Asma'ul Husna:<br />
<br />
<div style="text-align: right;">قَالَ اللهُ تَعَاَلىَ : وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ<br />
</div><br />
"Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan".<br />
(Surat Al-A'raaf: 180)<br />
<br />
17. Membaca do'a.<br />
<br />
Keutamaan berdoa:<br />
<br />
<div style="text-align: right;">قَالَ اللهُ تَعَاَلىَ: وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ<br />
</div>"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina-dina". (Surat Al-Mukmin: 60)<br />
<div style="text-align: right;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ. رواه ابن ماجه و الترمذي, و قال هذا حديث حسن غريب<br />
</div>“ Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah daripada do`a".<br />
(Hadits riwayat: Ibnu Majah dan At-Tirmidziy, kata At-Tirmidziy: hadits ini Hasan Ghariib)<br />
<br />
<br />
Demikianlah dalil-dalil yang dijadikan landasan dilaksanakanya yasinan dan tahlilan untuk mendo’akan mayyit agar diampuni kesalahan-kesalahanya ketika di dunia atau di tambah pahalanya oleh Allah SWT. Jadi kalau dikatakan yasinan dan tahlilan itu tidak ada dasar hukumnya, tidak ada dalilnya, atau tidak ada landasanya, maka jelas sekali klaim itu sebenarnya salah. Hadits-hadits yang tertera di atas tersebut sudah cukup sekali untuk dijadikan dasar.<br />
<br />
Kalau kemudian dikatakan, bahwa yasinan dan tahlilan adalah bid’ah dholalah karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat pada zamanya, dan juga dikaitkan dengan harinya yang harus hari ke tuju, ke empat puluh,atau ke seratus setelah hari kematian mayyit, maka baiklah kita kaji dengan seksama apakah memang demikianlah keadaanya.<br />
<br />
Apabila alasan bahwa yasinan dan tahlilan itu adalah bid’ah, karena tidak pernah dicontohkan atau dikerjakan pada masa Rasulullah SAW, maka mungkin inilah letak perbedaan antara kelompok yang menolak yasinan dan tahlilan dengan kelompok yang setuju dengan yasinan dan tahlilan. Bagi kelompok yang mengamalkanya, mereka berpendapat bahwa sesuatu yang tidak pernah diamalkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya tidak mesti dihukumi terlarang atau bid’ah yang sesat. Sebab kalau seperti itu prinsip yang dipegang, maka prinsip itu adalah prinsip yang yang lemah dan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin secara konsisten bisa dilaksanakan.<br />
<br />
Sebenarnya banyak sekali riwayat-riwayat yang menyebutkan dibolehkanya melakukan suatu amalan baru yang tidak ada contohnya dari Nabi. Berkut ini adalah contoh amalan yang tidak dicontohkan Nabi, namun dilakukan oleh para sahabat atas ijtihad mereka.<br />
<br />
Hadits dari Abu Hurairah: “Rasulallah saw. bertanya pada Bilal ra seusai sholat Shubuh : ‘Hai Bilal, katakanlah padaku apa yang paling engkau harapkan dari amal yang telah engkau perbuat, sebab aku mendengar suara terompahmu didalam surga’. Bilal menjawab : Bagiku amal yang paling kuharapkan ialah aku selalu suci tiap waktu (yakni selalu dalam keadaan berwudhu) siang-malam sebagaimana aku menunaikan shalat “.<br />
<br />
Dalam hadits lain yang diketengahkan oleh Tirmidzi dan disebutnya sebagai hadits hasan dan shohih, oleh Al-Hakim dan Ad-Dzahabi yang mengakui juga sebagai hadits shohih ialah Rasulallah saw. meridhoi prakarsa Bilal yang tidak pernah meninggalkan sholat dua rakaat setelah adzan dan pada tiap saat wudhu’nya batal, dia segera mengambil air wudhu dan sholat dua raka’at demi karena Allah swt. (lillah).<br />
<br />
Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Al-Fath mengatakan: Dari hadits tersebut dapat diperoleh pengertian, bahwa ijtihad menetapkan waktu ibadah diperbolehkan. Apa yang dikatakan oleh Bilal kepada Rasulallah saw.adalah hasil istinbath (ijtihad)-nya sendiri dan ternyata dibenarkan oleh beliau saw.<br />
<br />
Hadits berasal dari Rifa’ah bin Rafi’ az-Zuraqi yang menerangkan bahwa: “ Pada suatu hari aku sesudah shalat dibelakang Rasulallah saw. Ketika berdiri (I’tidal) sesudah ruku’ beliau saw. mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah’. Salah seorang yang ma’mum menyusul ucapan beliau itu dengan berdo’a: ‘Rabbana lakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubarakan fiihi’ (Ya Tuhan kami, puji syukur sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya atas limpahan keberkahan-Mu). Setelah shalat Rasulallah saw. bertanya : ‘Siapa tadi yang berdo’a?’. Orang yang bersangkutan menjawab: Aku, ya Rasul- Allah. Rasulallah saw. berkata : ‘Aku melihat lebih dari 30 malaikat ber-rebut ingin mencatat do’a itu lebih dulu’ “<br />
<br />
Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan: ‘ Hadits tersebut dijadikan dalil untuk membolehkan membaca suatu dzikir dalam sholat yang tidak diberi contoh oleh Nabi saw. (ghair ma’tsur) jika ternyata dzikir tersebut tidak bertolak belakang atau bertentangan dengan dzikir yang ma’tsur dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad saw. Disamping itu, hadits tersebut mengisyaratkan bolehnya mengeraskan suara bagi makmum selama tidak mengganggu orang yang ada didekatnya…’<br />
<br />
Beliau menambahkan bahwa hadits tersebut menunjukkan juga diperbolehkannya orang berdo’a atau berdzikir diwaktu shalat selain dari yang sudah biasa, asalkan maknanya tidak berlawanan dengan kebiasaan yang telah ditentukan (diwajibkan). Juga hadits itu memperbolehkan orang mengeraskan suara diwaktu shalat dalam batas tidak menimbulkan keberisikan.<br />
<br />
Hadits dari Ibnu Umar katanya; “Ketika kami sedang melakukan shalat bersama Nabi saw. ada seorang lelaki dari yang hadir yang mengucapkan ‘Allahu Akbaru Kabiiran Wal Hamdu Lillahi Katsiiran Wa Subhaanallahi Bukratan Wa Ashiila’. Setelah selesai sholatnya, maka Rasulallah saw. bertanya; ‘Siapakah yang mengucapkan kalimat-kalimat tadi? Jawab seseorang dari kaum Wahai Rasulallah, akulah yang mengucapkan kalimat-kalimat tadi. Sabda beliau saw. ‘Aku sangat kagum dengan kalimat-kalimat tadi sesungguhnya langit telah dibuka pintu-pintunya karenanya’. Kata Ibnu Umar: Sejak aku mendengar ucapan itu dari Nabi saw. maka aku tidak pernah meninggalkan untuk mengucapkan kalimat-kalimat tadi.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).<br />
<br />
Demikianlah ternyata para sahabat banyak yang melakukan suatu amalan atas ijtihad mereka yang menurutnya baik. Walaupun Rasulullah belum pernah mengajarkanya namun beliau tidak mengingkarinya ketika para sahabat melakukanya. Kalau seandainya ada orang yang mengatakan bahwa kejadian-kejadian itu masuk kategori sunah karena masih terjadi pada masa Nabi SAW. Artinya itu bagian dari taqrir Rasulullah terhadap suatu peristiwa dan taqrir adalah termasuk bagian dari sunah, maka bisa dijawab pada masa setelah Nabi wafat pun juga banyak ijtihad sahabat yang pada suatu ibadah yang ijtihad tersebut tidak diingkari oleh para sahabat yang lain. Misalnya adalah sholat tarawih yang ditetapkan oleh Umar menjadi satu Imam sebulan penuh dengan jumlah 23 rokaat. Padahal sebelumnya sholat tarawih dilakukan sendiri-sendiri oleh para sahabat baik di rumah maupun di masjid, dan kalaupun dengan berjama’ah itupun tidak dilakukan selama sebulan penuh. Utsman juga pernah membuat adzan sholat jum’at yang tadinya hanya satu kali dizaman Rasulullah SAW menjadi dua kali, yaitu sekali untuk memanggil jama’ah dan sekali lagi untuk menaikkan khotib. Ali Bin Abi Tholib juga pernah memerintahkan Abul Aswad Ad- Duali agar Al-Qur’an diberi syakal dan titik padahal sebelumnya sejak ditulis tanpa syakal dan titik. Kita juga bisa melihat bahwa pembukuan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar atas usul Umar ra. Pada awalnya juga ditentang oleh sebagian sahabat termasuk Abu Bakar sendiri karena dipandang bid’ah. Namun akhirnya semuanya bisa menenerima dengan senang hati karena dipandang sangat banyak manfaatnya. Artinya perkara-perkara di atas tersebut oleh para sahabat juga dipandang sebagai bid’ah namun bukanlah bid’ah yang tercela karena memang sebuah tuntutan yang sulit sekali ditangguhkan.<br />
<br />
Kesimpulanya, kelompok yang mendukung yasinan dan tahlilan berpendapat bahwa sebuah amal itu dihukumi dengan bid’ah yang sesat apabila bertentangan dengan prinsip-prinsip syare’at yakni bertentangan dengan Al-qur’an, sunah Rasulullah SAW, atsar dan ijma’ para ulama’. Dan bertentangan di sini tidak berarti tidak ada contohnya tetapi maksudnya adalah tidak ada dasarnya sama sekali, atau amal itu ada dasar/ dalilnya tetapi amal tersebut tidak ada maslahatnya sama sekali dan menyelisihi dasar-dasar hukum yang lain. Inilah sebenarnya maksud dari bid’ah dholalah. Dan kesimpulan ini jika diperhatikan dengan seksama, maka sesungguhnya tidak bertentangan dengan pengertian bid’ah yang di kemukakan oleh para ulama salaf termasuk Imam Ibnu Taimiyah dan Ibnu Rojab Al-hambali.<br />
<br />
Ibnu Taimiyah dalam mendefinisikan bid’ah beliau berkata, “Bid’ah adalah semua perkara yang menyelisihi Kitabullah, Sunah Rasulullah, dan Ijma’ Salafus Salih, baik masalah-masalah aqidah, maupun ibadah,seperti yang diucapkan orang-orang Khowarij, Rafidhah, Qodariyah, Jahmiyah dan juga orang-orang yang beribadah di masjid sambil menyanyi dan menari-nari.”<br />
<br />
Imam Ibnu Rojab rakhimahullah dalam kitabnya yang berjudul “ Jami’ul Ulum wal Hikam “ mengatakan bahwa bid’ah adalah,<br />
<br />
<div style="text-align: right;">ما أُحْدِثَ ممَّا لا أصل له في الشريعة يدلُّ عليه ، فأمَّا ما كان له أصلٌ مِنَ الشَّرع يدلُّ عليه ، فليس ببدعةٍ شرعاً ، وإنْ كان بدعةً لغةً ،<br />
</div><br />
“ Bid’ah adalah apa saja yang dibuat tanpa landasan syari’at. Jika punya landasan hukum dalam syari’at, maka bukan bid’ah secara syari’at, walaupun termasuk bid’ah dalam tinjauan bahasa.”<br />
<br />
Kemudian Imam Syafi’I rahimahullah ulama’ yang lebih dahulu masanya dibandingkan dengan nama ulama’-ulama’ yang disebutkan di atas mendefinisikan, bid’ah adalah,<br />
<br />
<div style="text-align: right;">ما أحدث يخالف كتابا أو سنة اأو أثرا أو اجماعا, فهذه البدعة الضلالة. وما أحدث من الخير, لا خلاف فيه لواحد من هذه الأصول, فهذه محدثة غير مذمومة.<br />
</div>“ Bid’ah adalah apa-apa yang diadakan yang menyelisihi kitab Allah dan sunah-NYA, atsar, atau ijma’ maka inilah bid’ah yang sesat. Adapun perkara baik yang diadakan, yang tidak menyelisihi salah satu pun prinsip-prinsip ini maka tidaklah termasuk perkara baru yang tercela.”<br />
<br />
Dalam definisi bid’ah yang dikemukakan oleh para ulama’ di atas, bukankah bisa difahami bahwa perkara baru atau perkara yang tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW itu dibagi dua yaitu perkara baru yang sama sekali tidak ada dasarnya dalam syare’at dan perkara baru yang ada dasarnya dalam syare’at. Ibnu Rojab menegaskan bahwa perkara baru yang ada dasarnya dalam syare’at, itu tidak bisa dikatakan bid’ah secara syare’at walaupun sebenarnya ia termasuk bid’ah secara bahasa, yang artinya ia belum pernah ada permisalanya atau contohnya oleh Nabi SAW dan para sahabat.<br />
<br />
Kemudian kalau yang dipersoalkan selanjutnya adalah hari pelaksanaan yasinan dan tahlilan yakni hari ke tuju, ke empat puluh, atau ke seratus hari setelah kematian mayyit, maka sebenarnya tidak ada persoalan dengan pemilihan hari-hari itu. Apa salahnya orang memilih hari-hari yang baik menurut pandangan mereka untuk mendo’akan mayyit. Karena sesungguhnya juga tak ada ketentuan waktunya kapan harus mendo’akan mayyit. Pemilihan hari itu bisa menjadi terlarang apabila sudah diyakini secara salah, misalnya dapat merusak keutamaan do’a, menyebabkan tak sampai pahalanya kepada mayyit, atau do’a itu menjadi tak sah kalau tidak pada hari-hari tersebut. Kalau penentuan hari tersebut sudah diharuskan pada waktu-waktu itu dan dengan disertai keyakinan-keyakinan seperti itu pula, maka jelaslah itu yang dinamakan bid’ah. Selama ini para kiyai, dan tokoh-tokoh pendukung yasinan dan tahlilan juga tidak pernah mengharuskan memilih hari-hari itu. Dan selama ini pula praktek-praktek yasinan dan tahlilan juga sering dilaksanakan berbeda dengan hari-hari itu sesuai dengan kemampuan dan kelonggaran mereka, para pengamal yasinan dan tahlilan. Dan kalau hari yang dipersoalkan, maka berarti masalahnya selesai jika hari itu dirubah.<br />
<br />
Demikianlah dalil-dalil yang biasa dipakai sebagai dasar dilaksanakanya amal tahlilan dan yasinan oleh kaum muslimin yang mendukung tahlilan dan yasinan. Tulisan ini bukan bermaksud untuk mengajak pembaca sekalian harus setuju dengan tahlilan dan yasinan, tetapi lebih sebagai keprihatinan penulis terhadap kondisi umat Islam khususnya di Indonesia ini, yang saling menyalahkan, membid’ahkan bahkan sampai mengkafirkan satu sama lain. Apalagi saling tuding kesalahan tersebut hanya disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang sepele, yang para ulama sendiri sebenarnya sangat longgar dalam mensikapinya. Tahlilan dan yasinan adalah salah satu amal yang selalu dicecar dengan kata-kata sesat, bid’ah bahkan sampai kekafiran. Dan bisa dikatakan bahwa di Indonesia ini tahlilan dan yasinan menjadi icon tudingan bid’ah oleh semua pihak yang tidak setuju dengan tahlilan dan yasinan. Setiap pembicaraan bid’ah, ahli bid’ah, menyalahi sunah, sesat dan lain sebagainya pasti menjadikan yasinan dan tahlilan sebagai contohnya.<br />
<br />
Satu hal yang harus kita ingat, bahwa menjadikan tahlilan dan yasinan sebagai icon tudingan bid’ah selama ini, telah menyebabkan kaum muslimin lalai terhadap masalah-masalah yang lebih penting dan prinsipil, seperti pemikiran aqidah yang jelas-jelas kebid’ahan dan kesesatanya yang juga berkembang pada hari ini. Kaum muslimin lalai bahwa di negeri ini ajaran syi’ah dan ahmadiyah terus merangkak maju dan berkembang dengan doktrin dan komunitasnya yang semakin hari semakin kuat. Kaum muslimin juga lalai bahwa kesesatan dan kemusyrikan yang hakiki di abad modern ini, yakni materialisme dan hedonisme, telah menggerogoti ketauhidan dan arti nilai ketuhanan yang bersemayam di hati manusia secara luas. Kaum muslimin juga lalai bahwa saat ini banyak sekali muncul kelompok-kelompok sempalan yang mengusung pemahaman sesat dan sangat jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya seperti jama’ah salamullah, agama baha’iyah ingkarus sunah dan lain-lainya.<br />
<br />
Seperti yang kita ketahui, di solo jawa tengah ini, sekarang telah berkembang maju sebuah kelompok pengajian yang tiap ceramah selalu menjelek-jelekkan yasinan dan tahlilan, namun kelompok tersebut memiliki doktrin pemahaman Al-qur’an yang sangat menyimpang dari metode pemahaman yang benar menurut Islam. Dan penyimpangan itu telah menyentuh ranah yang sangat berbahaya dalam konsep akidah Islam, yakni ranah kekafiran.<br />
<br />
Mereka memahami bahwa untuk menilai sebuah hadits itu shahih atau dhoif / palsu (menurut bahasa mereka ), maka caranya dengan melihat apakah isi kandunganya juga diterangkan oleh Al-qur’an. Jika hadits itu keteranganya juga ada di dalam Al-qur’an, maka hadits itu benar shahih, tapi jika hadits itu keteranganya atau isi materinya tidak terdapat dalam ayat Al-qur’an maka hadits itu jelas palsu keadaanya. Qo’idah seperti ini akan berimplikasi pada pemalsuan banyak sekali hadits-hadits rasulullah SAW. baik yang jelas-jelas shahih maupun mutawatir. Karena jelas akan banyak sekali hadits-hadits yang shahih dan mutawatir yang isi materinya tidak didapatkan dalam Al-qur’an, disebabkan karena memang hadits-hadits itu adalah penjelas, penafsir atau penetap hokum kedua setelah Al-qur’an. Padahal menurut konsep akidah dan kesepakatan para ulama’ jaman apapun, orang yang telah mengingkari hadits yang jelas-jelas shahih atau bahkan mutawatir maka orang tersebut telah kafir. Inilah kesesatan nyata yang dimiliki mereka. Mereka mengatakan yasinan dan tahlilan adalah kesesatan, tetapi mereka tidak pernah sadar bahwa dirinyalah sesungguhnya yang berada di atas kesesatan.<br />
<br />
Seaiandainya dalil-dalil tentang yasinan dan tahlilan yang saya sebutkan di atas adalah dalil yang tidak kuat menurut sebagian kalangan, tetapi paling tidak kaum muslimin tahu bahwa mereka para pengamal yasinan dan tahlilan tetap menggunakan dalil-dalil yang mereka anggap sangat kuat dan mendasar. Artinya, seaindainya dalam tataran pembahasan yang final mengenai amalan yasinan dan tahlilan tersebut sampai pada kesimpulan yang jelas bahwa amalan itu bid’ah, walaupun saya pribadi berani mengatakan itu tidak akan mungkin terjadi, maka bid’ah itu tidak akan bisa digolongkan bid’ah yang besar sampai menyebabkan kekafiran. Bid’ah itu muncul karena perbedaan interpretasi kaum muslimin terhadap dalil-dalil syar’i. jadi bisa dikatakan bahwa ada yang mengatakan yasinan dan tahlilan itu bid’ah atau tidak bid’ah itu terjadi karena perbedaan pendapat atau ikhtilaf saja. Dan untuk semua perkara yang masuk dalam wilayah ikhtilaf, maka masing-masing kaum muslimin tidak bisa saling memaksakan pendapatnya satu sama lain, menyalahkan satu sama lain, apalagi sampai memvonis sesat dan kafir. Itulah etika berbeda pendapat yang disepakati oleh para ulama’ baik salaf maupun kholaf.<br />
<br />
Tahlilan dan yasinan adalah salah satu ijtihad dari berbagai macam ijtihad yang diambil oleh atau sebagian kaum muslimin. Tahlilan dan yasinan bukanlah persoalan pokok ( usul ) dalam Islam. Ia tak pantas dijadikan bahan perselisihan dan pertengkaran panjang kaum muslimin. Ada banyak hal yang jauh lebih penting untuk dibahas, diselesaikan dan dikerjakan oleh kaum muslimin, contohnya adalah pendidikan, pengentasan kemiskinan, perbaikan ekonomi dan juga pembangunan kehidupan sosial yang aman dan teratur secara Islam. Perdebatan seputar masalah yasinan dan tahlilan adalah pekerjaan yang tidak pernah ada selesainya. Bukankah sejarah telah membuktikan bahwa perselisihan antara warga NU dengan Muhammdiyah secara cultural itu juga tidak pernah selesai hingga sekarang. Orang yang membid’ahkan yasinan dan tahlilan semakin banyak, tetapi orang yang dengan giat membudayakan yasinan dan tahlilan juga semakin banyak. Betapa banyak energi yang telah dikeluarkan, dan betapa banyak kata-kata cacian yang dilontarkan, serta berapa banyak masalah-masalah penting yang ditinggalkan karena sibuk membahas dan menyalah-nyalahkan orang yasinan dan tahlilan namun tidak pernah menambah kemaslahatan tetapi justru semakin memperlebar jurang perpecahan.<br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
Maka tidak usah terlalu berlebihan menjelek-jelekkan orang yasinan dan tahlilan, dan jangan membesar-besarkan urusan yasinan dan tahlilan, karena bisa jadi hal itu akan menjadi multivitamin bagi tradisi yasinan dan tahlilan untuk semakin tumbuh dengan besar. Marilah kita meredam benih-benih perpecahan dan selalu merajut persatuan dan kesatuan. Kita kesampingkan perbedaan dan selalu berfikir untuk melihat dan mewujudkan persamaan, agar kita bisa meraih kemenangan dan kemlyaan.<br />
<br />
Wallahu a’lamu bis showwab….<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-9242630631384191732010-01-12T18:05:00.001+07:002010-01-12T18:08:16.986+07:00AQIQOTUL MAULUD<div style="text-align: center;"><div style="text-align: justify;"><i><b> Zulfahmi, 13 Desember 2009</b></i><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0xXTRKL7rI/AAAAAAAAAJM/517jZOCgtn0/s1600-h/insideAqiqah02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0xXTRKL7rI/AAAAAAAAAJM/517jZOCgtn0/s200/insideAqiqah02.jpg" /></a><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>بسم ا لله الرحمن الرحيم<br />
<br />
</div><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
I. PENGERTIAN AQIQOH<br />
<br />
Aqiqoh adalah kambing yang di sembelih untuk seorang anak pada hari ke tujuh dari kelahirannya. Kata Aqiqoh berasal dari kata al’aqqu yang berarti memotong.( Minhajul muslim 342 ).<br />
Al Azhari berkata dalam kitab “Attahdhib”<br />
<a name='more'></a>: Abu Ubaid dan Al asma’i serta yang lainnya berkata: kata Aqiqoh asli artinya adalah rambut yang ada di kepala seorang anak ketika di lahirkan dan ia juga dinamakan syaat (kambing) yang di sembelih ketika waktu aqiqoh, karena rambut yang dicukur pada waktu dabh (menyembelih ) itulah yang dinamakan aqiqoh.<br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
Abu Ubaid berkata: Diantara makna aqiqoh yang lain adalah setiap yang dilahirkan dari binatang, sedang rambut yang ada di kepala pada waktu dilahirkan disebut aqiqoh.<br />
Al Azhari berkata: Makna dari kata العق adalah الشاة yang mempunyi arti pecah, sedang rambut yang menempel pada kepala seorang anak itulah yang dinamakan aqiqoh karena ia dicukur dan di potong (pada waktu aqiqoh). ( Almajmu’ussarhul muhaddzab 8/320 )<br />
<br />
<br />
II.DALIL DISYARIATKANYA AQIQAH<br />
<br />
Rasullah saw bersabda :<br />
<div style="text-align: right;">كل غلام رهينة بعقيقته تذبح عنه يوم سبعه وسمي ويحلق رأسه ( رواه أبو داود و الترمذي )<br />
</div>“Tiap Tiap anak tergaqadaikan dengan aqiqahnya, disembeli aqiqoh itu pada hari ketujuh dan diberi nama dan dicukur rambutnya” ( HR Abu Daud : 2837 dan At Tirmidzi ;1522 ). Dalam Riwayat yang lain beliau bersabda :<br />
<div style="text-align: right;">كل غلام مرتهنربعقيقته تذبح عنه يوم سابعه ويماط عنه الاذي<br />
</div>“Setiap bayi tergadai dengan aqiqahnya,aqiqah itu disembelih pada hari yang ketujuh dari kelahiranya dan dicukur rambutnya “ ( HR At Tirmidzi ).<br />
Adapun Ar Rahnu secara bahasa artinya tergadai<br />
ٍٍٍSedangkan secara syar’i ,para ulama berselisih pendapat :<br />
1. Imam Ahmad berkata makna Ar Rahnu adalah anak yang meninggal dan belum diaqiqahi tidak bisa mendatangkan syafaat bagi kedua orang tuanya<br />
2. Ulama yang lain mengatakan bahwa maksud anak tersebut tergadai dengan aqiqah,maksudnya ia belum diberi nama dan dan dicukur rambutnya kecuali setelah aqiqah tersembelih “ (Nailul Author 5/225 ).<br />
3. Ibnul Qoyyim mengatakan “menurut dzohir hadist,anak tergadaikan dengan dirinya,terhalang dan tertahan dari kebaikan yang dikehendaki darinya. (Zaadul Maad 2/29 ).<br />
<br />
<br />
III. HUKUM AQIQOH<br />
<br />
Dalam hukum Aqiqoh para ulama’ berbeda pendapat <br />
1. Ad Dhohiri,Al-Laits,Hasan Bashri, berkata: bahwa aqiqoh hukumnya wajib. Mereka berdalil dengan sabda Rasullah,yang bersumber dari Samurah bahwa Rasullah saw bersabda :<br />
<br />
<div style="text-align: right;">كل غلام مرتهن بعقيقته تذبح عنه يوم سابعه ويماط الأذى عنه<br />
</div>“setiap bayi tergadaikan dengan aqiqohnya, aqiqoh itu diwmbelih pada hari ketujuh dari kelahirannya dan dicukur rambutnya”.<br />
(HR. Tirmidzi).<br />
Secara dzahir,hadist ini menunjukan hukumnya wajib.<br />
2. Jumhur Fuqaha’ mengatakan bahwa aqiqoh hukumnya sunnah,<br />
3.Sedang menurut Abu Hanifah hukumnya tidak wajib dan tidak pula sunnah .Jumhur Fuqaha dan Abu Hanifah berdalil dengan sabda Nabi saw, ketika ditanya tentang aqiqah maka beliau menjawab:<br />
<div style="text-align: right;">لا أحب العقوق ومن ولد له ولد فأحب أن ينسك عن ولده فليفعل<br />
</div>“Saya tidak suka aqiqah,barang siapa yang mempunyai anak dan ingin menyembelih aqiqah untuk anaknya maka kerjakanlah“.<br />
(Abu Daud :2842 )<br />
Ulama yang mengambil hadist ini berpendapat aqiqah itu sunah atau mubah (Bidayatul Mujtahid 1/339 ).<br />
<br />
<br />
IV. SUNAH DI HARI AQIQOH<br />
<br />
Di anjurkan dengan sunah muakad bahwa bagi seorang ghulam (anak laki-laki) beraqiqoh dengan dua kambing dan bagi jariah (anak perempuan ) satu kambing berdasarkan hadits dari Aisyah :” Dari seorang anak laki - laki (beraqiqoh) dua kambing yang lengkap (cukup umur) dan dari jariah (anak perempuan) satu kambing “. ( HR Ahmad,Tirmidzi ).<br />
Ibnu Umar dan imam Malik berkata : Aqiqoh itu satu- satu. Dalam riwayat Ibnu Abbas : Nabi saw bersabda : <br />
<div style="text-align: right;">أن النبي صلى الله عليه وسلم عق عن الحسن والحسين كبشا كبشًا<br />
</div>“Sesungguhnya Nabi saw beraqiqoh pada Hasan dan Husain masing-masing satu kambing kibas)”. ( HR Abu Daud :2841 ).<br />
(Manarus sabil 1/357 ).<br />
(<br />
Menurut Imam Syafi’I, Abu Tsur, Abu Dawud dan Ahmad, seekor kambing untuk anak perempuan dan untuk anak laki-laki dua ekor kambing (Al-Mughni : 13/395). Hal ini berdasarkan sabada Rosulullah saw:.<br />
<div style="text-align: right;">عن الغلام شتان مكافئتان وعن الجارية شاة<br />
</div>Artinya : Aqiqoh anak laki-laki dengan dua kambing yang cukup umur dan untuk anak perempuan cukup satu kambing”. (HR. Abu Dawud :2834. At-Tidmidzi : 1513).( Bidayatul mujtahid 1/339).<br />
Imam Ash shon’ani berkata : “Bahwasanya diperbolehkan aqiqoh bagi laki-laki dengan satu kambing dan hal itu tetap berpahala, adapun menyembelih dua ekor kambing maka hal terseut dianjurkan”.<br />
(Subulus Salam : 4/183).<br />
Jika ada yang menanyakan mengapa Islam membedakan antara aqiqoh laki-laki dan perempuan ?<br />
Maka jawabnya dapat dianalisa dari dua segi :<br />
1. Seorang muslim harus menyerahkan diri dan tunduk pada Allah swt dikarenakan perbedaan aqiqoh ini telah ditetapkan oleh Rosulullah saw, maka tak ada jalan bagi seorang muslim kecuali melaksanakan ketetapan itu.<br />
2. Hikmah dan logika dalam perbedaan ini adalah keutamaan laki-laki atas wanita. (Tarbiyatul aulad. Abdullah Nasih Ulwan : 1/90).<br />
<br />
<br />
V. ADZAN DAN IQOMAH<br />
<br />
Para Ahlul Ilmi mensunahkan jika ada seorang anak yang dilahirkan kedunia, maka anak tersebut hendaknya diadzani di telinga yang kanan dan di iqomati di telinga yang kiri dengan harapan Allah swt menjaganya dari jin-jin yang mengganggu, ada sebuah hadits yang menerangkan tentang hal itu :<br />
<div style="text-align: right;">من ولد مولود فاذن في اذنه اليمنى واقام فياذنه اليسرى لم تضره ام الصبيان<br />
</div>“Apabila ada seorang anak yang dilahirkan kedunia, maka adzanilah di telinga kanannya dan iqomatilah di telinga kirinya, asalkan tidak membahayakannya “ maksudnya kedekatan dalam adzan. ( Minhajul muslim -Abu Jabir Aljajairi :343 ).<br />
Abu Rofi’dalam riwayatnya mengatakan :<br />
<div style="text-align: right;">رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم اذن في اذن الحسين حين ولدته فاطمة بالصلاة<br />
</div>”Saya melihat Rosulullah adzan di telinga Husain ketika Fatimah telah melahirkanya dengan adzan untuk sholat “ ( HR. At Tirmidzi ).<br />
( Manarus sabil fi syarhiddalil 1/359 )<br />
Adapun hikmah disyari’atkannya adzan supaya adzan yang berisi pengagungan Allah swt dan dua kalimah syahadat itu merupakan suara yang pertama kali masuk ke telinga bayi, juga sebagai perisai bagi anak, karena adzan sangat berpengaruh untuk mengusir dan menjauhkan syetan dari bayi yang baru lahir, yang ia senantiasa berupaya mengganggu dan mencelakakannya.<br />
<br />
VI. YANG BERHAK DI AQIQOHI<br />
<br />
Jumhur ulama’ berpendapat bahwa yang berhak di aqiqohi adalah anak laki - laki dan anak perempuan yang masih kecil saja. Berdasarkan sabda Rosulullah saw:<br />
تذبح عنه يوم سابعه<br />
“disembelih pada hari ayang ketujuh setelah kelahiranya”.<br />
(HR An Nasai 3225 , At Tirmidzi :1522 ).<br />
Sedang Al-Hasan menolak tentang pendapat jumhur dengan mengatakan : bahwa anak perempuan tidak usah di aqiqohi .Dengan dalil karena didalam hadist menggunakan lafadz mudzakar yaitu “setiap ghulam (anak laki laki ) tergadaikan dengan aqiqahnya”.<br />
Ulama lain mengatakan Aqiqah boleh dilakukan pada hari yang ketujuh dari setelah kelahiranya,atau hari keempat belas,atau kedua puluh satu . ( Manarus Sabil 1/ 358 ).(Al Mughni 13/ 396 ).<br />
Imam Malik berkata “pada lahirnya penetapan hari ketujuh itu bersifat anjuran sekiranya penyembelihan pada hari yang keempat,atau kedelapan atau kesepuluh,atau setelahnya maka aqiqahnya itu tetap cukup.<br />
Jika anak tersebut meninggal sebelum hari yang tujuh maka aqiqahnya gugur,dan ini adalah pendapat imam malik.<br />
Sedang orang yang menyelisihi bahwa aqiqoh itu boleh ketika ia sudah dewasa dengan mengambil hadits yang di riwayatkat dari Anas bin Malik :<br />
أن النبي عق عن نفسه بعد البعثة<br />
”Bahwasahnya Nabi saw beraqiqoh untuk dirinya sendiri setelah ia diutusnya menjadi Nabi” (HR Al Baihaqi ). ( Bidayatul mujtahid 1/339 ).<br />
Imam nawawi mengatakan hadist ini Bathil,sedang menurut imam Ahmad hadist ini adalah mungkar . (Subulus Salam 4/181 ).<br />
<br />
<br />
VII. HEWAN AQIQAH SIFAT DAN USIANYA<br />
<br />
Menurut Jumhur ulama,hewan aqiqah sama dengan hewan udhiyah ,yaitu unta lebih baik dari sapi dan sapi lebih baik dari kambing.<br />
Sedangkan menurut Imam malik Aqiqah dan udhiyah lebih baik dengan kambing .<br />
menurut Ibnu Rusd Aqiqah itu ibadah,maka yang terbaik adalah yang tinggi nilainya sama halnya dengan udhiyah.( Bidayatul mujtahid 1/339).<br />
Adapun hewan aqiqah yang diperbolehkan sama dengan hewan udhiyah yaitu tidak cacat,dan usianya menurut jumhur ulama adalah dua tahun atau lebih . (Bidayatul mujtahid 1/340 ).<br />
Adapun hukum daging, kulit dan semua anggota badan binatang aqiqoh sama dengan hukum daging dan kulit dalam udhiyah baik dari segi makannya , shodaqohnya ataupun larangan dalam menjualnya.<br />
<br />
Hal sebagaimana Firman Allah swt:<br />
فكلوا منها واطعموا القانع والمقتر<br />
“ Maka makanlah sebagian darinya,dan sebagian yang lain berikanlah untuk dimakan orang yang sengsara dan fakir “ ( Al Hajj :36 ).<br />
Semua ulama’ sepakat untuk tidak melumuri kepala seorang anak dengan darah binatang sembelihan pada waktu aqiqoh sebagaimana yang dilakukan orang-orang jahiliyah zaman dahulu.<br />
<br />
<br />
VIII. DOA YANG DIBACA KETIKA MENYEMBELIH AQIQAH<br />
<br />
Bersumber dari Aisyah bahwa Rasullah saw ketika mengaqiqahi Hasan dan Husain beliau mengucapkan :<br />
<br />
<div style="text-align: right;">با سم الله الله اكبر لك واليك هذه عقيقة فلان<br />
</div><br />
“Dengan nama Allah ,yang maha besar,kepunyaan engkaulah ,dan kepada engkaulah kupersembahkan aqiqah ini.”<br />
(HR Baihaqi dan dinyatakan shahih ).atau dengan membaca doa ;<br />
<div style="text-align: right;">باسم الله الله اكبر لك واليك هذه عقيقة فلان<br />
</div>“Dengan nama Allah kepunyaan engkaulah dan kepada engkaulah ku persembahkan aqiqah si fulan ....(sebut nama anak yang diaqiqahi ).<br />
(HR Baihaqi ).<br />
Imam Syafi’I dan Ibnu Sirin berkata “ Masaklah dagingnya sebagaimana yang kamu sukai “ .<br />
Ibnu Juraij berkata “ Dagingnya dimasak dengan air dan garam dan dihadiahkan kepada para tetangga dan teman ” .<br />
Ibnu Qudamah berkata “ Jika daging tersebut dimasak , dan mengundang saudara- saudaranya untuk memakannya maka hal tersebut lebih baik “ . ( Al Mughni : 13 / 400 ).<br />
<br />
<br />
IX. LARANGAN MENGHANCURKAN TULANG AQIQOH<br />
<br />
Beberarapa perkara yang perlu diperhatikan dalam aqiqoh adalah tidak menghancurkan tulang sembelihan sedikitpun , setiap tulang dpotong pada persendiannya tanpa menghancurkannya . Abu Daud dalam marosilnya mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda :<br />
<div style="text-align: right;">إ بعثوا إ لى المقابلة منها برجل وكلوا واطعموا ولاتكسروا منها<br />
</div>“ Berilah sepotong kaki dari aqiqh itu kepada suku anu, makanlah dan berilah makan, dan jangan menghancurkan tulang darinya ( Aqiqoh ) “.<br />
Ibnu Juraij meriwayatkan dari Atho’ “ Anggota-anggota badan sembelihan dipotong dan tidak dihancurkan menjadi kecil- kecil .<br />
Adapun hikmah dalam masalah ini :<br />
1.Menampakkan kemulyaan memberikan makan kepada para tetangga, yaitu dengan memberikan potongan- potongan secara sempurna dan berukuran besar , yang tulangnya belum dipecahkan dan belum dikurangi dari anggota badannya .<br />
2.Sebagai harapan akan keselematan dan kesehatan akan tubuh anak yang dilahirkan , karena aqiqoh simbol dari pengorbanan yang dikeluarkan bagi anak yang dilahirkan (Tarbiyatul aulad : 1 /92 ) .<br />
<br />
<br />
X . HIKMAH AQIQOH<br />
<br />
1.Di antara hikmah aqiqoh adalah mengutarakan rasa syukur kepada Alloh swt atas nikmat yang diberikan kepadanya berupa seorang anak,dan juga rasa syukur atas penjagaan Alloh swt dan pemeliharaan-Nya kepada sang anak (ketika dalam kandungan sampai ia lahir ke dunia) ( Minhajul muslim 342 ).<br />
2. Aqiqoh merupakan suatu pengorbanan yang akan mendekatkan anak kepada Allah pada awal menghirup udara di dunia .<br />
3. Aqiqoh akan mempererat tali ukhuwah di anatara anggota masyarakat .<br />
4.Aqiqoh merupakan bayaran anak untuk memberi syafa’at kepada kedua orang tua . ( Tarbiyatul aulad : 1 / 95 ).<br />
XI.MEMBERI NAMA<br />
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw :<br />
تذبح عنه يوم سابعه وسمي ويحلق رأسه<br />
“ Di sembelih aqiqoh itu pada hari ketujuh , dan diberi nama serta dicukur rambutnya “ , ( HR . Abu Daud : 2837 ) .<br />
Dari hadits diatas menetapkan penamaan kepada anak dilakukan pada hari ketujuh dari kelahirannya .<br />
Mengingat nama itu menujukkan kepada makna yang di kandungnya , maka Rasulullah saw menganjurkan nama yang bagus dan indah , dan beliau memerintahkan kepada umatnya spaya memberi nama yang mengandung do’a .<br />
dan juga disunahkan menggabungkan nama anak dengan nama orang tua . di sebutkan didalam hadits bahawa Rasulullah saw bersabda :<br />
<div style="text-align: right;">إنكم تدعون يوم القيامة بأسماءكم وأسماء آباءكم فأحسنوا أسماءكم <br />
</div>“ Sesungguhnuya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak kalian , maka baguskanlah nama - nama kalian “ ( HR .Abu Daud dan Ibnu Hibban ) .<br />
Hikmah menggabungkan nama anak dengan nama orang tua :<br />
1. Akan menumbuhkan rasa menghormati didalam jiwa anak .<br />
2. Menumbuhkan keperibadian sosial , sebab anak dianggap dewasa dan diberi penhormatan .<br />
3. memberikan rasa gembira pada si anak dengan panggilan sesuai dengan gabungan yang ia sukai . ( Tarbiyatul Aulad : 1/ 67 ) .<br />
<br />
Adapun nama-nama yang dianjurkan :<br />
Dengan nama Abdulllah atau Abdurrahman<br />
Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar Bahwa Rasulullah saw bersabda :<br />
<div style="text-align: right;">إن أحب أسماءكم إلى الله عز وجل عبد الله وعبد الرحمن <br />
</div>“ Sesungguhnya nama yang palng disukai Allah swt adalah Abdullah dan Abdurrhman :(HR . Abu Daud ) . <br />
• Dengan nama-nama para Nabi :<br />
Rasullah saw bersabda :<br />
<div style="text-align: right;">تسموا بأسماء الانبياء<br />
</div>“Berilah nama dengan nama nama para nabi ( HR Abu Daud dan Nasai ).<br />
• Rosululloh saw menganjurkan agar mengganti nama yamg buruk dengan nama yang baik,,dalam hadist yang bersumber dari ibnu umar ,bahwa Rasullah saw merubah nama ashiyah (wanita durhaka )menjadi jamilah (wanita cantik ).<br />
• Dilarang menamai anak dengan nama Alquran dan surat suratnya,.seperti yaasin,thaaha,haamim,sedang menurut imam malik penamaan seperti itu makruh hukumnya .<br />
• Adapun menamai anak dengan nama nama para seniaman, maka hal tersebut dilarang karena mengandung unsur tasyabuh dan bagi kita cukuplah Rasullah saw sebagai uswatun hasanah.<br />
<br />
<br />
XII. MENCUKUR RAMBUT SIBAYI<br />
<br />
Dalam sebuah hadist Rasullah saw bersabda :<br />
<div style="text-align: right;">نذبح يوم سابعه وسمي ويحلق رأسه<br />
</div>“Disembelih aqiqah itu pada hari yang ketujuh,dan diberi nama dan dicukur rambut kepalanya “. ( HR Abu Daud :2837 dan At Tirmidzi:1522)<br />
Kata dicukur merupakan dalil disyariatkanya mencukur rambut sibayi yang dilahirkan pada hari yang ketujuh,dan dzhohirnya umum untuk anak laki laki dan anak perempuan. (Subulus Salam 5/78 ).<br />
Syeikh Almubarokfuri mengatakan “dicukur rambutnya yaitu mencukur rambut seluruhnya dan dilarang untuk menyisakanya (Tuhfatul Ahfadzi 5/ 78 ).<br />
Dan disunahkan setelah dicukur rambut kepalanya agar menyedehkahkan perak kepada orang orang miskin dan orang yang berhak seberat berat rambutnya,hal ini bersumber dari Ali bin Abu Thalib,ia berkata Rasulullah saw mengaqiqahi Hasan dengan seekor kambing dan beliau bersabda :<br />
<div style="text-align: right;">يا فاطمة احلقي رأسه وتصدقي بزنة شعره فضة<br />
</div><br />
:”wahai Fatimah cukurlah rambut kepalanya dan bersedekahkah dengan perak sesuai dengan berat rambutnya ( HR At Tirmidzi 1519 ).<br />
<br />
Dan kalau tidak mempunyai perak boleh diganti dengan uang yang senilai dengan hal tersebut . (Bidayatul Mujtahid 1/340 )<br />
<br />
Adapun hikmahnya;<br />
1. Mencukur rambut anak akan memperkuat anak itu,membuka selaput kulit kepala,dan mempertajam indra penglihatan,penciuman,dan pendengaran.<br />
2 .Bersedekah dengan perak sebanyak seberat timbangan rambutanak merupakan salah satu sumber lain bagi jaminan sosial,dan ini merupakan cara mengkikis kemiskinan dan bukti tolong menolong didalam pergaulan masyarakat. (Tarbiyatul Aulad 1/64 ).<br />
<br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
<br />
REFERENSI<br />
<br />
1.Alqur`anul karim<br />
2.Al mughni Ibnu Quddamah<br />
3.Bidayatul Mujtahid,Ibnu Rusd<br />
4.Fiqh islami, Dr Wahbah Az Zuhaili<br />
5.Jami`Attirmidzi,Ibnu musa At Tirmidzi<br />
6.Sunan AN Nasai,Ali bin Sihan An Nasai<br />
7.Sunan Abi Daud,Abi Daud sulaiman bin asyats<br />
8.Nailul Author.Asy syaukani<br />
9.TuhfatulAhwadzi,Abullah bin Abdurrahim Almubarakfuri<br />
10.Tarbiyatul Atfal,Dr Abdullah nasih Ulwan<br />
11.Majmu Syarh Almuhadzhab, Imam An Nawawi<br />
12.Minhajul muslim,Jabir Aljazairi<br />
13.Manarus Sabil,<br />
14 Zadul Maad,Ibnul Qoyyim <br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-36084801651667093282010-01-05T17:32:00.009+07:002010-01-08T07:01:04.460+07:00SUNGAI PENGHANYUT DOSA<!-- Begin: http://adsensecamp.com/ --><br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=333333&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=FFFFFF" type="text/javascript">
</script><br />
<!-- End: http://adsensecamp.com/ --><br />
<o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"\(normal text\)";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-alt:"Times New Roman";
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:HQPB4;
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:HQPB5;
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:HQPB1;
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:HQPB2;
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:HQPB3;
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.1pt 33.0cm;
margin:3.0cm 3.0cm 3.0cm 3.0cm;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1569266992;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1444816356 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">Macam-Macam Dosa <o:p></o:p></span></b><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-size: 10pt;">Manusia hidup di dunia ini, selalu melakukan dosa yang bisa digolongkan menjadi tiga macam. Pertama adalah dosa <i>Rububiyah</i>, yaitu dosa dimana seseorang punya anggapan bahwa dirinya besar, punya keagungan, kelebihan dan kehebatan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Atau bisa diartikan, dosa <i>Rububiyah</i> adalah dosa yang dilakukan oleh manusia karena telah merampas dan menyandang sifat-sifat yang sebenarnya hanya khusus dimiliki oleh Allah saja. Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi;<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: -9.35pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“ Keagungan adalah pakaian-Ku, kesombongan adalah jubah-Ku, barang siapa menarik keduanya dari-Ku, niscayaAku lemparkan ia ke neraka</span></i><span style="font-size: 10pt;">.” <b><i>(Hadits Riwayat Muslim)<o:p></o:p></i></b></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-size: 10pt;"> Termasuk dosa dalam jenis ini adalah takabur, membanggakan diri, ria’, sum’ah, ujub dan lain sebagainya. Seluruh dosa yang berkaitan dengan kekufuran, kedengkian, dendam, ambisi, dan lain sebagainya, maka termasuk dosa dalam jenis ini.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-size: 10pt;">Kemudian yang kedua adalah dosa <i>Jasadiyah</i>, yaitu dosa yang dilakukan oleh manusia sebab hawa nafsu dan sifat kebinatangan yang dimilikinya. Rasulullah SAW. Bersabda;<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: -9.35pt;"><i><span style="font-size: 10pt;">“ Tidak ada bejana yang diisi oleh anak Adam yang lebih buruk dari perutnya.</span></i><span style="font-size: 10pt;">” <b><i>(Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya)</i></b><o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-size: 10pt;">Al-Ghozali mengatakan, bahwa berlebihan dalam makan, mengakibatkan banyak keburukan. Ia akan memacu anggota badan untuk melakukan kemaksiatan, dan menjadikannya berat melakukan ketaatan. Ibrahim bin Adam berkata, <i>“Barang siapa menjaga perutnya, maka akan terjaga Dien-nya. Barang siapa mampu menguasai rasa laparnya, akan memiliki akhlaq yang baik. Sesungguhnya kemaksiatan itu jauh dari orang yang lapar dan dekat dengan orang yang kenyang.”</i></span><br />
<span style="font-size: 10pt;"><i></i></span><br />
<span style="font-size: 10pt;"><b><o:p></o:p></b></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><br />
<br />
<span style="font-size: 10pt;">Dosa yang disebabkan karena makanan inilah yang dimaksud dengan dosa <i>Jasadiyah</i>. Termasuk dosa jenis ini adalah berzina, minum khomr, mencuri, makan harta haram, riba, berjudi, liwath, dan lain sebagainya. Kalau jenis dosa yang pertama sumbernya adalah sifat buruk manusia yang bersemayam dalam hatinya maka yang kedua ini sumbernya adalah nafsu manusia yang bergejolak untuk mengejar kenikmatan-kenikmatan jasadnya, yaitu kenikmatan makan, seksual, dan kekuasaan. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-size: 10pt;">Kedua jenis dosa ini termasuk dosa yang dikategorikan <i>Kabair(</i>Dosa-dosa besar), yaitu dosa sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Imam Adz-Dzahabi, yakni semua larangan Allah dan Rasul-Nya, yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunah, juga atsar para salafus shalih.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-size: 10pt;">Kemudian yang ketiga, adalah dosa-dosa kecil, yaitu dosa yang manusia sulit menghindarinya, melakukannya tanpa sengaja, atau memang karena ketidak hati-hatian dan kelalaiannya. Biasanya dosa ini adalah dosa yang tidak ada kaitannya dengan perampasan hak-hak adami (manusia), dan tidak ada kaitannya dengan penentangan terhadap Allah SWT. tetapi lebih kepada kedholiman yang akan merugikan diri sendiri dan dilakukan atas dasar kelemahannya bukan kekufurannya. Namun dosa-dosa kecil ini akan menjadi besar apabila terus menerus dilakukan.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-size: 10pt;">Dari semua dosa yang disebutkan di atas, maka dosa yang paling besar adalah syirik, yaitu dosa yang Allah tidak akan mengampuninya kecuali manusia bertaubat kepada Allah SWT sebelum kematiannya.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;">Macam-Macam Penghapusan Dosa<o:p></o:p></span></b><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-size: 10pt;">Semua jenis dosa diatas ada yang diampuni dan dihapus oleh Allah di dunia dan ada yang dihapus di akherat (Siksaan alam kubur dan neraka). Penghapusan ini ditegaskan oleh Allah dalam </span><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Alqur’an.</span><br />
<br />
</div><!-- Begin: http://adsensecamp.com/ --><br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=333333&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=FFFFFF" type="text/javascript">
</script><br />
<!-- End: http://adsensecamp.com/ --><br />
<span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; font-size: 10pt;"></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;"><span dir="LTR"></span>“Agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan</span></i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">.” <b>(QS.Az-Zumar: 35 )<o:p></o:p></b></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Ibnul Qoyyim Al-jauziah<i> rahimahulloh</i> berkata bahwa, orang yang berdosa, mempunyai tiga sungai besar untuk membersihkan dosa-dosanya di dunia. Jika belum bersih, maka ia akan dibersihkan pada hari Qiamat di sungai neraka. Tiga sungai itu adalah, pertama sungai taubatan nashuha, kedua sungai kebaikan yang melimpah ruah yang akan menghanyutkan dosa-dosanya, dan yang ketiga adalah sungai musibah dan cobaan yang tengah menimpanya. Beliau juga mengatakan, “<i>Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada diri hamba-Nya, maka Ia akan memasukkannya ke dalam sungai-sungai tersebut, sehingga ia datang pada hari qiyamat dalam keadaan bersih dan tak perlu lagi dibersihkan di neraka”<o:p></o:p></i></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Termasuk sungai yang akan menghanyutkan dosa adalah zakat dan shodaqoh (<i>tathowu</i>’). Hal ini dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam firmannya;</span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;"></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;"></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;"></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: -9.35pt;"><span style="font-size: 10pt;"><o:p> </o:p></span><i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” </span></i><b><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">(QS.At-Taubah:103) <o:p></o:p></span></b><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;"> </span></i><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari sahabat Mu’ad bin Jabal ra dan ia menshahihkannya. Bahwasanya Rasulullah SAW. Bersabda, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 9.35pt; text-align: justify; text-indent: -9.35pt;"><i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">“ Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Aku (Mu’adz) berkata: ’Baik ya Rasulullah!’ Rasul bersabda: ’Puasa adalah benteng, dan sodaqoh akan menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”<o:p></o:p></span></i><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Hadits yang sama juga diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dalam Shahihnya, Rasulullah SAW Bersabda, <i>“Puasa adalah benteng dari neraka, dan sodaqoh akan menghilangkan kesalahan sebagaimana mencairnya es di atas batu.”</i><o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Hikmah Puasa <o:p></o:p></span></b><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Bulan Ramadhan adalah bulan yang dijadikan Allah sebagai anugerah bagi manusia, agar ia berlatih melaksanakan Amal-amal penghapus dosa tersebut. Ibadah puasa disyari’atkan, agar manusia terlatih untuk menghadapi berbagai kesulitan, musibah, serta cobaan dengan sabar dan hati yang lapang. Puasa juga akan menyadarkan manusia bahwa kemulyaan dan kebahagiaan, haruslah diraih dengan perjuangan, pengorbanan, dan kesabaran. Di samping itu, Manusia harus tabah terhadap segala musibah, karena musibah akan merontokkan sebagian dosa-dosanya. Musibah akan bisa menghancurkan batu karang keangkuhan dan ketakaburannya, dan memaksa manusia memahami kelemahan dan ketidak berdayaannya.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Dalam bulan Romadhon manusia juga diperintahkan banyak mengerjakan sholat malam, baca qur’an, I’tikaf, berdzikir, dsb agar dirinya terlatih dan terbiasa melakukan ibadah kepada Allah Ta’ala, agar memahami dan merasakan bahwa ibadah adalah tujuan diciptakannya, kebutuhan hidupnya, yang darinyalah ia menemukan ketenangan dan kebahagiaanya. Ketika ibadah sudah dianggap sebagai kebutuhan hidup oleh manusia, maka ia akan mengutamakannya, menjaganya, dan tidak akan melepaskannya karena melepaskannya berarti adalah kesempitan hidup baginya. Barang siapa yang selalu istiqomah dalam ibadah dan senantiasa bertaubat, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya, dan menghapus kesalahan-kesalahannya. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Allah Ta’ala berfirman, “<i>Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai</i><b>.” <i>(QS.At-Tahrim : 8)<o:p></o:p></i></b></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Rasulullah SAW Juga bersabda, <i>“Sholat <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">lima</st1:city></st1:place> waktu, jum’at satu hingga jum’at berikutnya, Romadhon satu hingga Romadhon berikutnya, menghapuskan dosa diantara keduanya, selama tidak melakukan dosa-dosa besar</i>.” <b><i>(Hadits riwayat Muslim)<o:p></o:p></i></b></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Di bulan Romadhon, Allah juga memerintahkan manusia untuk banyak-banyak bershodaqoh, dan menutup puasanya dengan Zakat Fithri, agar manusia memahami bahwa pengabdian kepada Allah harus disempurnakan dengan membina kasih sayang sesama manusia, membantu fakir miskin, anak yatim, dan siapa saja yang membutuhkannya. Ini akan menghapus sebagian dosa-dosanya, sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah kepadanya, serta pembuka pintu amal-amalnya.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha bahwa orang-orang menyembelih seekor domba. Lalu Nabi bertanya <i>“Apa yang masih menyisa dari domba itu?” </i>Aisyah menjawab, <i>“Tidak ada yang menyisa kecuali tulang bahunya.”</i> Beliau bersabda, <i>“Semuanya masih menyisa kecuali tulang bahunya.” <b>(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan ia menshahihkannya)<o:p></o:p></b></i></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Hadits Aisyah ini menjelaskan, bahwa rezeki yang hakiki bagi manusia adalah rezeki yang telah dishodaqohkannya. Sedangkan rezeki yang disimpan dan dinikmatinya bukanlah rezeki yang hakiki baginya. Rezeki yang dishodaqohkan, maka ia akan dibalas dan dilipat gandakan oleh Allah sebagai balasan di akherat. Sementara rezeki yang dimakan, maka akan menjadi darah yang mengalirkan hawa nafsunya, yang jika ia tidak mampu menahannya akan menjadi perbuatan dosa. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Itulah bulan Romadhon, ia adalah bulan penggemblengan bagi manusia agar menjadi seorang hamba yang bertaqwa dan kelak ia akan menghadap Allah SWT pada hari qiyamat dengan keadaan suci dari segala dosa. Allah Ta’ala berfirman,<o:p></o:p></span><br />
</div><span lang="AR-SA" style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa</span></i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">,” <b>(QS.Al-Baqoroh:183)<o:p></o:p></b></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Imam Ibnu Katsir berkata berkaitan dengan ayat ini, <i>“Sesungguhnya di dalam puasa itu ada pensucian bagi badan(jiwa), dan penyempitan bagi langkah-langkah syetan (dalam menjerumuskan manusia)”<o:p></o:p></i></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Hari Raya <o:p></o:p></span></b><br />
</div><!-- Begin: http://adsensecamp.com/ --><br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=333333&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=FFFFFF" type="text/javascript">
</script><br />
<!-- End: http://adsensecamp.com/ --><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.7pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Maka dari itu, orang yang ber-Hari Raya adalah orang yang mau memahami makna bulan puasa dan hari raya, mengamalkanya, dan memperlakukanya sesuai dengan tujuan disyari’atkanya. Sehingga bulan puasa tersebut bisa mengantarkanya ke derajat taqwa Mereka itulah yang sebenarnya ber-Hari Raya. Sementara orang yang tidak mau memahami makna dan hakekat bulan puasa dan hari raya, kemudian menyambutnya denga hura-hura, bahkan dengan cara-cara yang mengandung kemaksiatan dan kebid’ahan seperti apa yang telah dipertontonkan sebagian besar umat Islam hari ini, jelas mereka tidaklah ber-Hari Raya yang sebenarnya.Walaupun mereka berpakaian baru, naik kendaraan baru, dan rumah berpenampilan baru, namun tidak memiliki jiwa yang baru dan amal baru yang baru. Bahkan mungkin jiwa dan amalnya lebih buruk keadaanya dari sebelumnya. Syetan telah memperdayai mereka, membelokkan pemahaman dan amal mereka, serta menghilangkan nikmat yang paling berharga bagi mereka. Mereka bergembira dan berpesta pora di bawah bayang-bayang kerugian mereka. Dan merekalah orang yang sebenarnya lebih pantas menangis daripada tertawa. <i>(Oleh : Zul Fahmi)<o:p></o:p></i></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">Bahan Bacaan :<o:p></o:p></span></i></b><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">“Madarijus Salikin”</span></i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">, Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziah.<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">“Syarful Ummatil Muhammadiyah”</span></i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;"> Dr. Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;">“Mukhtashor Minhajul Qosidin”</span></i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 10pt;"> Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisy</span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-9086383927030639852010-01-04T19:04:00.003+07:002010-01-08T13:52:49.836+07:00SHOLATUL ‘IDAIN<o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype downloadurl="http://www.5iantlavalamp.com/" name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Traditional Arabic";
panose-1:2 2 6 3 5 4 5 2 3 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:24579 -2147483648 8 0 65 0;}
@font-face
{font-family:"\(normal text\)";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-alt:"Times New Roman";
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-ansi-language:IN;}
h1
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-outline-level:1;
font-size:24.0pt;
font-family:"Times New Roman";}
p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter
{margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 216.0pt right 432.0pt;
font-size:11.0pt;
font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-ansi-language:IN;}
@page Section1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:53.85pt 55.3pt 53.85pt 63.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;
mso-footnote-position:beneath-text;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:392316929;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-853390368 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:732774767;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:626049644 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l1:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:72.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style><i style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><b> </b></i><i style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><b>Zul Fahmi, September 2008</b></i><br />
<br />
<br />
<i style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><b> </b></i><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0Hc19THx9I/AAAAAAAAAGM/hLO302PJQc4/s1600-h/129461-12210728112009b%40FOTO-Dalam-6.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0Hc19THx9I/AAAAAAAAAGM/hLO302PJQc4/s320/129461-12210728112009b%40FOTO-Dalam-6.jpg" width="320" /></a><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><br />
<br />
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ied diambil dari kata <i>“al-aud”</i> yang artinya adalah kembali atau berulang, karena berulangnya (kembalinya) ibadah sholat ied setiap tahun. Atau karena Allah mengembalikan ibadah tersebut setiap tahun dengan kebahagiaan. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> sebagian ulama’ menyebutkan bahwa Idul Adha disebut dengan Idul Akbar sedangkan Idul Fithri disebut dengan Idul Ashghor. </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ibnul A'rabi mengatatakan<a name='more'></a>: Dinamakan dengan Ied karena ia kembali setiap setiap tahun dengan kebahagiaan yang baru pula. Sedangkan </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Al</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 14pt; line-height: 115%;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">fithru artinya makan / berbuka. atau bermakna pembatal pusa, Secara Istilah, <i>Iedul fitri</i> adalah kembali kepada makan dan minum setelah berpuasa. Sholat ied pertama kali dilaksanakan adalah sholat iedul fithri pada tahun kedua setelah hijrah demikian pula idul adha dilaksanakan pada tahun tahun yang sama. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Sholat Ied baik Idul Adha maupun Idul Fithri, adalah salah satu syiar yang sangat penting dalam Islam. </span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Maka pada hari itu seluruh kaum muslimin baik laki-laki maupun perempuan dianjurkan untuk keluar rumah menuju masjid atau musholla untuk menunaikan sholat tersebut. Bahkan para wanita yang sedang haidh dan para gadis pingitan, tetap dianjurkan untuk ikut keluar rumah menuju tempat sholat walaupun tidak ikut melaksanakan sholat<o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Sebuah hadits menyebutkan, <span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span dir="LTR"></span><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman";"><span dir="LTR"></span>“ Telah memerintakan kepada kami Nabi SAW agar kita keluar di dalam dua hari raya ied, orang-orang yang merdeka, perempuan-perempuan yang dipingit, dan perintahkan kepada wanita-wanita haidh untuk menyingkir dari tempat sholat kaum muslimin. ”</span></i><i><span lang="IN"> </span></i><b><span lang="IN"> </span></b><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman";">(Diriwayatkan Muslim) <o:p></o:p></span></b><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Hukum Sholat Hari Raya<o:p></o:p></span></b><br />
</div><!-- Begin: http://adsensecamp.com/ --><br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
<!-- End: http://adsensecamp.com/ --><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Sholat hari raya Idul Fithri dan hari raya Idul Adha, sebagaimana qoul Imam Nawawi dan juga fuqoha’di kalangan madzhab Syaf’I hukumnya adalah <b><i>sunah</i></b>. Atau yang lain mengatakan <b><i>sunah mu’akkadah</i></b>. </span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Sunah mu’akkadah adalah sunah yang sangat dianjurkan, atau sunah yang hampir diwajibkan. Sebagian ulama’ mengatakan sunah mu’akkadah adalah sunah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. An-Nawawi dalam Al-Majmu’ mengatakan bahwa sholat Ied adalah sholat yang tidak diwajibkan (<b><i>Sunah</i></b>) karena di dalamnya tidak di syari’atkan adzan dan iqomah sebagaimana sholat Dhuha dan sholat sunah yang lainya. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tholhah Bin<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span>Ubaidillah berbunyi, <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><b><i> “ </i></b><i><span style="font-family: "Times New Roman";">Sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia bertanya kepadanya tentang Islam. Bersabda Rasulullah, Yaitu sholat <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">lima</st1:city></st1:place> waktu yang telah ditetapkan oleh Allah atas para hambanya. Maka laki-laki itu bertanya lagi : Apakah ada bagiku yang lainya? Rasul menjawab, Tidak kecuali yang sunah. ” </span></i><span style="font-family: "Times New Roman";"> <b>(HR. Bukhori dan Muslim)<o:p></o:p></b></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Waktu Sholat Ied</span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Waktu sholat Hari Raya adalah dari terbitnya matahari sampai dengan <i>zawalnya</i> (condongnya) matahari. Dan sudah dianggap cukup apabila yang terbit itu hanyalah sebagianya saja, tidak keseluruhanya. Tetapi, disunahkan melaksanakan sholat hari raya baik Idul Fithri maupun Idul Adha ketika matahari sudah naik seukuran tombak atau lembing. Mengenai batas waktu ini hampir seluruh ulama’ dan madzab fikih bersepakat</span><b><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></b><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Namun Imam As-Subky berpendapat sebagaimana yang dikutip syaikh Asy-Syarbini dalam kitabnya, bahwa sholat Ied yang dilaksanakan sebelum matahari naik seukuran tombak, hukumnya makruh walaupun tergolong makruh tanziih. <o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Dan disunahkan pula, mengakhirkan sholat hari raya idul fithri dan menyegerakan sholat hari raya idul adha. Sholat idul fithri di akhirkan bertujuan untuk memberi peluang kaum muslimin mengeluarkan zakat fithri, sedangkan sholat idul adha disegerakan untuk memberi peluang kaum muslimin untuk segera menyembelih hewan qurban. </span><i><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></i><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Tempat Sholat Ied<o:p></o:p></span></b><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ada</span></st1:city></st1:place><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> perbedaan pendapat di kalangan para Ulama’, manakah tempat yang lebih utama untuk menunaikan sholat Ied apakah di masjid, ataukah di musholla (tanah lapang). Pendapat yang pertama mengatakan, bahwa tanah lapang lebih utama digunakan untuk menunaikan sholat Ied, kecuali karena ada udzur tertentu seperti adanya hujan. Dan kalau hujan maka sholat lebih afdhol dilaksanakan di masjid. Hal ini karena adanya beberapa riwayat yang mengatakan bahwa Nabi melaksanakanya di musholla dan meninggalkan masjidnya. <span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: "Times New Roman";"><span dir="LTR"></span>“ Dari Abu Said Al-Khudry radhiyallahu’anhu berkata, ‘Adalah Rasulullah SAW keluar pada hari Idul Fithri dan Idul Adha menuju musholla. Dan sesuatu hal yang dimulai pertama kali denganya adalah sholat.” </span></i><b><span style="font-family: "Times New Roman";">(HR. Bukhori dan Muslim)</span></b><i><span style="font-family: "Times New Roman";"> <o:p></o:p></span></i><br />
</div><h1 style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Berkata Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, <i>“Disunahkan melaksanakan sholat Ied di musholla. Memerintahkan seperti itu Ali radhiyallahu’anhu, dan menganggap lebih baik Al-Auza’I dan juga As-Habur Ro’yi”</i> Beliau menambahkan, <i>“Sesungguhnya Nabi SAW keluar menuju musholla dan meninggalkan masjidnya dan begitu pula para khalifah sesudahnya. Dan tidak pernah dinukil dari Nabi SAW bahwa beliau melaksanakan sholat Ied di masjidnya kecuali karena ada udzur. Dan sesungguhnya menjadi kesepakatan kaum muslimin bahwa mereka di setiap tempat dan zaman selalu keluar melaksanakan sholat Ied di musholla baik dalam keadaan luas maupun sempit masjidnya, Dan Nabi SAW sholat di musholla walaupun sangat mulya masjidnya, dan beliau menjadikan sholat sunah yang lain lebih afdhol di rumahnya daripada di masjidnya.”</i> <o:p></o:p></span></h1><h1 style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Demikianlah dalil dan pendapat ulama’ mengenai lebih utamanya musholla atau tanah lapang daripada masjid sebagai tempat menunaikan sholat Ied. Namun juga banyak pendapat para ulama’ yang mengatakan bahwa masjid lebih utama digunakan untuk melaksanakan sholat Ied. Hal itu karena kebersihan dan kemulyaanya daripada musholla (tanah lapang). Pendapat ini khususnya banyak dikemukakan oleh para ulama’ madzhab Syafi’i. <o:p></o:p></span></h1><h1 style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Syaikh Khatib Asy-Syirbini mengatakan<i>, “Mengerjakan sholat Ied di masjid yang luas seperti Masjidil Haram, itu lebih utama karena kemulyaan masjid dibandingkan tempat yang lainya. Dan adapun masjidil haram itu lebih afdhol karena ketentuan untuk mengikuti para sahabat dan orang-orang sesudahnya. </i></span><i><span lang="SV" style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Maknanya di dalam masjidil haram tersebut, tempatnya adalah mulya dan bisa menyaksikan ka’bah”. </span></i><span lang="SV" style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Sementara itu Imam Nawawi berkata dalam Al-Majmu’, <i>“Jika masjid itu besar atau luas, maka sholat di masjid lebih utama daripada di Musholla. </i></span><i><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Dan sesungguhnya para Imam yang ada di Mekkah senantiasa menunaikan sholat Ied di masjid, karena masjid itu lebih mulya dan lebih bersih”. <o:p></o:p></span></i></h1><h1 style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Syaikh Ali Ash-Sho’idi Al-Maliki dalam kitabnya mengatakan, <i>“Diriwayatkan dari Imam Malik bahwa sesungguhnya ahli Mekkah selalu sholat Ied di Masjid Al-Haram untuk bisa menghadap Ka’bah….”</i> Imam Nawawi juga berkata dalam Al-Majmu’, <i>“Dan sesungguhnya para Imam yang ada di Mekkah senantiasa menunaikan sholat Ied di masjid, karena masjid itu lebih mulya dan lebih bersih”.</i><o:p></o:p></span></h1><h1 style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Sunah-sunah Dan Ketentuan Dalam Sholat Ied<o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Mandi, memakai wewangian, dan berpakaian bagus. <o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Dan pula Urwah bin Zubair berkata, bahwa telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, </span><span style="font-size: 16pt;"><o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;">“ Dari Hasan bin Ali</span></i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;"> <i>“Rasulullah menyuruh kami pada hari raya supaya memakai pakaian yang paling baik yang ada pada kami, dan memakai wangi-wangian paling baik yang ada pada kami, dan berqurban dengan binatang segemuk-gemuknya yang ada pada kami”. </i> </span><span style="font-size: 11pt;">(Riwayat Hakim dan Ibnu Hibban)<o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Disunahkan makan sebelum berangkat ke tempat sholat pada Hari Raya Idul Fthri, dan disunahkan tidak makan pada Hari Raya Idul Adha. </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 12pt; font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span dir="LTR"></span><i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;"><span dir="LTR"></span>“ Adalah Nabi SAW tidak keluar pada hari raya idul fithri kecuali ia makan terlebih dulu, dan tidak makan pada hari raya idul adha kecuali ia sholat lebih dahulu.”</span></i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;"> </span><span style="font-size: 11pt;">(Riwayat Tirmidzi)<o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Berangkat ke tempat sholat melalui satu jalan dan kembali melalui jalan yang berbeda. <o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;"> “ Sesungguhnya Rasulullah SAW berjalan (menuju musholla) pada hari raya ied melewati satu jalan kemudian kembali mengambil jalan yang lain”. </span></i><span style="font-size: 11pt;">(Hadits Riwayat Abu Daud)</span><i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;"> </span></i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Bertakbir <o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Disunahkan takbir pada dua hari raya di luar shalat. Pada hari Raya Fithri waktunya dari terbenamnya matahari, malam hari sampai sholat dilaksanakan. Takbir bisa dilakukan di berbagai tempat, baik di pasar-pasar, di perjalanan, masjid, siang atau malam bagi orang mukim atau orang yang ada dalam perjalanan. Adapun pada hari Raya Haji disunahkan takbir sesudah sholat fardhu yang <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">lima</st1:place></st1:city>, dan waktunya mulai dari terbenamnya matahari pada malam hari raya sampai sesudah sholat Ashar tanggal 13 Zulhijah atau penghabisan hari tasyriq. Takbir yang pertama di atas tadi oleh ahli fikih dinamakan tabir mutlak sedangkan takbir yang ini dinamakan takbir muqoyyad. Firman Allah Ta’ala, <o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 11pt; font-weight: normal;">“ Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.</span></i><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 11pt; font-weight: normal;"> </span><span lang="SV" style="font-family: "(normal text)"; font-size: 11pt;">(Al-Baqoroh : 185)</span><i><span lang="SV" style="font-family: "(normal text)"; font-size: 11pt; font-weight: normal;"> “Dan berdzikirlah kepada Allah dalam beberapa hari yang berbilang”.</span></i><span lang="SV" style="font-family: "(normal text)"; font-size: 11pt; font-weight: normal;"> </span><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 11pt;">(QS. Al- Baqoroh : 203)<o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "(normal text)"; font-size: 12pt; font-weight: normal;"> Dalam tafsir Ath-thobari disebutkan, maksud berdzikir dalam ayat ini adalah mengagungkan Allah dengan bertakbir. Menurut Ibnu Abbas <i>radhiyallahu’anhu</i> bahwa yang dimaksud dengan hari yang berbilang tersebut adalah hari Tasyriq. Sedangkan shigot atau lafadz yang disunahkan adalah, <o:p></o:p></span></h1><h1 align="right" style="margin-left: 18pt; text-align: right;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;">اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُ أَكْبَرُ ، لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُ أَكْبَرُ ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ</span><span style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;"><o:p></o:p></span></h1><h1 align="right" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 5pt 18pt; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><i><span dir="LTR" style="color: black; font-size: 11pt; font-weight: normal;">“ Allah Maha Besar, Allah Mah Besar, Allah Maha Besar, tidak ada Tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, dan bagi Allahlah segala puji. </span></i><i><span dir="LTR" style="color: black; font-size: 12pt; font-weight: normal;">”<o:p></o:p></span></i></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Tahni’ah (Ucapan atau do’a pada hari raya)<o:p></o:p></span></h1><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Sebuah hadist dari Jubair bin Naufil, dimana ia berkata :</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span dir="LTR"></span><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman";"><span dir="LTR"></span>" Apabila para sahabat Rasulullah saw bertemu pada hari raya, maka mereka saling mengucapkan : Taqaballallahu minna wa minkum." </span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman";"> <b>(Al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, isnad hadist ini berstatus hasan). </b><o:p></o:p></span><br />
</div><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="FI" style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Di sunahkan berjalan kaki menuju tempat sholat. <o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Ibnu Umar, Abu Rofi’, Sa’ad Al-Qordhi radhiyallahu’anhum<o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><i><span style="color: black; font-size: 11pt; font-weight: normal;">“ Sesungguhnya Rasululah SAW. Keluar menuju tempat sholat Ied dengan berjalan, dan kembali dengan berjalan pula”. </span></i><span style="color: black; font-size: 11pt; font-weight: normal;"> </span><span style="color: black; font-size: 11pt;">(Riwayat Ibnu Majah)<o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 14pt; font-weight: normal;">7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Takbir tujuh kali sesudah membaca do’a iftitah dan sebelum membaca ta’awwudz pada rakaat pertama, dan pada rakaat kedua <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">lima</st1:place></st1:city> kali takbir sebelum membaca Al-fatihah selain dari takbir berdiri. </span><u><span style="font-size: 14pt; font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></u></h1><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><i><span style="color: black; font-family: "Times New Roman";"> “ Sesungguhnya Nabi SAW takbir pada dua sholat ied yang pertama tujuh kali sebelum membaca (ta’awwudz) dan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">lima</st1:city></st1:place> kali sebelum membaca (Al-fatihah)”. </span></i><span style="color: black; font-family: "Times New Roman";"> <b>(Riwayat Tirmidzi)</b> <o:p></o:p></span><br />
</div><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Membaca tasbih di antara tiap-tiap takbir<o:p></o:p></span></h1><h1 dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;">سبحان الله والحمدلله ولااله الا الله والله أكبر</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 18pt;">. </span><span dir="LTR" style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;">“ Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan yang haq disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar”.<o:p></o:p></span></i></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Membaca <st1:city w:st="on">surat</st1:city> Qof sesudah Fatihah pada rakaat pertama, dan membaca <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">surat</st1:place></st1:city> Al-Qomar pada rakaat kedua. Atau membaca <st1:city w:st="on">surat</st1:city> Al-A’la pada rakaat pertama dan membaca <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">surat</st1:place></st1:city> Al-Ghasyiah pada rakaat kedua. <o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori menyebutkan, <o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><i><span style="font-size: 11pt;"> “ </span></i><i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;">Sesungguhnya Umar pernah bertanya kepada Abu Wakid Al-Laitsi mengenai apa yang dibaca oleh Rasulullah SAW sholat hari raya idul adha dan hari raya idul fithri, maka menjawab Abu Wakid, bahwa beliau Rasulullah membaca </span></i><i><span style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 11pt; font-weight: normal;">Qoof</span></i><i><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 11pt;">ِ</span></i><span dir="LTR"></span><i><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 11pt;"><span dir="LTR"></span> </span></i><i><span style="color: black; font-size: 11pt;">…</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 11pt;"> </span></i><i><span style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 11pt; font-weight: normal;">dan </span></i><i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;"> Waqtarobas saa’ah… Wangsyaqqol qomar….” </span></i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;"> </span><span style="font-size: 11pt;">(Hadits Riwayat muslim) <o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">10.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Dalam khutbah hari raya idul fithri hendaklah diterangkan tentang persoalan puasa, zakat fithri. Sedangkan pada khutbah hari raya idul adha hendaklah diterangkan tentang persoalan ibadah haji dan penyembelihan kurban. <o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">11.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">Tidak disunahkan adzan dan iqomah. <o:p></o:p></span></h1><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;">عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"><span dir="LTR"></span> </span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;">أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الْعِيدَ بِلَا أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 16pt;"><o:p></o:p></span></b><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman";">“ Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, sesungguhnya Rasulullah SAW. Sholat pada hari Raya Ied tanpa adzan dan iqomat. ”</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman";"> <b>(Hadits Riwayat Abu Dawud)</b> <o:p></o:p></span><br />
</div><h1 style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; font-weight: normal;">14. Tidak ada sholat sunah sebelum dan sesudahnya<o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><i><span lang="IN" style="font-size: 11pt; font-weight: normal;"> “ Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, seusngguhnya Rasulullah SAW. </span></i><i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;">Keluar pada hari raya Idul Adha dan hari Raya Idul Fithri kemudian sholat dua roka’at dan tidak sholat sunah sebelum dan sesudahnya. ”</span></i><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;"> </span><span style="font-size: 11pt;">(Hadits Riwayat Muslim)<o:p></o:p></span></h1><h1 style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;"><o:p> </o:p></span></h1><h1 style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Maroji’<o:p></o:p></span></h1><h1 style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 11pt; font-weight: normal;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;">“Mughnil Muhtaj”, Syaikh Khatib Asy-Syirbini. <i><o:p></o:p></i></span></h1><h1 style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 11pt; font-weight: normal;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;">“Al-Majmu’” Syrh Al-Muhadzab, Imam Nawawi. <i><o:p></o:p></i></span></h1><h1 style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 11pt; font-weight: normal;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;">“Al-Mughni” Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi. <i><o:p></o:p></i></span></h1><h1 style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 11pt; font-weight: normal;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 11pt; font-weight: normal;">“Nida’u Ar-Royan fil fiqhis Shoum”, Dr. Sayyid Bin Husain Al-Affani. <i><o:p></o:p></i></span></h1><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><!-- Begin: http://adsensecamp.com/ --><br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
<!-- End: http://adsensecamp.com/ -->Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-17898384111243290812010-01-04T17:29:00.004+07:002010-01-12T00:04:49.575+07:00Lihat Masjid Kita..., Betapa Dahsyat Kekuatannya….!<b><i>Zul Fahmi, Desember 2008</i></b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0HCKjQAlOI/AAAAAAAAAF8/BChHqQgFq6Q/s1600-h/Masjid1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0HCKjQAlOI/AAAAAAAAAF8/BChHqQgFq6Q/s320/Masjid1.jpg" /></a><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ketika Nabi Muhammad SAW diutus menjadi rasul dan penutup dari semua nabi dan rasul. Maka saat itu Madinah ataupun Mekah merupakan daerah yang sangat terpencil, jauh dari keramaian dan hingar bingarnya kota, serta dengan kondisi masyarakat yang sangat jauh terbelakang kehidupanya. Sebagian besar penduduknya hidup mengembara untuk berdagang ke luar kota, dan sebagian yang lain <br />
<a name='more'></a>hidup bercocok tanam dengan jenis tanaman dan kondisi tanah yang seadanya. Masyarakat Arab adalah masyarakat yang suka dengan kekerasan, peperangan dan perselisihan. Secara moral, mereka hidup dengan penuh kerusakan, senang berzina, mabuk-mabukan, meribakan uang, merampas hak orang lain dan lain sebagainya. Mereka hidup secara bebas dan jauh dari pengaruh peradaban dan keangkuhan dua kekuasaan adidaya ketika itu yaitu Persi dan Romawi. <br />
<br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
<br />
Namun dari tanah Arab yang asing dan tandus tersebut, meletuslah sebuah revolusi yang besar dan maha dahsyat, yang membuat mata semua manusia terbelalak kagum. Dan pihak yang paling terkejut dengan revolusi kaum muslimin tersebut adalah kerajaan Persi dan Romawi, karena pada akhirnya kaum musliminlah yang ternyata telah merobohkan kekuasaanya dan mengakhiri sejarah kebesarannya. <br />
<br />
Kesuksesan revolusi yang dilakukan kaum muslimin pada waktu itu, tercatat sebagai sebuah revolusi yang sangat gemilang. Mereka berhasil menakhlukkan wilayah yang luasnya hampir sepertiga dunia yakni dari arah barat Andalusia hingga ke arah timur pegunungan Himalaya kemudian membangun sebuah peradaban yang bersih dan kokoh selama berabad-abad lamanya. Dan semua kesuksesan itu telah dimulai dan dibangun oleh Rasulullah SAW Perintisannya dari masjid beliau yang sangat sederhana yaitu masjid Nabawi di Madinah. Di masjid inilah Rasulullah membangun serta menjadikannya sebagai pusat kegiatan dan markas seluruh langkah-langkah dakwahnya. Dan tidak ada tempat lain untuk melakukan semua itu kecuali di masjidnya. <br />
<br />
Dari sejarah tersebut bisa dilihat, bahwa masjid ketika itu memiliki peran yang sangat penting bagi pembangunan masyarakat baik pembangunan yang bersifat material, terlebih pembangunan spiritual. Masjid menjadi pusat pendidikan, yaitu pusat pembangunan intelektual dan pembinaan mental spiritual. Disamping itu masjid juga dijadikan sebagai pengembangan ekonomi umat. Di masjidlah Rasulullah mengajarkan prinsip-prinsip ekonomi secara islam, juga menghimpun dana masyarakat, para aghniya', muzakki (orang yang berkewajiban membayar zakat), para dermawan yang kemudian di tasarufkan kepada fakir miskin dan orang-orang yang berhak menerimanya. <br />
<br />
Dari masjid itulah Rasulullah berhasil merubah orang-orang Arab yang jahil menjadi orang-orang yang cerdas, merubah orang-orang Arab yang kejam, cinta dunia, senang mabuk-mabukan, dan hidup selalu mementingkan dirinya sendiri, yang miskin senang mencuri dan merampas hak orang lain, sementara yang kaya suka menindas dan memakan riba, menjadi orang-orang yang sangat penyanyang, hidup penuh dengan ibadah dan kesucian, serta menjadi para pahlawan yang siap mengorbankan apa saja demi memperjuangkan kemashlahatan dan kebenaran. <br />
<br />
Dan dari masjid itulah Rasulullah berhasil menggembleng para sahabat mernjadi generasi pilihan yang nantinya menjadi para ulama dan para pemimpin umat. Merekalah yang kemudian menjadi khalifah, menjadi gubernur, para mentri (Wazir), para cendikiawan dan politisi islam. Merekalah sosok-sosok seperti Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, Ali karomallahu wajhah, Mu'awiyah bin Abi Sofyan, Amru bin Ash dan para sahabat ternama lainnya. Kalau dari kalangan para ulama' munculah nama-nama seperti Ibnu Abbas, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair dan masih banyak lagi yang lainya. Rasulullah berhasil mendidik dan mencetak generasi terbaik ini, yaitu generasi yang telah mengukir sejarah peradaban manusia yang besar dan tidak akan pernah dilupakan oleh zaman. Padahal mereka sebelumnya adalah kaum yang terbelakang, yaitu kaum yang telah disifati oleh Allah sendiri dalam kitab-NYA sebagai kaum yang ummi. Dia berfirman,<br />
<br />
" Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." ( QS. Al-Jumu'ah : 2 ) <br />
<br />
Itulah fungsi dan peran masjid yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Masjid sebagai tempat ibadah, pusat dakwah, pusat pendidikan, dan pusat segala aktifitas kaum muslimin dalam rangka menyebarkan islam dan memperjuangkan tegaknya kalimah Allah SWT. <br />
<br />
Mundur dan terpuruknya kondisi umat islam saat ini, baik dari sisi moral, sosial, ekonomi bahkan politik, salah satu sebabnya adalah hilangnya fungsi dan peran masjid sebagaimana fungsi dan peran yang pernah berlaku di zaman Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Masjid saat ini kebanyakan tak lebih dari sekedar tempat sholat harian yang hanya penuh ketika jum'atan atau hari raya. Masjid tak bisa bekiprah secara efektif dalam membimbing umat untuk memiliki kwalitas baik moral maupun intlektual sebagaimana zaman Rasulullah, para sahabat dan para ulama' dahulu. Bahkan di berbagai tempat, masjid adalah tempat asing yang tidak bisa memberi kenyamanan hidup, serta image positif bagi para jama'ahnya tetapi justru menjadi sumber masalah dan keresahan masyarakat karena konflik intern para pengurusnya. Apalagi banyak saat ini masjid-masjid yang sudah terkotak-kotak dalam bingkai ormas. Ada masjid NU, ada masjid Muhammadiyah, masjid LDII, masjid MTA, bahkan ada masjid Pancasila, yang satu sama lain tidak pernah terjalin komunikasi dan kerja sama membangun umat tetapi saling menjatuhkan dan menghujat. Maka dari itu, umat Islam mengalami berbagai macam kemunduran seperti sekarang ini, karena identitas Islam yang paling kongrit yaitu masjid, telah kehilangan jati dirinya. <br />
<br />
Inilah potret masjid-masjid yang saat ini tersebar di sebagian besar masyarakat kita. <br />
<br />
Untuk mengembalikan masjid sebagaimana fungsi dan peran awalnya, maka yang pertama yang harus dilakukan adalah bagaimana memahamkan seluruh kaum muslimin, khususnya para pengurus masjid mengenai pentingnya dakwah dan pendidikan bagi umat Islam. Dan salah satu tempat yang paling strategis dan paling real sebagai pusat dakwah dan pendidikan tersebut adalah masjid. Masjid seharusnya tidak hanya mengatur dan menyediakan tempat yang nyaman untuk sholat berjama'ah saja, tetapi masjid juga harus bisa mengagendakan program-program pembinaan umat yang nyata dan dinamis. <br />
<br />
Oleh karena itu, seluruh dana yang berhasil dihimpun oleh masjid lewat zakat, infaq, dan shodaqoh sebagian besar harus digunakan untuk pembiayaan dakwah dan kegiatan-kegiatan islam. Tidak seperti sekarang ini, kebanyakan masjid hanya mengelola dana tersebut untuk kebutuhan operasional masjid sehari-hari, untuk pajak, biaya kebersihan, atau kalaupun masjid punya dana cukup besar, maka pengurus masjid berfikirnya hanya untuk biaya pembangunan atau perehaban semata. Sedangkan untuk dakwah, ta'lim, penyediaan sarana-sarana kajian islam, termasuk penyediaan buku-buku islam, tidak pernah dipikirkan sama sekali, bahkan dianggap tidak penting. Inilah sedikit kekeliruan yang dilakukan oleh para pengurus masjid. <br />
<br />
Padahal bila kita menengok sejarah Rasulullah SAW dalam megelola masjid, maka kita akan mengetahui bahwa Rasulullah jauh lebih mengutamakan dakwah dan perjuangan Islam daripada hanya memikirkan bangunan fisik masjid. Dan Rasulullah tidak suka kalau para sahabat senang mengutamakan bangunannya dari pada pendidikannya. Dalam sebuah riwayat pernah ada kisah seorang badui Arab pernah kencing di masjid Nabawi karena tidak tahu kalau tempat itu masjid.<br />
<br />
" Sesungguhnya Abu Hurairah ra. berkata, Seorang Arab Badui berdiri dan kencing di masjid, kemudian orang-orang ingin menegurnya. Maka Rasulullah SAW bersabda kepada mereka, 'Biarkan ia, siramlah saja di tempat baulnya tersebut dengan satu wadah air. Karena sesungguhnya aku diutus untuk memudahkan bukan untuk menyulitkan." (HR. Bukhari) <br />
<br />
Hadits ini menunjukkan bahwa masjidnya Nabi SAW sangat sederhana sekali sehingga orang Arab tersebut merasa nyaman kencing di situ tanpa sadar kalau tempat itu adalah masjid. <br />
<br />
Inilah profil masjid yang dibangun oleh Rasulullah SAW. Sangat sederhana, namun dari masjid yang sangat sederhana inilah muncul pemuda-pemuda yang berhasil mengguncang dunia, yang akan terus dijadikan panutan dan kebanggaan oleh umat Islam. <br />
<br />
Yang kedua, disamping menumbuhkan kesadaran umat Islam terhadap fungsi dan peran masjid, maka yang tidak kalah pentingnya adalah membangun kesadaran umat Islam mengenai pentingnya menjalin ukhuwah Islamiyah antar seluruh komponen umat Islam dari semua golongan, kelompok, atau ormas apapun. Dan tentu saja jalinan ukhuwah dan kerja sama tersebut juga harus dibangun sesuai dengan batas-batas wilayah kerja dan konsep pemahaman masing-masing golongan. <br />
<br />
Perlu difahami bahwa Ukhuwah Islamiyah tidak mesti harus duduk bersama dalam sebuah forum komunikasi atau harus berada dalam satu payung organisasi. Tetapi saling memahami dan menghargai pendapat dan pandangan masing-masing, tanpa harus saling menuding sesat, saling menyalahkan, saling mengkufurkan dan sebagainya dalam hal-hal yang sepele, yang bukan termasuk pokok-pokok agama (Ushul Ad-Dien ) maka itu juga wujud ukhuwah islamiyah. Dan kalaupun masing-masing orang atau kelompok bertujuan untuk mengingatkan dan meluruskan kesalahan, maka hal itu bisa dilakukan dengan cara yang cerdas dan sebijak mungkin.<br />
<br />
Memberi nasehat juga harus dilakukan dengan sikap-sikap yang konstruktif, bukan dengan sikap-sikap yang justru banyak menimbulkan perpecahan dan rasa permusuhan. <br />
<br />
Ukhuwah Islamiyah juga bisa diwujudkan, dengan saling melakukan berbagai macam upaya pembinaan dan pembangunan umat yang masing-masing berjalan secara sinergi dan takamul, yakni saling melengkapi dan menyempurnakan. Semuanya bekerja dan beramal dengan caranya masing-masing, dan sesuai dengan misi dan visinya masing-masing. Namun dalam hal ini komunikasi, kerja sama dan sikap saling mendukung tetap harus dibangun untuk mewujudkan keserasian dan menghindari kesalah pahaman. <br />
<br />
Dalam skup yang lebih global sampai perjuangan umat Islam yang menyentuh ranah politik misalnya, biarkan masing-masing golongan menempuh dan mengambil metode perjuanganya, sesuai dengan ilmu dan amal yang diyakini kebenarannya. Biarkan yang menempuh jalan lewat partai, berjuang sungguh-sungguh dengan partainya, biarkan yang memilih jalan radikal dengan menggembleng para pemuda mencintai ilmu dan mempersiapkan kekuatan fisiknya, serta identik dengan kegiatan-kegiatan reaksioner dan kontroversial, berjuang dengan keikhlasan dan kekuatannya. Biarkan pula kelompok-kelompok yang memilih berjuang lewat jalur pendidikan, pelayanan-pelayanan sosial, penggalangan dana dan pemberian santunan bagi orang-orang miskin, berjuang dengan kepandaian dan keuletannya. Bila semua itu difahami, dihargai dan didukung agar berkembang potensinya masing-masing, maka umat ini akan dapat menyelesaikan sebagian dari masalah-masalahnya, baik itu masalah sosial, politik, ekonomi ataupun yang lainya. karena setiap lini kehidupan tersebut telah ada yang mengurusi dan menyelesaikannya. <br />
<br />
Akan sangat sulit sekali jika semua orang atau kelompok mempertahankan fanatismenya, dan ingin semua manusia bersatu dibawah benderanya, serta harus mengikuti pandangan dan pemahamannya. Ini adalah suatu hal yang mustahil, dan hanya akan menguras energi saja. Masing-masing pihak harus berfikir bahwa semua orang yang bisa dimasukkan dan diatur dalam barisannya dimasukkan dalam barisannya, sementara orang-orang yang ingin dan mantap dalam barisan kelompok lain biarkan ada dalam kelompok lain. Semuanya berjuang untuk islam dan demi kejayaan Islam. Madzab, ormas, partai, lembaga atau apapun itu namanya, hanyalah kendaraan saja. Sedangkan idealismenya harus sama yaitu bagaimana setiap muslim mau ikut ambil bagian dalam membina umat, membangun kemaslahatan dan kemakmuran umat Islam pada khususnya dan semua manusia pada umumnya. <br />
<br />
Dalam hal ini jelas masing-masing pihak akan memiliki kekurangan dan kelebihan. Maka dari itu tawaashou bil haq, saling nasehat-menasehati, saling mengkritik dalam membangun, saling kontrol harus dijalankan oleh masing-masing pihak, namun tetap harus dalam bingkai persaudaraan dan kasih sayang, bukan dalam bingkai permusuhan. <br />
<br />
Inilah hakekat Ukhuwah Islamiyah, yang kedudukanya sangat penting dalam Islam. Ukhuwah Islamiyah sebagai dasar dan modal utama bagi kaum muslimin untuk membina umat dan membangun masyarakat. Maka ukhuwah islamiyah harus tetap dibina dan dijaga eksistensinya di masjid. <br />
<br />
Masjid harus dijadikan sebagai pusat pendidikan dan dakwah Islam, dan masjid juga harus dijadikan sepi dari berbagai macam kepentingan, perselisihan dan konflik yang tidak beralasan. Hendaklah semua kaum muslimin mendalami ilmu Islam, membangun persatuan, dan merekatkan tali persaudaraan, kemudian bekerja untuk kemajuan Islam, agar masjid, baitullah (Rumah Allah) ini bisa memberikan kesejukan dan kenyamanan kepada semua manusia untuk beribadah di dalamnya dan mencari ridho Allah SWT.<br />
</div><br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Marilah kita hargai buah karya orang lain, tinggalkan pesan dan komentar untuk bahan pengembangan kami...<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-86855741980870401242010-01-04T12:26:00.004+07:002010-01-08T14:03:57.978+07:00Makna Sebuah Bencana<div style="text-align: justify;"><i><b>Zul Fahmi, Agustus 2009</b></i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0Hgqa-DSqI/AAAAAAAAAGU/kufXIxZubAY/s1600-h/379157723_aef04b9c41_o.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0Hgqa-DSqI/AAAAAAAAAGU/kufXIxZubAY/s320/379157723_aef04b9c41_o.jpg" /></a><br />
</div></div><div style="text-align: justify;"><u><b>Awal Suatu Bencana</b></u><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Kelestarian jasad manusia dan makhluq lainya, tergantung dari masih atau tidaknya persemayaman ruh dalam tubuhnya. Ketika ruh meninggalkan jasadnya, maka rusaklah jasad tersebut. Ia akan kaku, membusuk dan hancur terurai menjadi tanah sebagaimana asalnya. Namun selama ruh masih ada di dalamnya, maka jasad tersebut akan tetap sehat, lestari dan tak kurang suatu apa. <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1154126408858950081&postID=8685574198087040124" name="more"></a>Imam Abu Hamid Al-Ghozali dalam kitabnya, “Mi’rajus Saalikin” mengatakan bahwa ruh <br />
</div></div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;">bersemayam dan menyeruak disetiap aliran darah manusia. Ia laksana cahaya yang mampu menembus setiap celah ruangan untuk menebar sinarnya, dan membangkitkan kehidupan di dalamnya. Maka, setiap manusia yang tengah menjelang ajalnya, akan merambat hawa dingin dari ujung kaki ke atas hingga ubun-ubunya, kemudian sempurnalah proses kematiannya.<br />
<!-- Begin: http://adsensecamp.com/ --><br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
<!-- End: http://adsensecamp.com/ --><br />
</div><div style="text-align: justify;">Manusia adalah personifikasi mikro dari eksistensi kehidupan bumi ini bersama seluruh makhluq yang menghuninya. Artinya bumi dan alam ini tegak dan lestari dengan segenap keteraturanya, disebabkan oleh ruh yang bersemayam di dalamnya pula. Dan seandainya ruh ini keluar meninggalkanya, maka bumi ini akan hancur sedikit demi sedikit hingga masa penghabisanya. Lantas apakah ruh yang menjadi sebab lestarinya bumi itu?<br />
</div><div style="text-align: justify;">Ruh yang menjadi sebab lestarinya bumi, menopang kekokohanya dengan segala fenomena dan tata kehidupanya, adalah dien yang telah dibawa oleh para Nabi dan Rasul sejak zaman Nabi Adam as, dan terus disempurnakan hingga Nabi besar Muhammad SAW. Maka, selama penduduk bumi ini masih mau memegang teguh ajaran agamanya, maka bumi ini akan tetap abadi berjalan dengan keteraturanya. Dan ketika tak ada satu pun penduduk bumi ini yang memegang dienya, semua orang sudah kufur, congkak kepada Allah SWT, berbuat semena-mena dan selalu meperturutkan nafsunya, maka saatnyalah bumi ini dihancurkan oleh Allah SWT.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bencana yang terjadi selama ini, adalah refleksi {cerminan} dari sebuah situasi, dimana manusia telah jauh meninggalkan Agamanya, hidup bergelimang dengan kekufuran dan pengingkaran. Kekufuran dan pengingkaran tersebut telah menggeser kehidupan manusia, dari system kehidupan yang bernuansa pengabdian, setia pada norma serta menjunjung tinggi nilai susila, kepada system kehidupan syetan yang penuh dengan hura-hura, kebebasan, dan selalu berorientasi pada pemuasan nafsu yang tak akan pernah ada ujungnya. Implikasinya, sangat buruk interaksi manusia dengan lingkunganya, baik lingkungan sesama manusia maupun lingkungan alam tempat ia berteduh dan melangsungkan hidupnya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Interaksi yang buruk itu, wujudnya adalah kedholiman, kesewenang-wenangan, ketidakadilan, keserakahan dan juga buruknya pemeliharaan alam. Demi memenuhi kesenanganya, manusia melakukan pengrusakan alam, mengeksploitasinya diluar batas kewajaran, serta tidak mengimbanginya dengan rehabilitasi yang baik serta proporsional. Inilah sebenarnya akar persoalanya yang berbuntut pada banyaknya musibah dan bencana alam. Allah Ta’ala berfirman,<br />
</div><div style="text-align: justify;">“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut, yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Supaya Allah merasakan kepada manusia sebagian akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali {QS.Ar-Rum:41}<br />
</div><div style="text-align: justify;">Semua musibah dan bencana yang menimpa manusia. Adalah sebagai cobaan, atau peringatan dan hukuman dari Allah Ta’ala.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><u><b>Musibah Sebagai Cobaan</b></u><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Musibah sebagai cobaan, itu berlaku bagi orang-orang beriman dan beramal sholih serta mau beramar ma’ruf nahi mungkar. Musibah ini, adalah musibah yang menimpa para Nabi dan Rasul, para Auliya’, para mujahid, sholihin, dan semua orang yang mengikuti jalan hidup mereka, dan menapaki langkah perjuangan mereka. Dan sesungguhnya Allah menimpakan musibah tersebut untuk menambah kebaikan dan kenikmatan atas mereka. Allah Ta’ala berfirman.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”{QS.Al-Baqoroh : 214}<br />
</div><div style="text-align: justify;">“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”{QS.Ali Imron :142}<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Khabab bin al-Arst berkata, bahwa Rasululah SAW. Bersabda, “ Di antara orang-orang sebelum kalian ada yang digalikan sebuah lubang untuknya, kemudian ia dimasukkan ke dalamnya, didatangkan sebuah gergaji lalu diletakkan di atas kepalanya dan iapun dibelah menjadi dua. Ada juga yang disisir dengan sisir besi sampai mengelupas kulitnya dan dagingnya. Tetapi semua itu tidak menghalangi mereka dari dien mereka. Demi Allah, Dia akan benar-benar menganugerahkan urusan ini sampai nanti akan ada seorang pengendara yang berjalan dari San’a ke Hadramaut tidak takut kecuali kepada Allah. Dia hanya khawatir dengan adanya seekor serigala yang dapat menerkam kambingnya. Namun kalian tergesa-gesa.” {Hadits riwayat Bukhori}<br />
</div><div style="text-align: justify;">Nabi SAW. Juga bersabda, “Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka. Barang siapa yang ridho, niscaya akan mendapatkan ridho-NYA. Dan barang siapa yang kesal dan benci niscaya ia akan mendapatkan murka-NYA.” {HR. At-Tirmidzi, As-Suyuthi menghasankanya}<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ketika orang-orang hendak memotong kaki Urwah bin Zubeir karena sakit, mereka berkata, “Sekiranya kami meminumkan sesuatu sehingga anda tidak merasakan sakitnya” Urwah menjawab, “ Sesungguhnya Allah hanyalah mengujiku untuk melihat kesabaranku. Haruskah aku menyelisihi keputusan-NYA? “<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sementara itu Umar bin Abdul Aziz berkata, “Tidaklah Allah menganugerahkan suatu nikmat kepada seorang hamba lalu Dia mencabutnya dan hamba pun bersabar atasnya, kecuali Allah akan menggantikanya dengan yang lebih baik.”<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suatu ketika Ali bin Abi Tholib mendapati ‘Adi bin Hatim sedang bersedih. Beliau bertanya, “Mengapa anda bermuram durja?” ‘Adi menjawab, “Apa tidak boleh sedangkan dua anakku baru saja terbunuh, dan mataku baru saja tercungkil? “ Ali berkata, “Wahai ‘Adi barang siapa ridho dengan ketetapan Allah maka sesungguhnya ketetapan Allah itu tetap terjadi dan dia mendapat pahala. Dan barang siapa tidak ridho dengan ketetapanya, sesungguhnya ketetapan itu tetap terjadi dan amalan orang itu pun terhapus.”<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikianlah, musibah diberikan oleh Allah Ta’ala kepada kaum yang dicintai-NYA, untuk menguji kesabaran mereka, dan untuk memberikan pahala dan kenikmatan yang lebih banyak jika mereka mau bersabar atasnya.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Musibah Sebagai Hukuman Dan Peringatan<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Musibah sebagai peringatan sekaligus hukuman, itu berlaku bagi para pendosa, ahli maksiat dan orang-orang yang melalaikan kewajibanya terhadap Allah SWT. Musibah itu diturunkan oleh Allah Ta’ala untuk memaksa mereka menyesali dosa-dosanya, dan juga menghapus {membalas} sebagian dari kesalahan-kesalahanya. Allah Ta’ala berfirman,<br />
</div><div style="text-align: justify;">“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut, yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Supaya Allah merasakan kepada manusia sebagian akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali {QS.Ar-Rum:41}<br />
</div><div style="text-align: justify;">Al-Jazaairi dalam tafsirnya mengatakan, bahwa agar kembali disini adalah kembali dari perbuatan maksiat dan memulai lagi berbuat taat. Jarir bin Abdullah Al-Bajly ra. meriwayatkan bahwa Nabi SAW, bersabda,<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Tidaklah salah seorang berada di dalam suatu kaum, lalu dia melakukan berbagai kemaksiatan di tengah mereka, padahal mereka mampu merubahnya namun mereka tidak merubahnya, melainkan Allah akan menimpakan adzab kepada mereka sebelum kematian mereka.” {Diriwayatkan Abu Daud, Ahmad, dan Ibnu Majah}<br />
</div><div style="text-align: justify;">Abu Huroiroh radhiyallau’anhu meriwayatkan, Rasulullah SAW. Bersabda, “Ujian akan terus datang kepada seorang mu’min atau mu’minah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga ia menghadap Allah tanpa membawa dosa.”{Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya}<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikianlah musibah datang kepada orang-orang yang banyak melakukan kesalahan untuk menghukum dan mengingatkan mereka di dunia, serta menghapus dosa-dosa mereka, jika sabar menjalaninya. Karena sesungguhnya Allah masih menginginkan mereka agar selamat dari adzab-NYA di neraka.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Musibah dan bencana, diturunkan oleh Allah SWT, sebagai peringatan untuk semua dan harus direnungkan bersama. Dan tidak usah menuding siapakah biang keladinya, karena toh bencana itu juga datang tanpa memilih kepada siapa harus menimpa. Maka, masing-masing harus intropeksi diri, berfikir dan berani mengakui kekhilafanya, kemudian kembali menjalani hidup sesuai dengan aturan dan norma-norma agama.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Bertobat kepada Allah Ta’ala tidak hanya berhenti pada gerakan lesan semata, namun yang paling penting bagaimana manusia merealisasikan pengakuanya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang nyata. Manusia harus menyadari bahwa mereka adalah makhluq yang kecil dan lemah, yang tidak akan pernah mampu keluar dari lingkaran taqdir dan hukuman-NYA. Manusia juga harus sadar bahwa tidak semua fenomena yang terjadi di bumi ini bisa diindera dan dianalisa dengan akalnya, dan tidak semua persoalan bisa diselesaikan dengan usaha dan keterbatasan ilmunya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam setiap musibah dan bencana, manusia harus memahami bahwa disana ada hikmah yang tak ternilai harganya. Janganlah pernah tergerak pada hatinya bahwa dengan semua ini Allah telah mencelakakan dan mendholimi manusia. Bahkan dalam hal ini sempurnalah Allah Ta’ala dalam memperlihatkan sifat rahman-NYA.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Orang yang hidup dengan kedholiman, berkubang dengan kemaksiatan, dan selalu menginjak-injak harga diri dan merampas hak-hak orang lain demi kepuasanya, maka ia harus segera bertobat kepada Allah karena ia kini sedang ditampar oleh Allah Ta’ala. Orang beriman yang sibuk dengan hartanya, keluarganya, kesenanganya dan seluruh egoisitas pribadinya, dengan meninggalkan tugasnya yang suci sebagai penyeru dan pejuang kebenaran, maka ia juga harus bertobat kepada Allah karena ia telah melempar tanggung jawabnya dan membiarkan kejahiliyahan berjalan di depan matanya. Dan saat inilah Allah telah menunjuk hidungnya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun sebenarnya, orang yang harus paling berkaca dan banyak bermuhasabah atas dirinya, justru adalah orang yang selalu aman dan tak pernah tersentuh bencana. Apalagi ia banyak bermaksiat dan banyak melakukan dosa. Karena bisa jadi Allah SWT. Sangat marah kepadanya sehingga membiarkan ia tenggelam dalam kecelakaan dan kesesatanya. Allah tidak menimpakan bencana kepadanya, agar tidak terhapus dosa-dosanya dan menunda balasan dosa tersebut di akhir hayatnya atau hingga di neraka. Dia berfirman,<br />
</div><div style="text-align: justify;"><!-- Begin: http://adsensecamp.com/ --><br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
<!-- End: http://adsensecamp.com/ --><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” {QS.Al-An’am :44}<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-55547064413628210592010-01-04T12:21:00.005+07:002010-01-09T23:53:00.342+07:00Menjual Kulit Binatang Qurban, Bolehkah?<div style="text-align: justify;">Oleh : <i><b>Zul Fahmi</b></i><br />
Pada saat ini polemik tentang bolehkah kulit daging hewan qurban dijual, masih tetap mewarnai proses berlangsungnya penyembelihan binatang qurban di masyarakat. Sebagaimana yang kita ketahui, di Indonesia ini penyembelihan hewan qurban yang biasanya dilaksanakan oleh panitia qurban yang dibentuk oleh pengurus masjid, sebagian mereka memandang bahwa kulit qurban lebih bermanfaat dan juga lebih efesien apabila dijual kemudian ditukarkan dengan daging, yang kemudian dibagikan kembali kepada masyarakat. <span id="main" style="visibility: visible;"><span id="search" style="visibility: visible;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1154126408858950081" name="more"></a></span></span>Karena mereka berpendapat bahwa jika kulit tersebut dibagi kepada masyarakat secara langsung, justru tidak banyak bermanfaat bagi mereka karena kemungkinan besar akan dibuang. <br />
<a name='more'></a>Apalagi kulit itu dibagi setelah dicacah yaitu dikelupas bulunya dan dipotong-potong kemudian dibagi tidak dalam keadaan utuh. Disisi yang lain, sebagian dari mereka tetap berpegang teguh dengan ketentuan fikih yang berdasarkan dari sabda Rasulullah SAW. bahwa tidak diperbolehkan menjual kulit binatang qurban, seperti halnya tidak boleh pula menjual daging hewan qurban.<br />
<br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
<br />
Tidak boleh menjual kulit binatang qurban merupakan salah satu dari ketentuan-ketentuan fikih dalam berqurban. Rasulullah dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh radhiyallahu’anhu secara tegas mengatakan.<br />
</div><div style="text-align: right;">مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَّتِهِ فَلَا أُضْحِيَّةَ لَهُ<br />
</div><div style="text-align: justify;">“ barang siapa yang menjual kulit sembelihan qurban, maka tidak ada qurban untuknya “ ( Diriwayatkan oleh Imam Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrok )<br />
Berkaitan dengan hadits ini kebanyakan ulama’ mengatakan bahwa tidak boleh menjual kulit hewan qurban. Di antaranya adalah An-Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu’ syarah Muahadzab mengatakan :<br />
</div><div style="text-align: right;">واتفقت نصوص الشافعي والاصحاب على انه لا يجوز بيع شئ من الهدي والاضحية نذراكان أو تطوعا سواء في ذلك اللحم والشحم والجلد والقرن والصوف وغيره ولا يجوز جعل الجلد وغيره اجرة للجزار بل يتصدق به المضحي والمهدي أو يتخذ منه ما ينتفع بعينه كسقاء أو دلو أو خف وغير ذلك<br />
</div><div style="text-align: justify;">“ telah bersepakat nash-nash yang dikemukakan oleh Imam Syafi’I dan murid-murid (madzhabnya ) bahwa sesungguhnya tak boleh menjual apapun dari binatang qurban baik qurban yang berupa nadzar maupun tathowu’, dagingnya, lemaknya, kulitnya, tanduk, bulu atau yang lainya. Dan tidak boleh pula menjadikan semua itu sebagai upah bagi penyembelih, tetapi hendaklah ia menshodaqohkanya atau memanfaatkanya untuk dibuat tempat minum, timba air, sepatu atau yang lainya. “<br />
Syaikh khatib Muhammad Asy-syirbini, salah seorang ulama’ ahli fikih terkemuka dalam madzhab Syafi’I dalam kitabnya Al-Iqna’ mengatakan : “ tidak diperbolehkan menjual dari binatang qurban sesuatu pun termasuk kulitnya, yang berarti hokumnya haram. Hal itu tidak sah baik udlhiyah tersebut nadzar atau tathowu’. Dan baginya ( mudlokhi ) boleh memanfaatkan kulit qurban tathowu’ tersebut untuk dibuat wadah air, sandal atau sepatu. Namun jika ia menshodaqohkanya kepada orang lain maka itu lebih afdhol.. “ <br />
Di samping banyak ulama’ yang melarang penjualan kulit binatang qurban, namun banyak juga ulama’ yang membolehkanya. Seorang ulama fikih terkenal bermadzhab hambali ibnu Qudamah Al-Maqdisy dalam kitabnya “ Al-Mughni “ mengatakan,<br />
</div><div style="text-align: right;">وَرَخَّصَ الْحَسَنُ ، وَالنَّخَعِيُّ فِي الْجِلْدِ أَنْ يَبِيعَهُ وَيَشْتَرِيَ بِهِ الْغِرْبَالَ وَالْمُنْخُلَ وَآلَةَ الْبَيْتِ .وَرُوِيَ نَحْوُ هَذَا عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ ؛ لِأَنَّهُ يَنْتَفِعُ بِهِ هُوَ وَغَيْرُهُ ، فَجَرَى مَجْرَى تَفْرِيقِ اللَّحْمِ .<br />
</div><div style="text-align: justify;">“ imam Hasan Al-Bashry dan juga Imam Ibrahim An-Nakho’I memberi keringanan dalam hal kulit binatang qurban untuk dijual dan dibelikan ghirbal ( ayakan ), dan alat perumahan. Diriwayatkan seperti ini pula dari Al-Auza’I dan yang lainya, beliau mengelola kulit itu dengan pengelolaan yang berbeda dari daging. “<br />
An-Nawawi dalam al-majmu’ juga mengemukakan pendapat para ulama’ yang membolehkanya “ dihikayatkan oleh Imamul haramain bahwa sesungguhnya shohibut taqriib mengemukan qoul yang ghorib bahwa boleh menjual kulit dan bershodaqoh dengan harganya.”<br />
Beliau melanjutkan,<br />
</div><div style="text-align: right;">ذكرنا أن مذهبنا أنه لا يجوز بيع جلد الاضحية ولاغيره من أجزائها لا بما ينتفع به في البيت ولا بغيره وبه قال عطاء والنخعي ومالك وأحمد واسحاق هكذا حكاه عنهم ابن المنذر ثم حكى عن ابن عمر واحمد واسحق أنه لا بأس أن يبيع جلد هديه ويتصدق بثمنه<br />
</div><div style="text-align: justify;">“ kami sebutkan bahwa madzhab kami ( Syafi’I ) berpendapat bahwa tidak boleh menjual kulit qurban dan juga bagian yang lainya, kemudian dimanfaatkan untuk membeli barang-barang untuk rumah dan yang lainya. Dan dengan hal itu pula berkata ‘Atho’, An-Nakho’I dan Ishak seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir. Kemudian diriwayatkan dari Ibnu Umar , Ahmad dan Ishaq bahwa sesungguhnya tidak mengapa menjual kulit binatang yang disembelih dan bershodaqoh dengan harga( penjualan )-nya. “<br />
Demikianlah pendapat para ulama tentang hokum menjual kulit binatang qurban ada yang melarangnya, membolehkanya dan juga ada yang memakruhkanya sebagaimana yang dikatakan oleh penulis Al-Mabsuth, Imam As-Sarkhasiy.<br />
Untuk menentukan hukum boleh atau terlarangnya menjual kulit binatang qurban pada saat ini sesungguhnya tidak hanya dengan melihat hadits Rasulullah SAW. dan juga pendapat para ulama dalam kitab-kitab fikih klasik saja. Karena ada hal yang berbeda antara pelaksanaan qurban yang dilakukan pada masa Rasulullah, para sahabat dan juga pada masa-masa setelahnya, dengan pelaksanaan qurban pada masa sekarang. Perbedaan inilah yang banyak dilupakan oleh kaum muslimin dan luput dari perhatian mereka. Pada masa dahulu qurban biasanya dilaksanakan sendiri oleh mudlokh-khi atau orang yang berqurban. Mereka menyembelih sendiri binatang qurban tersebut, atau minta bantuan tukang sembelih, kemudian mereka mengambil daging itu menurut hak mereka yaitu tidak lebih dari sepertiga, kemudian sisanya dibagi atau di shodaqohkan kepada orang lain terutama kepada fakir miskin. <br />
Adat kebiasaan masyarakat Arab ketika itu sebagaimana diterangkan oleh syaikh Asy-Syirbini, tidak menganggap kulit sebagai daging yang dimakan. Maka, mereka menggunakan kulit tersebut untuk membuat barang- barang yang bermanfaat seperti kantong air, sepatu, sandal, timba air atau barang-barang yang lainya, atau mereka menshodaqohkan kulit tersebut sebagaimana yang dianjurkan oleh fikih.<br />
Tetapi sekarang ini, qurban dilaksanakan berbeda dengan jaman dulu, penyembelihan dan pembagian daging qurban sekarang dilakukan oleh panitia qurban yang dibentuk oleh pengurus masjid. Mereka para panitia itu menampung semua qurban dari masyarakat, kemudian merekalah yang mengelola semuanya, dari menyembelih, memisahkan kulitnya, dan membaginya ke masyarakat. Bahkan sekarang ini jarang sekali pihak yang berkorban mengambil bagian hingga sepertiga. Mereka mendapatkan bagian sama seperti yang lainya.<br />
Dengan keadaan yang berbeda seperti ini, maka esensi menjual kulit juga ikut berbeda. Kalau seseorang yang berkurban itu menyembelih sendiri dan membaginya, kemudian ia menjual kulit dan menerima uangnya, maka berarti ia telah mengurangi nilai kesempurnaan qurbanya dengan menerima uang tersebut. Sama juga ketika orang yang berqurban tersebut memberi upah dengan kulit binatang qurban terhadap penyembelih yang disuruhnya, maka ia juga telah mengurangi nilai qurbanya. Karena seharusnya ia membayar upah penyembelihan dengan uangnya diluar daging yang diqurbankanya. maka dari itu Rasulullah bersabda :<br />
مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَّتِهِ فَلَا أُضْحِيَّةَ لَهُ<br />
“ barang siapa yang menjual kulit sembelihan qurban, maka tidak ada qurban untuknya “<br />
Namun sekarang ini, menjual kulit yang dilakukan oleh panitia qurban, yang kemudian uang hasil penjualan itu dibelikan daging dan dibagikan lagi kepada masyarakat, maka hal itu tidak mengurangi sedikitpun nilai kesempurnaan qurban bagi orang yang berkurban. Karena ia tidak menerima uang hasil penjualan tersebut. Bahkan kalau kulit itu tidak dijual tetapi diambil oleh panitia sebagai bagiannya, maka itu bernilai shodaqoh bagi orang yang berqurban, karena juga tak pernah ada aqod kalau kulit itu diserahkan sebagai upah penyembelihan. Apalagi jika panitia qurban menarik uang iuran kepada orang yang berkorban sebagai upah penyembelihan dan pengelolaan binatang qurban,maka kulit yang diambil oleh panitia jelas punya nilai sama dengan daging lainya yakni sebagai shodaqoh.<br />
Maka apabila ada pelarangan menjual kulit qurban dengan alasan hadits Rasulullah SAW, dan juga pendapat para ulama’ terdahulu, berarti pelarangan tersebut hanya melihat dalil nashnya saja tetapi tidak mau melihat akar persoalanya. Pelarangan itu bisa dikatakan kurang beralasan karena pada masa dahulu saja ada banyak ulama’ yang membolehkanya. Padahal jelas-jelas pada saat itu menjual kulit qurban sama dengan mengurangi nilai qurban seseorang. Artinya kalau dahulu saja ada ulama’ yang membolehkanya, maka sekarang mengapa harus dilarang dan menjadi bahan pertengkaran.<br />
Sekarang ini, orang yang secara kaku berpendapat dan melarang kulit untuk dijual, mengelola kulit tersebut dengan cara di kelupas bulunya kemudian dipotong-potong dan dibagi bersama dengan dagingnya. Saya berani mengatakan bahwa inilah kebiasaan yang sesungguhnya tak pernah dikenal oleh para salaf. Karena pada jaman dulu kulit yang telah dipisahkan dari dagingnya itu biasanya dibuat sepatu, tempat air minum, tempat duduk atau barang-barang lainya. Karena kulit bagi orang Arab tidak dianggap sebagai bagian dari daging yang mesti dimakan. Hal itu berbeda dengan kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya yang menganggap kulit seperti daging yang mesti dimakan. Dan menjual kulit, walaupun hal itu ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama’ tetapi masih dikenal pada jaman salaf.<br />
<br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
<br />
Jadi kesimpulanya, menjual kulit yang dilakukan oleh panitia itu bukanlah suatu hal yang dilarang. Larangan yang ditegaskan oleh Rasulullah SAW. dalam hadits di atas atau larangan-larangan yang dikemukakan oleh para ulama’ itu berlaku jika seseorang yang berqurban itu menyembelih sendiri dan membagikanya. Penjualan kulit qurban oleh panitia qurban sekarang ini, dilakukan untuk memudahkan mereka mengelola qurban tersebut agar lebih bermanfaat dan tidak mubadzir. Coba bayangkan bagaimana sulitnya jika panitia harus mengelupas bulu binatang yang telah disembelih, jika jumlah binatang itu sangat banyak seperti yang ada di masjid-masjid besar sekarang.<br />
Sesuai dengan maqosidus syar’I, yakni tujuan-tujuan syari’at bahwa semua hukum dan ketentuan-ketentuan fikih itu pasti membawa maslahat, kebaikan dan kemudahan, bukan kesulitan, apalagi kesulitan yang tidak rasional. Maka menjual kulit dan menukarnya dengan daging lagi itu membawa maslahat, kebaikan dan kemudahan. <br />
Saya tidak mengatakan apa yang tertulis dalam naskah ini, adalah satu-satunya kebenaran, tetapi saya berani mengatakan bahwa perselisihan, perseteruan dan pemaksaan terhadap semua orang untuk mengikuti pendapat bahwa haram hukumnya menjual kulit binatang qurban pada saat ini, adalah sikap yang salah dan menyelisihi sunah para salaf. Karena setiap perkara yang masuk dalam wilayah ikhtilaf, maka tidak dibenarkan bagi siapapun untuk memaksa orang lain mengikuti satu pendapat. Semua harus saling menghargai dan menghormati dan janganlah hanya persoalan kullit itu harus dijual atau dibagi, menyebabkan keramaian, otot-ototan, bahkan perpecahan, walaupun hanya dalam lingkup ta’mir masjid yang sedang rapat membahas kegiatan pelaksanaan qurban. Wallohu a’lamu bis showwab.<br />
<br />
Referensi :<br />
Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzab, Imam Nawawi<br />
Al-Iqna’, Syaikh Muhammad Asy-Syirbini Al-Khathib<br />
Al-Mughni, Ibnul Qudamah Al-Maqdisy<br />
Al-Mabsuth, Imam As-Sarkhasiy<br />
<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-57454810640494822482010-01-03T22:26:00.001+07:002010-01-12T00:13:14.037+07:00Mentalis<i><b>Assalamu'alaikum Wr. Wb.</b></i><br />
<i><b> </b></i> <br />
Mentalis, Mendalami Tafsir Alqur'an dan Hadits<br />
<br />
Adalah suatu forum komunikasi antar umat Islam yang telah kami mulai dari Sragen, Indonesia. Bergerak dalam bidang da'wah mengajak dan saling menasihati dalam hal kebaikan dan mencegah dan mengingatkan dari perbuatan yang merusak dan perpecahan.<br />
Adapun media yang kami gunakan untuk berjalan dan berkembang adalah dengan media massa seperti yang telah kami mulai dari penerbitan buletin, brosur, artikel, web, pengadaan event kajian, dsb. Tentu bahan yang kami sampaikan adalah merujuk kepada buku-buku yang dapat dipertanggungjawabkan referensinya.<br />
Mentalis web adalah wadah, sarana bagi kami dalam mendukung kegiatan melalui media internet. Disini juga kami kumpulkan artikel-artikel, bacaan, brosur, ebook, dsb untuk memudahkan bagi siapa saja yang membutuhkannya.<br />
Adapun dokumentasi event/kegiatan maupun rencana kegiatan dapat dilihat oleh siapa saja yang membutuhkannya, agar mempermudah komunikasi dan jalinan komunitas persaudaraan sesama umat Islam.<br />
Adalah kami yang beranggotakan segelintir orang, tak lebih dari 15 orang berusaha menjadi lebih baik, dan mengajak untuk menjadi lebih baik, sehingga Allah membalas kebaikan kita dengan berlipat pahala. Semoga Allah SWT meridhai dan memberikan kemudahan bagi kita semua untuk menuju kepada-Nya.<br />
<i><b><br />
</b></i><br />
<i><b>Wassalamu'alaikum Wr. Wb.</b></i>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-14336980175407876672009-12-15T15:18:00.000+07:002010-01-15T15:20:28.242+07:00Hutang Barat Terhadap Islam (The West's Debt to Islam)<div style="text-align: justify;">Oleh : Adian Husaini<br /><br />Itulah tajuk satu bab dari sebuah buku berjudul What Islam Did for Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization (London: Watkins Publishing, 2006), karya Tim Wallace-Murphy.<span class="fullpost"> Di tengah gencarnya berbagai serangan terhadap Islam melalui berbagi media di Barat saat ini, buku seperti ini sangat patut dibaca. Selain banyak menyajikan data sejarah hubungan Islam-Barat di masa lalu, buku ini memberikan arus lain dalam menilai Islam dari kacamata Barat. Berbeda dengan manusia-manusia Barat yang fobia dan antipati terhadap Islam—seperti sutradara film “Fitna”, Geert Wilders—penulis buku ini memberikan gambaran yang lumayan indah tentang sejarah Islam. Bahkan, dia tidak segan-segan mengajak Barat untuk mengakui besarnya utang mereka terhadap Islam. “Utang Barat terhadap Islam,” kata, Tim Wallace-Murphy, “adalah hal yang tak ternilai harganya dan tidak akan pernah dapat terbayarkan sampai kapan pun. Katanya, “We in the West owe a debt to the muslim world that can be never fully repaid.”<br />Pengakuan Wallace-Murphy sebagai bagian dari komunitas Barat semacam itu sangatlah penting, baik bagi Barat maupun Islam. Di mana letak utang budi Barat terhadap Islam? Buku ini banyak memaparkan data tentang bagaimana transfer ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Barat pada zaman yang dikenal di Barat sebagai Zaman Pertengahan (The Middle Ages). Sejak beberapa bulan lalu, setiap hari, harian Republika, juga memuat rubrik khusus tentang khazanah peradaban Islam di masa lalu, yang memberi pengaruh besar terhadap para ilmuwan Barat.<br />Di zaman pertengahan itulah, tulis Wallace-Murphy, Andalusia yang dipimpin kaum muslimin menjadi pusat kebudayan terbesar, bukan hanya di daratan Eropa tetapi juga di seluruh kawasan Laut Tengah. Pada zaman itu, situasi kehidupan dunia Islam dan dunia Barat sangat kontras. Bagi mayoritas masyarat di dunia kristen Eropa, zaman itu, kehidupan adalah singkat, brutar, dan barbar, dibandingkan dengan kehidupan yang canggih, terpelajar, dan pemerintahan yang toleran di Spanyol-Islam.<br />Saat itu, Barat banyak sekali belajar pada dunia Islam. Para tokoh agama dan ilmuwan mereka berlomba-lomba memepelajari dan menerjemahkan karya-karya kaum muslim dan Yahudi yang hidup nyaman dalam perlindungan masyarakat muslim. Barat dapat menguasai ilmu pengetahuan modern seperti sekarang ini, karena mereka berhasil mentransfer dan mengembangkan sains dari para ilmuwan muslim.<br />Tenggelam oleh Kebencian<br />Faktanya, pandangan yang positif terhadap Islam—seperti yang disuarakan oleh Tim Wallace-Murphy—tenggelam oleh permainan opini dan politik kalangan Barat yang memiliki pandangan yang salah atau yang menyimpan dendam terhadap Islam. Dalam bukunya, Muhammad, a Biography of the Prophet (1996), Karen Amstrong menggambarkan keresahannya, bahwa di Eropa pada tahun-tahun belakangan ini, kebencian lama terhadap Islam mulai terus dibangkitkan. “Orang-orang Eropa mudah menyerang Islam, walaupun mereka hanya tahu tentang Islam,” tulis Amstrong, mantan biarawati yang banyak menulis buku tentang Islam, Yahudi, dan Kristen.<br />Tiga Skenario<br />Wacana untuk membangkitkan kewaspadaan khusus orang-orang Barat terhadap Islam tampak jelas dalam bukunya The Crisis of Islam: Holy War and Unholy Terror (2004). Sebagai bagian dari skenario kelompok neo-konservatif , yang antara lain terdiri atas kelompok Kristen fundamentalis dan kelompok Yahudi sayap kanan. Upaya membangkitkan kebencian lama Barat terhadap Islam bisa memiliki sejumlah tujuan.<br />1. Sebagai bagian dari upaya Eropa (juga masyarakat Barat) kembali sebagai satu kekuatan Kristen sebagaimana terjadi dalam Perang Salib yang dimulai tahun 1095.<br />2. Upaya mengalihkan dukungan masyarakat Eropa terhadap perjuangan Palestina.<br />3. Kepentingan dukungan politik dalam negeri negara tertentu.<br />Hingga kini, di kalangan Kristen fundamentalis, istilah “Crusade” masih sering digunakan. Peristiwa Perang Salib menunjukkan bahwa Eropa belum pernah bersatu, kecuali saat menghadapi Islam. Pada tahun 1095 Paus Urbanus II berhasil menggalang kekuatan Kristen, melupakan perbedaan antara mereka, dan bersatu padu melawan kekuatan Islam. Dalam pidatonya, Paus menyatakan bahwa bangsa Turki (muslim) adalah bangsa terkutuk dan jauh dari Tuhan. Maka, Paus menyerukan: “Membunuh monster tak ber-Tuhan seperti itu adalah suatu tindakan suci; adalah suatu kewajiban Kristiani untuk memusnahkan bangsa jahat itu dari wilayah kita.” (Killing these godless monster was a holy act: it was a Christian duty to exterminate this vile race from our lands). Karen Amstrong menggambarkan pengaruh Perang Salib terhadap masyarat Barat dalam bukunya, Holy War: The Crusades and Their Impact on to Today’s Wordl, (London: McMilan London Limite, 1991).<br />Skenario pengalihan dukungan masyarakat Barat terhadap Palestina juga sangat masuk akal, mengingat semakin menguatnya simpati dunia terhadap Palestina. Citra Israel dalam perang di Lebanon sangat babak belur. Israel dan Amerika gagal menempatkan Hizbullah dan Hamas sebagai musuh dunia, khususnya dunia Islam. Dengan membangkitkan sentimen lama tentang Islam di kalangan masyarakat Eropa, maka upaya pembentukan negara Palestina meredeka bisa digagalkan, setidaknya terus diundur.<br />Jatuhnya Konstantinapel merupakan pukulan berat bagi Eropa waktu itu. Meskipun Gereja Timur sudah mengalami konflik dengan Gereja Barat, tetapi untuk menghadapi Islam, Paus Nicholas V di Roma, mengirimkan tiga kapal perang untuk membantu melawan pasukan Sultan Muhammad al-Fatih. Hanya saja, di kalangan pemuka agama Romawi Timur sendiri muncul perpecahan. Mereka ada yang lebih suka bergabung dengan Turki Utsmani ketimbang bersatu dengan Paus. “I would prefer seeing the Trukish turban in Byzantium rather than the Crdinal’s hat,” kata Granduke Notaras, seorang tokoh Kristen Byzantine.<br />Karena begitu mudahnya sentimen anti-Islam dibangkitkan–terutama melalui media massa di Barat yang banyak dikuasai kelompok tertentu–maka para politisi di Barat juga tidak jarang menggunakan isu ‘sentimen anti-Islam’ untuk meraih dukungan politik. Bukan hal itu yang sulit dibaca, bahwa dukungan rakyat AS terhadap George W. Bush sangatlah kecil. Tetapi, setelah peristiwa 11 september itu, dukungan terhadap Bush melonjak tajam.<br />Bukti Kebenaran Al-Qur’an!<br />Munculnya kasus film “Fitna” garapan Geert Wilders semakin membuka mata kita akan latennya kebencian dan dendam yang tidak berkesudahan dari kalangan Yahudi-Nasrani terhadap Islam. Film ini muncul tidak lama sesudah hebohnya pemuatan sejumlah kartun yang melecehkan Nabi Muhammad saw. Kaum muslim juga masih mengingat dengan baik ucapan Paus Benediktus XVI yang juga melecehkan Nabi Muhammad saw. Bagi kaum musimin, peristiwa ini tentu saja sangat menyakitkan. Kaum muslim tidaklah sama dengan kaum Kristen Leberal di Barat yang dengan mudahnya membiarkan saja pelecehan-pelecehan terhadap Tuhan mereka. Atas nama kebebasan (liberalisme), mereka membiarkan saja Jesus dilecehkan, melalui berbagai film.<br />The Times, edisi 28 Juli 1967, pernah mengutip ucapan Canon Hugh Montefiore, dalam konferensi tokoh-tokoh Gereja di Oxford tahun 1967, yang mempersolkan mengapa Jesus tidak menikah. Ada tiga kemungkinan untuk itu. Mungkin Jesus tidak mampu menikah, mungkin tidak ada perempuan, atau mungkin dia seorang homoseksual.<br />Semua ‘kekurangajaran’ kepada Jesus itu biasa berlaku bagi mereka. Tetapi, Islam tidak sama dengan mereka. Nabi Muhammad saw. adalah manusia yang paling banyak disebut namanya di dunia ini. Selama 24 jama penuh, umat Islam di seluruh dunia tidak pernah berhenti menyebut namanya. Sepanjang zaman, kaum muslimin siap-siap mengorbankan nyawanya demi kehormatan Nabi yang mulia. Ibnu Taimiyah rhm. menulis satu kitab khusus tentang pelecehan terhadap Nabi, yaitu Ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatimir Rasul. (Pedang Yang Terhunus untuk Penghujat Sang Rasul).<br />Peristiwa pelecehan Nabi Muhamamd saw. dan kepada Islam yang datang bertubi-tubi memang begitu menyakitkan hati kita sebagai kaum muslim. Tetapi, di samping itu, kita mengambil hikmah dari kasus ini. Kasus ini membuktikan bahwa Barat tidak tahu berterima kasih terhadap Islam. Kasus ini sekaligus juga membuktikan kebenara Al-Quran:<br />“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh Telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Ali Imran: 118)</span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-48606971102844491852009-12-15T15:16:00.000+07:002010-01-15T15:18:09.519+07:00Nasehat Kepada AktifisDr.Najih Ibrahim<br /><br />Belum lama ini, tidak sedikit bermunculan aktivis dan ulama yang mulai tenar. Sebutlah seperti Syaikh Muhammad Hassan, Dr. ‘Aid Al-Qarni, Khalid Al-Jundi, ‘Amru ‘Abdul Kafi, Mahmud Al-Mishri, Thariq Sudani, ‘Amru Khalid, Khalid ‘Abdullah, Muhammad Hidayah, dan selain mereka yang telah sangat berjasa kepada Islam dalam berdakwah mengingatkan manusia terhadap Sang Pencipta, mendekatkan manusia kepada kebenaran, mendorong mereka untuk masuk Islam, dan selalu menasihatkan untuk berbuat kebaikan.<br />Saya sebenarnya tidak suka menggunakan istilah “aktivis baru”, karena itu akan mengurangi tingkat kredibilitas mereka. Tapi, karena mereka sudah dikenal dengan istilah tersebut dan sudah menjadi ciri bagi mereka, maka saya menggunakan istilah tersebut sekadar untuk memperjelas saja. Setiap aktivis tersebut mempunyai kelebihan yang membedakan antara satu dengan lainnya. Mereka mempunyai metode berdakwah sendiri-sendiri. Dan, metode berdakwah mereka pun diikuti oleh murid-muridnya atau para pengikutnya.<br />Yang membedakan para aktivis yang sekarang lagi naik daun itu dengan aktivis lainnya adalah mereka mampu mengembangkan metode dakwahnya, dan selalu memperbaruinya. Mereka mempunyai metode yang sangat bagus dan baru.<br />Mereka menyampaikan materi dakwah dengan cara ilmiah dan berbobot. Ini merupakan cara yang tepat, menghubungkan materi dakwah dengan kehidupan manusia, dan perhatian terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh umat. Semua itu menjadikan dakwah mereka mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam jiwa manusia.<br />Kalaulah bukan karena munculnya para aktivis tersebut pada beberapa tahun terakhir, sungguh dakwah Islam akan beku, ketinggalan zaman, sedikit pengaruhnya, dan kurang mendapat sambutan. Kalaulah bukan karena jasa mereka, sungguh dakwah ini belum akan sampai ke berbagai belahan masyarakat yang sebelumnya tak terjangkau oleh gerakan Islam lainnya.<br />Meskipun saya belum pernah berjumpa dengan salah seorang ulama yang sedang naik daun tersebut, tapi saya akan mengikuti semangat mereka bila hal itu memungkinkan bagiku. Tapi, yang memprihatinkan justru serangan terus-menerus ditujukan kepada mereka, baik dari sebagian kaum muslimin, orang-orang sekuler, ataupun dari orang-orang yang beraliran kiri pada waktu yang bersamaan. Dalam menghadapi serangan dari orang-orang sekuler pada hari ini, orang-orang ateis, ataupun orang-orang yang beraliran kiri zaman dahulu, mungkin kita sudah paham. Yang paling menyakitkan adalah serangan itu berasal dari pihak kaum muslimin secara khusus ataupun dari sebagian mereka secara umum.<br />Ada beberapa buku yang isinya jelas-jelas mencela Syaikh ‘Amru Khalid. Ada pula beberapa kaset yang menyerang mereka tanpa memperhatikan lagi etika dalam perselisihan. Bahkan, saya pernah membaca catatan seorang lelaki dalam makalah terakhirnya yang berupaya memerangi mereka secara anarkis dalam salah satu situs internet.<br />Dalam masalah ini, yang ingin saya katakan kepada para aktivis muslim umumnya dan terkhusus kepada orang-orang yang suka mencela, bahwa tidak ada seorang aktivis, berilmu, murabby, orang bijak, ataupun lainnya yang terlepas dari cacat ataupun aib. Hendaknya para aktivis berumalah dengan menggunakan kaedah, “Bila airnya sudah mencapai dua qullah, maka tidak najis.”<br />Mereka ibarat sungai mengalir dari sumber kebaikan dan keberkahan. Bila dakwah mereka sedikit ada cacatnya dan salahnya atau tergelincir, maka tidak akan membahayakan. Dengan izin Allah, sungai kebaikan mereka tidak akan kotor karena kesalahannya, dan aliran dakwah mereka tidak akan membahayakan, insya Allah. Tapi, dakwah mereka justru akan dinaungi kebaikan dan keberkahan selama mereka ikhlas karena Allah. Cahaya kerasulan dan kenabian akan menjadi petunjuk di bumi. Saya sendiri telah menulis buku secara terperinci dengan judul Apabila Airnya Mencapai Dua Qullah, maka Tidak Najis.<br />Saya berharap kepada kaum muslimin untuk membaca bab ini secara khusus dan keseluruhan buku ini secara umum. Karena, membaca dan mengaplikasikannya akan menghindarkan harakah Islamiah dan kaum muslimin secara umum dari menyebut-nyebut kekurangan mereka, menyakiti mereka, dan mencela mereka terus-menerus. Di samping itu, juga menghindari membahas kesalahan-kesalahan mereka dari mengabaikan kebaikan dan keutamaan mereka, dan tidak menghormati dan menghargai keutamaan mereka.<br />Hadits yang berbunyi: “Apabila airnya telah mencampai dua qullah, maka tidak najis” (HR Bukhari no. 3598) pada dasarnya digunakan dalam masalah fikih, pada bab thaharah (bersuci). Walaupun demikian, kaedah tersebut merupakan kaedah paling penting bagi para da’i dan murabby (pendidik) untuk bermuamalah dengan makhluk. Artinya, bila manusia mempunyai banyak kebaikan dan keutamaan, maka kesalahan dan cacat yang kecil tidak menghapus kebaikannya. Barang siapa kebaikannya melebihi kejelekannya, keutamaannya lebih banyak daripada kekurangannya, maka kekurangannya dimaafkan, karena ia mempunyai berbagai keutamaan, dan keburukannya akan terkubur oleh lautan kebaikannya.<br />Pada bab ini terdapat kisah seorang sahabat, Hatib bin Abi Balta’ah, yang sangat menarik. Ketika amalan kebaikan hijrahnya dan keikutsertaannya dalam Perang Badar bersama Rasulullah saw. lebih berarti daripada kesalahannya ketika membocorkan rencana Rasulullah dan para pasukannya untuk menaklukkan kota Mekah. Apa yang dikatakan Rasulullah kepada Umar ketika ia berkeinginan membunuh sahabat Hatib bin Balta’ah karena telah membocorkan rencana tersebut? “Wahai Umar, tahukah kamu mengenai pahala orang yang mengikuti Perang Badar? Sungguh Allah telah berfirman kepada orang-orang yang ikut Perang Badar, ‘Berbuatlah sesuka kalian, sungguh Aku telah mengampuni kalian’.” (HR Bukhari no. 4066).<br />Sahabat Utsman bin Affan pernah tidak ikut dalam Perang Uhud. Perbuatan itu sebenarnya tercela. Tapi, apa pengaruh perbuatan itu terhadap kebaikannya yang begitu besar? Beliau adalah seorang yang diridhai oleh Allah dan termasuk orang yang pertama kali masuk Islam, suaminya kedua anak Rasulullah saw., Ruqayah dan Ummu Kultsum, dan seorang yang malaikat malu dengannya. Beliau juga yang meluaskan masjid Nabawi dengan hartanya sendiri, membeli sumur dan diberikan kepada kaum muslimin, dan beliau juga termasuk yang sangat besar andilnya dalam mempersiapkan tentara ‘Usrah. Sehingga, pada hari itu Rasulullah saw. bersabda, “Apa yang dilakukan Utsman sesudah hari ini tidak akan mencelakainya.” (HR Tirmidzi no. 3634). Maknanya, kebaikannya yang begitu besar tidak akan ternodai oleh kesalahannya yang sedikit setelah hari itu. Kalaulah sekelompok orang dari Mesir dan Irak yang memberontak kepada Utsman mengetahui makna yang agung ini, sungguh mereka tidak akan melakukannya. Bagaimana mereka akan membunuhnya, sedang beliau adalah seorang yang memberi air minum kepada ribuan para sahabat dari sumur miliknya. Sungguh mereka adalah orang-orang yang bodoh lagi penghianat. Innalillahi wa innalillahi raji’un.<br />Perhatikan pula kisah Khalid bin Walid. Beliau telah salah membunuh Bani Jadzimah, sedang mereka adalah kaum muslimin. Bahkan, ketika itu Rasulullah saw. pun sampai berlepas diri dari perbuatannya tersebut. Tapi, kebaikannya pun menghapuskan kesalahannya. Beliau telah menghancurkan kelompok Musailamah Al-Kadzab dan orang-orang yang murtad. Kalaulah beliau tidak memiliki selain kebaikan ini, maka itu sudah cukup baginya. Karena jasanyalah, sebagian besar wilayah Arab dapat direbut kembali. Beliaulah yang telah menaklukan sebagian besar wilayah Syam dan Persia. Dan, berapa banyak bendera tauhid yang telah menyertai jihadnya?<br />Pengiyasan yang sama disebutkan oleh Saifuddin Qathaz dan Dzahir Bibarsi, kiyasan yang terangkum dalam untaian kata yang sangat indah: “Bila orang yang kita cintai berbuat satu kesalahan, maka datang seribu kebaikannya sebagai syafa’at.”<br />Dalam menghukumi manusia, terkhusus para ulama, maka yang paling adil adalah orang yang mengaplikasikan kaidah Imam Ibnu Rajab Al-Hambali, “Orang yang munshif (adil) adalah orang yang memaafkan kesalahan kecil seseorang karena ia mempunyai banyak kebaikan.” Atau, bisa juga kita menggunakan kaidah syar’i dalam masalah fikih bahwa dalam menetapkan hukum adalah berdasarkan kebanyakan, tidak yang sedikit.<br />Oleh karena itu, bagi para aktivis yang sering mencela dan menyalahkan para ulama yang sedang naik daun tersebut ataupun ulama lainnya, hendaknya mereka mengingat perkataan sayyid (tuannya) para tabi’in, Sa’id bin Musayyib, “Tidaklah ada orang yang memiliki jabatan, kemuliaan, dan berilmu, kecuali pasti punya aib. Tapi, bila kebaikan dan keutamaannya lebih banyak daripada kekurangannya, maka kekurangannya dimaafkan karena keutamaannya.”<br />Adapun sekarang ini banyak aktivis yang mencela Syaikh Qardhawi dan Asy-Sya’rawi. Bahkan, mereka menulis berbagai buku yang isinya mencela para ulama. Sementara, kelompok lain ada yang mencela Syaikh Ibnu Baz rhm. dan Ibnu Utsaimin rhm. Padahal, mereka semua adalah para ulama, yang mengkhidmatkan hidupnya untuk Islam sejak tumbuhnya kuku-kuku mereka sampai akhir hayatnya.<br />Wahai pengikut sunnah, tidakkah kamu melihat orang Syi’ah, bagaimana mereka menghormati ulama mereka? Yang kita inginkan sebagai pengikut sunnah bukan untuk mengkultuskan mereka atau meyakini kemaksuman mereka seperti keyakinan Syi’ah. Tapi, yang kita inginkan hanyalah bagaimana etika kita terhadap para ulama yang hanya memiliki sedikit kesalahan.<br />Demi Allah, Qardhawi, Sya’rawi, ‘Abdul Halim Mahmud, Abu Zahrah, Al-Buthy, Dr. Salim Al-‘Awwa, Ibnu Baz, Ibnu Utsaimin, dan Abdullah bin bayyah, sungguh mereka mempunyai kredibilitas dan kelebihan masing-masing. Lalu, apakah mereka yang suka mencela tidak malu dengan hal ini?<br />Saya tidak mengesampingkan akan adanya berbagai surat kabar, majalah, dan orang-orang sekuler yang selalu menyerang mereka siang dan malam. Tapi, mereka tidak pernah berhenti dalam berdakwah. Hal itu, karena mereka menginginkan supaya dakwah Islam ini maju dan berkembang. Setiap ulama atau aktivis pasti ada yang sukses dan ada pula yang gagal.<br />Ada pula ulama yang sudah banyak melakukan kebaikan, tapi tetap saja manusia di sekelilingnya memusuhinya. Hal ini terjadi pada masa Syaikh Asy-Sya’rawi. Beliau telah banyak berbuat baik dan telah membantu mengentaskan berbagai kemiskinan. Tapi, apa yang diperbuat oleh mereka? Sesudah itu, mereka kembali memusuhinya. Makalah ini tidak aku maksudkan untuk mereka, tapi aku maksudkan untuk para genarasi muda muslim, para aktivis yang aktif di berbagai gerakan Islam dan umumnya untuk kaum muslimin yang mengikuti sunnah. Saya berharap kepada mereka untuk selalu menyemangati dan membantu para ulama tersebut.<br />Sesungguhnya sudah menjadi hal yang wajar bila kita menyelisihi pendapat mereka pada beberapa hal tertentu. Contohnya antara Syaikh Qardhawi dengan Syaikh ‘Amru Khalid. Keduanya berbeda pendapat dalam masalah akan wajibnya pergi ke Denmark untuk memprotes pemuatan karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw. Dan, menjadi kewajiban kita juga untuk mendiskusikan pendapat mereka dengan etika yang benar dan tetap menghormati mereka. Tapi, perlu kita ketahui bahwa bukan menjadi kewajiban kita untuk mencela pribadi mereka atau ragu terhadap niatan mereka, atau bahkan berburuk sangka kepada mereka. Karena, hal itu bagi orang awam bukanlah bagian dari akhlak islami, terlebih bagi para aktivis dan ulama.<br />Mulai hari ini, saya mengajak para aktivis secara khusus, dan para pengikut sunnah secara umum, untuk memulai dengan lembaran baru. Menjaga lisan kita dari mencela orang-orang yang berbuat kebaikan dan banyak memiliki keutamaan, sekalipun telah tampak jelas kesalahan mereka. Tapi, kebanyakan mereka berbuat salah karena setelah berijtihad, bukan karena hawa nafsu ataupun karena pembangkangan. Kalaulah kita menasihati mereka dengan sembunyi-sembunyi, dengan surat, atau dengan email khusus, maka sungguh itu lebih baik bagi kita dan mereka.<br />Kalaulah kita mendo’akan mereka dengan kebaikan, petunjuk, dan kebenaran, seperti halnya mereka telah mendo’akan kita, tentulah itu lebih baik bagi kita dan mereka. Tapi, kenapa kita tidak mencintai mereka sebagaimana mereka mencintai kita? Kenapa kita justru berusaha menjatuhkan martabat mereka? Padahal, kita itu orang yang sedikit kebaikannya. Adapun mereka begitu besar kebaikannya dalam berdakwah kepada Allah.<br />Adapun terhadap musuh-musuh Islam, seperti orang-orang sekuler, orang-orang kapitalis, atau lainnya, itu pembahasan lain. Di sini saya tidak membahas mereka. Tapi, yang paling utama saya perhatikan adalah mereka yang kita harapkan dapat berbuat baik untuk agama ini. Semoga Allah memberi taufik bagi seluruh aktivis dan ulama yang menyerukan kepada hidayah Allah dan kebenaran.<br />Sumber: Diadaptasi dari “Al-Harakah Al-Islamiyah wad Du’at Al-Judud”, Dr. Najih Ibrahim (Situs Almokhtsar, 10 Maret 2008)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-54065036266311063942009-12-15T15:14:00.000+07:002010-01-15T15:16:44.149+07:00Menghujat Islam - Meraih Popularitas<div style="text-align: justify;">Ust. Ahmad Salimin Dani<br /><br />Thursday, 17 April 2008<br />Kedengkian orang Yahudi dan Kristen<br />"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: 'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).' Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (Al-Baqarah: 120).<span class="fullpost"><br />"Mereka tidak pernah berhenti-henti memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu murtad dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah sia-sia amalannya di dunia dan akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."<br />(Al-Baqarah: 217).<br /><br />Kebencian Orang Kafir terhadap Mukmin<br />"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan mereka berkata: 'Kami beriman;' dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari mereka lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): 'Matilah kamu karena kemarahanmu itu.' Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati." (Ali Imran: 118-119).<br />"Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antaramu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zhalim." (At-Taubah: 47)<br /><br />Larangan Mengikuti Orang Kafir<br />"Hai orang-orang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi al-kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman." (Ali Imran: 100).<br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik penolong." (Ali Imran: 149-150).<br />Orang Kafir pada Hakikatnya Jahat<br />"Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik, (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk." (Al-Bayyinah: 6).<br /><br />Penghujat Negeri Kincir Angin<br /><br />Berapa banyak orang seperti Geert Wilders yang diperluka untuk mengubah Belanda menjadi arena perang saudara "warga asli" lawan "pendatang"? Tak banyak!<br />Yang terang, Geert Wilders, 44 tahun, tidak sedang bicara kepada 1,3 warga muslim keturunan imigran di negerinya, manakala film "Fitna" masuk internet dan menuai protes hebat, dua pekan lalu. Terus terang dari kebanyakan para pendatang yang berkulit gelap, berambut keriting, dan berasal dari Afrika Utara, yang bergulat dengan masalah identitas dan keterpurukan ekonomi itu, ia tidak bisa berharap banyak. Wilder juga tidak tertarik menawarkan solusi yang bersahabat untuk pendatang terpinggirkan itu. Tapi dari segelintir imigran berpandangan radikal, Wilders memperoleh banyak amunisi yang kemudian disulapnya menjadi senjata politik ampuh.<br />Tewasnya produser film Theo van Gogh empat tahun silam di sebuah jalan di Amsterdam mengantar Wilders masuk ke dunia parlemen Belanda yang sangat berkuasa. Pembunuhan yang menggemparkan negeri Kincir Angin itu dilakukan seorang pemuda imigran muslim. Korban dihabisi dengan brutal, dan mujahid tidak menyesali perbuatannya. Masyarakat Belanda marah dan hangus hatinya melihat kejadian itu sekonyong-konyong menemukan orang muda yang tepat untuk menghadapi semua ini. Ia Geert Wilders, politikus muda bermulut tajam yang menyerukan penghentian arus imigran ke Belanda selama lima tahun sejak 2004, juga pengetatan pengawasan kontong-kantong minoritas beragama Islam.<br />Wilders yang beraliran ultranasionalis itu pintar menyuburkan sterotip, menanamkan sentimen anti-imigran dan anti-Islam. Film "Fitna" bikinannya sarat dengan rekaman pesawat yang menghantam menara kembar WTC di New York pada 11 September 2001, rekaman korban pengeboman di Madrid dan London, untuk menjelaskan surat Al-Anfal ayat 60. Dengan cara mempolitisasi maknanya. Wilders mengatakan, ayat ini meneror lawan Islam. Padahal, itu satu ayat Al-Qur'an yang berisi perintah untuk menggetarkan hati musuh-musuh Allah yang mengancam dengan melibatkan kesiapan dan persenjataan perang yang lengkap untuk mempertahankan eksistensi umat (deterrent effect).<br />"Fitna" yang berdurasi 17 menit dan diisi lima kali pembacaan ayat Al-Qur'an itu kemudian ditutup dengan kesimpulan yang merupakan seruan: Stop Islamisasi! Bela kebebasan kita!<br /><br />Tentu saja Wilders tidak bicara kepada minoritas muslim, tapi kepada mayoritas kulit putih Belanda yang merasa terancam oleh kaum pendatang. Ia menggunakan kata "kita" untuk menghimpun warga asli Belanda yang bekulit putih dan tidak beragama Islam, untuk menghadapi musuh bersama: kaum imigran muslin. Di mata Wilders, selalu ada Belanda yang terpecah dan selalu ada konflik yang tak berujung: "kita" lawan "mereka". Ia gemar mengulang penjelasan yang sederhana tentang sejarah Eropa kontemporer: "Pada tahun 1945 kita menghabisi fasisme Nazi, pada 1989 kita mengalahkan komunisme, dan sekarang kita menghadapi ideologi Islam."<br /><br />Wilder, Ketua Fraksi Partai Kebebasan (PVV) di parlemen, banyak diuntungkan oleh perkembangan ini. Ia piawai mengubah rasa takut menjadi kebencian serta merrduksi demografi Belanda menjadi "kita" dan "mereka". Soal kampanye Wilders akan laku atau malah akan menyerang balik kredibilitasnya, itu tergantung logika dan akal sehat warga Belanda. Itu juga akan ditentukan oleh daya tahan masyarakat Belanda, termasuk masyarakat muslimnya sebagai satu satu kesatuan, dalam menghadapi gempuran retorika Geert Wilders yang memecah belah.<br /><br />Orang-orang Wilders akan terus hadir. Tapi, dari pengalaman kita selama ini, ada satu resep yang mungkin bisa ditawarkan: resistensi sebagai bangsa dan senstivitas terhadap aspirasi religius orang lain. Dan yang pasti, umat Islam saat ini merupakan komoditi terlaris untuk dapat diperdagangkan bagi orang yang ingin melejit namanya. Karena, masyarakat dunia yang dikuasai Zionis dan Palangis saat ini sedang ketakutan menghadapi serangan balik umat Islam atas dosa-dosa mereka yang telah membunuh banyak jiwa yang tak bersalah, seperti di Palestina, Irak, Afghanistan, Libanon, dan Balkan.<br /><br />Fitna dari Belanda<br /><br />Kita hidup di sebuah zaman ketika benci bisa jadi advertensi. Jika kita teriakkan rasa muak, geram, dan tak sabar kepada sekelompok manusia dengan teriakan yang cukup keras, kita akan menarik perhatian orang ramai. Bahkan akan dapat dukungan. Itulah yang sedang dilakukan oleh Wilders. Dia tahu betul hal itu. Dalam umurnya yang ke-44 tahun, politikus Belanda ini ialah sosok yang cocok bagi zaman celaka seperti sekarang. Tiap kali ia mencaci maki orang imigran muslim yang hidup di Negeri Belanda, ia dengan segera tampak mumbul seperti balon jingga di langit Den Haag.<br />Dalam sebuah wawancara dengan harian De Pers pertengahan Februari 2007, inilah yang dikatakannya: "Jika orang muslim ingin hidup di Negeri Belanda, mereka harus menyobek dan membuang setengah dari isi Al-Qur'an." Katanya pula: "Jika Muhammad hidup di sini sekarang, saya akan usul agar ia diolesi ter dan ditempeli bulu ayam sebagai ekstrimis, lalu diusir ...."<br /><br />Syahdan, 15 Desember 2007, radio NOS pun mengangkat Wilders sebagai "politician of the year". Para wartawan surat kabar yang meliput parlemen memuji kemampuannya mendominasi diskusi politik dan memperoleh publisitas, berkat ucapan-ucapan ringkasnya yang panas, dan tentu Wilders jadi tokoh publik yang mendapat tepuk tangan yang meriah. Karena, sikap kebencian kepada umat Islam menjadikan tempat yang strategis dalam percaturan kehidupan bangsa barat saat ini.<br /><br />Nasib Penghujat Islam<br /><br />Pada awal November 2004, sutradara film Theo van Gogh digorok dan ditikam di sebuah jalan di Amsterdam oleh seorang pemuda Islam, Muhammad Bouyeri, yang menganggap korbannya layak dibinasakan. Van Gogh, seperti Wilders, adalah penyebar kebencian yang dibalas dengan kebencian. Tak ayal, dukungan melimpah ke partai yang dipimpin Wilders. Dan ini terbukti bahwa warga Belanda yang didominasi Yahudi benar-benar sedang kebingungan menghadapi pertumbuhan penduduk umat Islam. Sebuah jajak pendapat mengindikasikan bahwa partai itu, PVV, bisa memperoleh 29 dari 150 kursi di parlemen seandainya pemilihan umum berlangsung setelah pembunuhan yang mengerikan itu.<br />Kini bisa diperkirakan film "Fitna" yang kontroversial ini akan membuat Wilders lebih berkibar-kibar, terutama jika benci yang ditiup-tiupkannya disambut, jika orang-orang Islam meledak, mengancam, atau berusaha membunuhnya. Wilders bahkan memperoleh sesuatu yang lebih, bila kekerasan yang terjadi dalam menyikapi film "Fitna". Karena, film itu dibuat oleh Wilders untuk menunjukkan betapa brutalnya ajaran Islam. Dari itu, umat Islam harus bijak dan mengutamakan strategis yang jitu untuk memukul balik hujatan ini, agar Wilders dan yang lainnya tidak numpang populer dari kasus penghujatan yang mereka buat.<br /><br />Saya menonton film ini di internet. Isinya repititif. Apa maunya sudah dapat diperkirakan. Dimulai dengan karikatur terkenal di Denmark, karya Kurt Westergaard penghujat Nabi saw. itu, gambar seorang berpipi tambun dengan bom di kepala sebagai sorban hitam, yang dikesankan sebagai "potret" Nabi Muhamad saw. Film ini adalah kombinasi antara petikan teks Qur'an dalam terjemahan Inggris, suara qari yang fasih membacakan ayat yang dimaksud, dan klip video tentang kekerasan dan kata-kata benci yang berkobar-kobar.<br /><br />Ayat 60 dari surat Al-Anfal ditampilkan pada awal "Fitna". Yaitu, perintah Allah agar umat Islam menghimpun kekuatan dan mendatangkan rasa takut ke hati musuh diikuti oleh potongan film dokumentar ketika pesawat terbang itu ditabrakkan ke World Trade Center New York, 11 September 2001. Kemudian, tampak pengeboman di kereta api Madrid. Setelah itu, seorang imam tak disebutkan namanya bangkit dari asap, menyatakan: "Allah berbahagia bila ada orang yang bukan muslim terbunuh."<br />Pendek kata, dalam "Fitna", Al-Qur'an adalah kitab suci yang mengajarkan kebencian yang memekik-mekik dan tidak biadab yang berdarah. Wilders sebenarnya hanya mengulang pendapatnya. Pada 8 Agustus 2007, ia menulis untuk harian De Volkskrant: Qur'an, baginya adalah "buku fasis" yang harus dilarang beredar di Negeri Belanda, seperti halnya Mein Kampf Hitler. Buku itu merangsang kebencian dan pembunuhan.<br />Salahkah Wilder? Tentu. Penulis resensi dalam Het Parool konon menyatakan, setelah membandingkan film itu dengan Al-Qur'an secara keseluruhan, "Saya lebih suka kitab sucinya." Sang penulis resensi, seperti kita, dengan segera tahu, Wilder hanya memilih ayat-ayat Qur'an yagn cocok untuk proyek kebenciannya. Semua orang tahu, Al-Qur'an hanya deretan pendek petilan itu. Dan tentu saja tiap petilan punya konteks sejarahnya sendiri.<br /><br />Tapi Wilders tak hanya sesat di situ. Ia juga salah di tempat yang lebih dasar, ia berasumsi bahwa ayat-ayat itulah yang memproduksi benci, amarah, dan darah. Ia tak melihat kemungkinan bahwa Al-Qaedah yang ganas, Taliban yang geram, imam-imam yang akan membakar emosional disebabkan karena prilaku orang lain yang menonjolkan kezhaliman. Hal itu dapat dilihat seperti perilaku Salman Rusdi, Kurt Westergaard, Wilders, Theo van Gogh dan lainnya.<br /><br />Penghujat Negeri Prancis dan Inggris<br /><br />Pada kurun sekarang, pandangan seperti itu apa boleh buat tidak mudah berakhir. Ada sejarawan yang bernama Prancis Fukuyama, penuls The End of History, yang dalam sebuah seminar di Brooking Instute meyakini ancaman serius dari elemen masyarakat Eropa yang radikal. Ada seorang Bernard Lewis, sejarawan Inggris di Universitas Princeton, Amerika, yang membayangkan Benua Eropa menjadi bagian dari dunia Arab pada penghujung abad ini. Ia melihat ini sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk yang tinggi di kalangan imigran keturunan Arab Eropa. Dan terkahir, berita statistik dari Vatikan yang dimuat dalam surat kabar Osservatore Romano, yang menyebut bahwa jumlah pemeluk muslim telah melampui pemeluk Katolik. Jumlah orang Islam mencapai 19,2 persen dari penduduk dunia, sedangkan orang Katolik meliputi 17,4 persen, meskipun penganut Kristen secara keseluruhan masih mayoritas dengan 33 persen.<br />Don Quitxote Penghina Tuhan<br />Atas nama kebebasan berekspresi, para intelektual, seniman, dan politikus tak kapok membakar amarah umat Islam. Geert Wilders memancing kemarahan umat Islam. Sebelumnya, ada sederet nama yang berhasil mengguncang dunia dengan kartun, film, atau fiksi ciptaan mereka yang menghujat Islam.<br /><br />Bagi umat Islam, tindakan Wilders dan kawan-kawannya ini merupakan penistaan yang harus dibalas. Tapi, bagi kelompok moderat, mereka dianggap tidak lebih oportunis yang mempromosikan ketakutan dan kebencian. "Dia rada gila", karena memberikan kesan pada sejumlah orang bahwa ia akan memerangi Islam. Ia semacam Don Quixote, yang berjuang melawan sesuatu dan menampilkan tujuan yang tak pernah terjadi, kata Ketua Dewan Nasional Maroko Mohammaed Rabbae.<br /><br />Kurt Werstergaard telah menjadi sasaran kemarahan karena 12 kartun Nabi Muhammad saw. buatannya dipajang di koran Denmark, Jyllands-Posten, pada 30 September 2005. Kita, umat Islam, dilarang melukis Nabi Muhammad saw., dan kemarahan kita makin berang, karena Nabi Muhamamd yang kita kagumi digambarkan sebagai sosok teroris, yaitu dengan gambar memakai sorban berbentuk bom yang siap meledak dan berhiaskan dua kalimat syahadat dalam aksara Arab.<br /><br />Gelombang protes di negara berpenduduk meyoritas muslim tak terbendung. Korban pun berjatuhan. Di Somalia seorang remaja 14 tahun ditembak mati ketika massa menyerang polisi yang menghalang-menghalangi mereka berdemo. Di Afghanistan, lima orang tewas. Koran Jyllands-Posten meminta maaf, tapi ngotot menyatakan tindakan mereka tidak melanggar hukum Denmark. Begitulah sikap negara kafir yang hanya mempermainkan umat Islam.<br /><br />Ketika kemarahan mulai reda, pada 1 Februari 2006, koran Prancis, France Soir, serta Die Welt di Jerman, La Stampa di Italia, dan El Periodico di Spanyol kembali memuat kartun tadi. Di bawah tulisan, "Ya, kami berhak menggambar Tuhan," France Soir memasang citraan Tuhan dalam agama Budha, Yahudi, Islam, dan Kristen melayang di awan. Setelah itu, masyarakat muslim di Prancis meradang terus- menerus diteror kaum kuffar.<br /><br />Apakah penghujat kapok? Tidak. Koran Denmark, Jyllands-Posten, Politiken, dan Berlingske Tidende, mencetak kembali kartun sorban berhias bom karya Westergaard itu pada 13 Februari lalu. Redaktur koran itu mengatkan tak seorang pun harus merasa terancam jiwanya karena menggambar. "Kami melakukan ini untuk mendukung kebebasan berpendapat." Lalu apakah kita masih menaruh harapan kepada orang kafir yang tidak mau menghormati keyakinan kita?<br /><br />Sebelum umat Islam disulut emosionalnya dengan karikatur Westergaard, novelis warga negara Inggris kelahiran India, Salman Rushdie, 61 tahun, menerbitkan novel berjudul "Satanic Verses" pada tahun 1988. Dalam novel itu, dikisahkan Nabi Muhammad lewat tokoh Mahound menambahkan beberapa ayat Al-Qur'an. Tapi Mahound kemudian mencabutnya karena ayat itu hasil godaan syaitan. Ayat itulah kemudian disebut ayat-ayat setan. Narator dalam buku ini menyatan kepada para pembaca bahwa kekacauan ayat itu berasal dari mulut Malaikat Jibril.<br /><br />Jagat Islam pun gempar. Radio Teheran menyiarkan fatwa pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ruhullah Khomeini, pada 14 Februari 1989. Isinya memerintahkan umat Islam membunuh Rushdie. Menurut Khomeini, buku Rushdie menghina Tuhan dan Islam.<br />Sejak itu, Rushdie bersembunyi. Pada Maret 1989, Iran memutuskan hubungan diplomatik dengan Inggris. Korban tewas pun berjatuhan dalam kerusuhan aksi protes di negara Muslim. Toh, Ratu Elizabeth II pada Juni 2007 memberi Rushdie gelar bangsawan kesatria. Rushdie pun bisa mencantumkan kata "Sir" di depan namanya.<br />Nasib Theo van Gogh lebih tragis. Kerabat pelukis abad ke-19, Vincent van Gogh, membuat film berdasarkan buku karya bekas anggota parlemen Belanda asal Somalia, Ayaan Hirsi Ali. Film berjudul "Submission" itu bercerita tentang kekerasan seksual yang dialami perempuan dalam masyarakat muslim dengan menunjukkan adegan menorehkan ayat Al-Qur'an pada tubuh perempuan setengah telanjang.<br /><br />Vonis pun dijatuhkan secara sepihak kepada Muhammad Bouyeri, 26 tahun, imigran asal Maroko. Ia mencegat Theo Saat bersepeda di satu jalan sepi di Amsterdam dan membunuhnya. "Hukum mewajibkan saya memotong kepala siapa saja yang menghina Allah dan Nabi," ujar Bouyeri dalam sidang pengadilan.<br /><br />Belum surut badai protes pada Wilders, Gantian Ehsan Jami, 22 tahun menyulut api. Anggota parlemen Belanda keturunan Iran ini sedang membuat film animasi bercorak komedi berjudul "Kehidupan Muhammad". Film ini terfokus pada malam pernikahan Nabi dengan seorang perempuan berusia sembilan tahun. Sebuah upaya mencari popularitas dengan jalan pintas.<br /><br />Orang seperti Wilders akan terus hadir. Tapi, dari pengalaman kita selama ini, ada satu resep yang mungkin bisa ditawarkan: resistensi sebagai bangsa dan sensitivitas terhadap aspirasi religius orang lain. Dan yang pasti, umat Islam saat ini sedang menjadi komoditi terlaris untuk dapat diperdagangkan bagi orang yang ingin melejit namanya. Karena, masyarakat dunia Zionis dan palangis saat ini sedang ketakutan menghadapi serangan balik umat Islam atas dosa-dosa mereka yang telah membunuh banyak jiwa yang tak bersalah, seperti di Palestina, Irak, Afghanistan, Libanon, dan Balkan.<br /><br />Oleh: Ust. Ahmad Salimin Dani (Disampaikan pada acara Semalam Bersama Dewan Dakwah Islamiyah Bekasi, di masjid Nurul Islam Islamic Center Bekasi, Sabtu (12/04).</span><br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-62298239976604795912009-12-15T15:12:00.000+07:002010-01-15T15:14:25.137+07:00Menangkal Pemurtadan - Kristenisasi<div style="text-align: justify;">Ust. Farid Ahmad Okbah, MA <br /><br />Mukaddimah<br />Gejala pemurtadan yang dialami umat Islam di Indonesia mengalami eskalasi yang luar biasa. Hal itu ditandai dengan data statistik yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1990, tercatat bahwa dari 200.000.000 (dua ratu juta) jiwa, prosentasi umat Islam mencapai 87,3% (dibulatkan menjadi 90%).<span class="fullpost"> Sementara umat Kristen protestan hanya 6%, umat Katolik hanya 3,6%, Hindu 1,8%, Budah 1% dan agama lain 0,3%. Sebagai mujahid kita tidak boleh berbangga dengan besarnya angka-angka mayoritas di atas, sebab data-data terkini mencatat bahwa jumlah umat Islam menurun drastis dari 90% menjadi 75% (Tabloid STAR edisi no. 43, tanggal 18-24 Nopember 1999, hal. 41).<br />Oleh karena itu, kita sebagai umat bertanggung jawab untuk menyelamatkan mereka yang menjadi target pemurtadan tersebut. Semoga dengan mengungkap fakta dan data realitas pemurtadan yang dialami oleh umat Islam dapat kiranya memperoleh perhatian serius untuk membuat langkah-langkah kongkrit guna menangkalnya. Karena, membela agama adalah kewajiban dasar bagi setiap muslim.<br />Tiga Serangkai<br />Kristenisasi, orientalisme dan penjajahan menjadi tiga serangkai yang tidak dapat dipisahkan. Masing-masing mempunyai tugas untuk menghancurkan umat Islam.<br />Kristenisasi bertugas untuk merusak akidah, orientalisme memporak-porandakan pemikiran Islam dan penjajahan melumpuhkan fisik.<br />Mereka bersusah payah siang malam untuk memadamkan cahanya agama Allah. Namun, walau bagaimana pun akhirnya kemenangan berada di pihak Islam.<br />Allah SWT berfirman yang artinya, "Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, sedang Allah tidak menghendaki kecuali menyempurnakan cahanya-Nya sekalipun orang-orang kafir benci," (at-Taubah: 32).<br />Penjajahan fisik sudah berakhir di dunia Islam, namun tujuan penjajahan masih terus dicanangkan dan dijalankan oleh kristenisasi dan orientalisme. Hanya saja sarananya berbeda. Sarana yang dipergunakan oleh musuh Islam yang dimotori oleh jiwa kristiani adalah planning budaya melalui lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, yayasan penyantun, bantuan-bantuan, media cetak, media elektronika dan sebagainya.<br />Pada tahun 1924, Raymond Lull berhasil menemui Paulus V. Dia mengajukan dua buku yang mencakup dua rancangan Lull untuk mengkristenkan umat Islam.<br />Pertama, menjadikan ilmu dan sekolahan sebagai sarana kristenisasi. Kedua, kristenisasi dengan kekerasan jika tidak dapat dicapai dengan cara halus, (lihat al-Isti'mar wat Tabsyiir, Dr. Umar Farukh dan Dr. M. Khalidi, hal. 77).<br />Adwin Balls menyatakan dalam bukunya Sejarah Ringkas Misionarisasi, bahwa Raymond Lull yang berkebangsaan Spanyol, sebagai orang pertama yang mengemban kristenisasi di dunia Islam setelah kegagalan Perang Salib.<br />Ia besusah payah belajar bahasa Arab dan berkeliling dunia Islam untuk mendebat ulama Islam, (lihat La Couquette Du Monde Musulman, A. Le Chatelier, terjemahan M. Khatib, hal. 29 dan 262).<br />Tujuan utama misionaris zending adalah menyeret orang-orang Islam ke Kristen. Jika hal itu sulit dilakukan, maka akan ditempuh dengan cara mengaburkan pengertian Islam bagi mereka. Dari segi religi, apakah mereka masuk Kristen atau tetap Islam, itu tidak penting. Segi politik, misioner sebagai antek-antek dan mata-mata penjajah Eropa demi merusak kesatuan Islam. Tujuan itu diperjelas oleh Pendeta Simon, misionaris adalah faktor penting sebagai penghancur kekuatan persatuan umat Islam, (lihat Mabahits fits Tsaqofah Islamiyah, Dr. Nukman Samarrani, hal. 174).<br />Negara yang pertama kali mengembangkan kristenisasi adalah Belanda yang pernah menjajah Indonesia dan memecah Jawa menjadi kawasan-kawasan yang dibangun untuk gereja dan sekolahan. Kemudian langkah tersebut diikuti oleh negara Eropa lainnya, (lihat al-Isti'mar wat Tabsyiir, Dr. Umar Farukh dan Dr. M. Khalidi, hal. 37).<br />Memang, musuh-musuh Islam sangat memperhitungkan umat Islam, melihat pengikut yang demikian cepat bertambah banyak, sehingga apabila mereka menjadi satu di bawah kesatuan bendera untuk menuju cita-cita Islam akan menjadi momok bagi dunia. Maka, upaya pemecahannya terus dilakukan untuk menghindarkan titik temu tersebut, disamping memang ajaran Kitab suci Kristen mengharuskan penyebaran agama, (lihat Injil Matius, 28:29 dan Marcus, 16:15).<br />Strategi penyebaran ditujukan pada sasaran Non Cristian World (negara selain Kristena) dan Non Roman Catholic Word (negara selain Katolik Roma) termasuk warga Kristen yang bukan di bawah pengaruh Paulus, disebut juga Schismatics dan Heretucs. Dalam buku yang berjudul Out Line of Hostory of Protestan, G. Warneck, hal. 155 dijelaskan bahwa di dunia terdapat dua blok gereja Katolik, yaitu:<br />1. Terra Cathclica (bagian negara-negara Katolik).<br />2. Terra Missions (bagian negara-negara yang di bawah misionaris).<br />Selain itu, terdapat juga dua macam organisasi misionaris yang dinamakan Mission Aid Societies dan Mission Zending Societies, (lihat The Encyclopedia for School and Home, Oo 7, P. 234).<br />Pergoloakan pengaruh di dunia memang cukup terasa, sehingga menjadikan kalangan pemimpin menunjukkan kekhawatirannya, terutama pada pengaruh Islam. Sebagaimana pernyataan Sowrens Brown, "Banyak para pemimpin yang khawatir akan bahaya berbagai bangsa, tetapi kekhawatiran itu sebenarnya kurang beralasan."<br />"Mereka takut pada Yahudi, Jepang dan Komunis. Padahal, Yahudi sebenarnya adalah sahabat kita, komunis adalah sindikat kita danJepang masih ada negara-negara demokrat yang akan melawannya. Tapi, kami melihat bahaya sebenarnya itu terdapat pada Islam, (lihat Dammirul Islam Abiidu Ahlahu, Jalal Amin, hal. 37).<br />Jadi Islam dikerumuni oleh musuh dari segala arah. Dari dalam digerogoti oleh munafikin (kelompok hipokrat), fasikin (kelompok yang menamakan dirinya Islam tapi mereka meninggalkannya) dan mudhallibin (kelompok yang berafiliasi pada Islam tetapi merobek-robek dari dalam. Misalnya Ahmadiyah, Islam Jama'ah, tarekat, dan lainnya). Sedangkan dari luar, Islam terus dicurigai dan diserbu oleh kafirin (kelompok diluar Islam yang selalu memeranginya, seperti Komunis, Zionis dan lainnya). Tidak ketinggalan juga Kristen yang menjadikan Islam sebagai musuh dan medan. Itulah yang menjadikan Mr. Bills menerangkan bagaimana perkembangan kristenisasi di Afrika, dan hanya muslimlah (orang-orang Islam saja) musuh paling tengik, (lihat Al-Gharah alal Alam Islami, Muhibuddin al-Khatib, hal. 31-35).<br />Demikian itu merupakan tujuan di dunia luar. Sekarang marilah kita melihat lebih dekat lagi mengenai perkembangan kristenisasi di Indonesia. Dalam wawancara dengan majalah Al-Ummah tahun 1986, Dr. Fuad Fachruddin menyebutkan, "Menurut statistik Dewan Gereja Indonesia (DGI) di Indonesia terdapat 10.000 gereja protestan, 4.000 pendeta protestan, dan 9.000 misioner. Katolik mempunyai 8.000 gereja, 3.000 pendeta dan 6.000 misioner," (lihat majalah Al-Ummah terbitan Qatar, vol. 65, Januari 1986, hal. 45).<br />Sebagai bahan contoh, berdasarkan pada data Departemen Agama tahun 1997, jumlah pendeta Kristen di Propinsi Irian (Papua) sebanyak 9.564 orang, pendeta Katolik sebanyak 541 orang dan dai muslim sebanyak 2.489 orang. Sementara jumlah gereja Kristen mencapai 5.128 buah, gereja Katolik mencapai 1.280 dan masjid mencapai 1.169 buah.<br />Selanjutnya, kita ikuti penjelasan Prof. Dr. Rasyidi dalam konferensi yang telah diadakan pada tahun 1968 di Tokyo. Beliau mengemukakan realita yang dihadapi umat Islam di Indonesia, yang buruknya keadaan ekonomi pada masa pemerintahan Presiden Soekarno dimanfaatkan oleh pihak missionaris zending untuk mengkristenkan orang-orang Islam di Indonesia, dengan cara-cara berikut:<br />1. Gereja di bangun di tengah-tengah desa Islam dan daerah pertanian.<br />2. Misionaris membeli tanah di daerah strategis dengan harga tinggi (berlipat dua bahkan tiga) dengan tujuan membangun gereja.<br />3. Bila pemilik tidak rela menjualnya, maka seseorang dikirim untuk membeli atas nama pribadi, kemudian dijual kepada pihak misionaris.<br />4. Gereja membagikan beras, uang dan pakaian.<br />5. Gereja meminjamkna kepada orang yang membutuhkan dengan syarat mau menyekolahkan anaknya ke sekolah misionaris.<br />6. Para bekas anggota partai Komunis yang sedang mendekam di penjara didekati oleh misioner untuk mengajukan bantuan beras dan keuangan kepada famili mereka secara kontinyu, selama mereka mau menandatangani perjanjian bahwa mereka mau masuk Katolik.<br />7. Para pekerja perusahaan tekstil yang kehilangan pekerjaannya ditawari bantuan seperti beras dan uang.<br />8. Rumah-rumah besar milik orang kaya yang meninggal dunia dan ditinggalkan untuk ahli waris dibeli oleh misionaris.<br />9. Beberapa toko dan tempat tinggal dirubah menjadi gereja.<br />10. Klub, ruang baca, perpusatakaan, kolam renang dan lapangan olah raga dibangun untuk pemuda non Kristen.<br />11. Wanita-wanita Kristen berusaha merayu pemuda muslim.<br />12. Pemuda-pemuda Kristen berusaha merayu wanita muslim.<br />13. Pemuda-Pemuda Kristen membujuk pemuda-pemuda muslim agar mau menonton bioskop dan datang ke tempat-tempat rekreasi untuk memberi rangsangan, kemudian diajak menemani mereka ke gereja.<br />14. Guru-guru agama Islam yang kebetulan menerangkan al-Qur'an yang berhubungan dengan Yesus, ditangkap oleh pejabat Kristen atau diadukan kepada pemerintahan oleh pemuda-pemuda Kristen.<br />15. Rumah-rumah keluarga muslim, termasuk rumah saya (Rasyidi) didatangi misionaris yang mendesak agar mau mendengarkan keterangan kepercayaan Kristen, (diambil dari The One World Only).<br />Demikianlah sekilas tentang gambaran mengenai kristenisasi, baik di dunia luar maupun di Indonesia.<br />Solusi Menghadapi Kristenisasi<br />a. Menguatkan kesadaran berislam.<br />b. Meningkatkan ukhuwah Islamiyah.<br />c. Memberdayakan lembaga-lembaga Islam (ormas, pendidikan, pesantren, perguruan tinggi dan lainnya).<br />d. Mengintensifkan kajian dan pelatihan tentang bahaya kristenisasi dan cara penangkalannya bagi aktivis dakwah.<br />e. Mengirim para da'i yang sudah dibekali pengetahuan yang cukup tentang Islam dan tantangannya ke daerah-daerah terpencil terutama daerah basis kristenisasi.<br />f. Terus menerus memberi penyadaran kepada umat Islam akan bahaya kristenisasi lewat berbagai media baik elektronik, cetak, maupun pengajian dan majelis taklim.<br />g. Menyelenggarakan lembaga khusus untuk kaderisasi penangkalan.<br />h. Selalu mengadakan studi lapangan tentang kondisi umat dan perkembangan kristenisasi dengan membuka berbaga macam termasuk berkedok Islam.<br />i. Mengefektifkan para muhtaddin atau muaallaf sebagai counter attack kepada gerakan-gerakan kristenisasi dalam membuat jaringan bagi mereka bersama para kristolog muslim.<br />j. Mengungkap fakta dan data kristenisasi kepada semua pihak, terutama kepada para pejabat muslim dengan metode power point agar mereka terbelalak atas kerja mereka.<br />k. Mengantisipasi gerakan penyusunan kekuatan kristenisasi melalu laskar-laskar mereka seperti laskar kristenisasi, laskar mahoni dan lainnya.<br />l. Menggalang kekuatan ulama dalam menangkal kristenisasi termasuk kebangkitan internasional dunia Islam.<br />Wallahua'lam<br /><br />(Artikel disampaikan oleh Ust. Farid Ahmad Okbah, MA pada acara Training Dua Hari Perbandingan Agama dan Perlawanan Strategi Kristenisasi di Islamic Center Al-Islam, Pondok Gede, Bekasi pada tanggal 23-24 Januari 2008)</span><br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-58998200401430646742009-12-15T15:09:00.000+07:002010-01-15T15:11:52.931+07:00ADAM dan MUSA<div style="text-align: justify;">Pengantar<br />Kisah ini hanya bisa diketahui melalui wahyu, karena ia berbicara tentang pertemuan yang tidak disaksikan oleh manusia. Pertemuan Adam dengan Musa.<span class="fullpost"> Pertemuan ini terwujud atas dasar permintaan dari Musa. Kita tidak tahu bagaimana hal ini terwujud, akan tetapi kita yakin bahwa ia terjadi karena berita Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pastilah benar.<br />Pertemuan seperti ini terjadi pada Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam manakala beliau bertemu dengan para nabi dan rasul di malam isra' dan beliau shalat berjamaah dengan mereka sebagai imam di masjid Al-Aqsa. Pada saat mi'raj ke langit beliau berbincang dengan sebagian dari mereka.<br />Tujuan Musa dengan pertemuan itu adalah untuk berbincang-bincang langsung dengan Adam dan menyalahkannya karena Adam telah mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari surga lantaran dosa yang dilakukannya. Akan tetapi pada saaat itu Adam mengemukakan alasan yang membuat Musa terdiam. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam mengakui bahwa Adam telah mengalahkan argumen Musa Alahis Salam.<br />Teks Hadis<br />Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih keduanya dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Adam dan Musa berdebat di sisi Tuhan keduanya. Maka Adam mengalahkan argumen Musa. Musa berkata, 'Kamu adalah Adam yang diciptakan oleh Allah dengan Tangan-Nya. Dia meniupkan ruh-Nya kepadamu. Dia memerintahkan malaikat sujud kepadamu, dan Dia mengizinkanmu tinggal di surga-Nya. Kemudian gara-gara kesalahanmu, kamu menjadikan manusia diturunkan ke bumi.'<br />Adam menjawab, 'Kamu adalah Musa yang dipilih oleh Allah dengan risalah dan Kalam-Nya. Dia memberimu lauh(kepingan kayu atau batu; pent) yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu. Dia telah mendekatkanmu kepada-Nya sewaktu kamu bermunajat kepada-Nya. Berapa lama kamu mendapatkan Allah telah menulis Taurat sebelum aku diciptakan?' Musa menjawab, '40 tahun.'<br />Adam bertanya, 'Apakah di sana tertulis, 'Dan durhakalah Adam kepada Allah dan sesatlah dia.(Thaha: 121)?' Musa menjawab, 'Ya.' Adam berkata, 'Apakah kamu menyalahkanku hanya karena aku melakukan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah atasku 40 tahun sebelum Dia menciptakanku?'" Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Adam mengungguli argumen Musa."<br />Riwayat di atas adalah riwayat Muslim.<br />Dalam riwayat Bukhari, "Adam dan Musa saling beradu argumen. Musa berkata kepada Adam, 'Kamu Adam yang dikeluarkan dari surga karena kesalahanmu.' Adam menjawab, 'Kamu Musa yang telah dipilih oleh Allah dengan risalah dan Kalam-Nya, kemudian kamu menyalahkanku hanya karena aku melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan atasku sebelum aku diciptakan."' Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Maka Adam mengalahkan dalil Musa." Ini diucapkan Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam sebanyak dua kali.<br />Dalam riwayat Bukhari juga, "Adam dan Musa saling berdebat. Musa berkata, 'Ya Adam, kamu sebagai bapak kami telah mengecewakan kami. Kamu membuat kami dikeluarkan dari surga.' Adam menjawab, 'Ya Musa, Allah telah mengangkatmu dengan Kalam-Nya dan Dia menuliskan untukmu dengan Tangan-Nya, apakah kamu menyalahkanku hanya karena perkara yang aku lakukan yang telah ditakdirkan oleh Allah atasku empat puluh tahun sebelum Dia menciptanku?' Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Maka Adam mengungguli Musa." Tiga kali.<br />Takhrij Hadis<br />Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah dalam Kitab Ahadisil Anbiya', bab Wafat Musa, 6/440, no. 3407; dalam Kitab Tafsir, bab 'Dan Aku memilihmu untuk diri-Ku' (Thaha:41), 8/434, no. 4736; dalam Kitabul Qadar, bab dialog Adam dengan Musa, 11/505, no. 6614; di Kitabut Tauhid, bab keterangan tentang firman Allah, "Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (An-Nisaa: 164).<br />Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabul Qadar bab debat antara Adam dan Musa, 4/2042, no. 2652.<br />Penjelasan Hadis<br />Kehidupan dunia adalah kelelahan dan kepayahan. "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (Al-Balad: 4). Kelelahan ini telihat dalam segala urusan. Siapa yang dimakan oleh seseorang tidak diperoleh kecuali dengan kelelahan. Seteguk minum juga demikian. Bahkan pakaian dan tempat tinggal. Lebih dari semua itu, penyakit-penyakit yang menimpa manusia, musuh-musuh dan kawan-kawannya mendatangkan problem baginya. Gangguan pun bisa datang dari anak-anak darn kerabatnya.<br />Musa telah merasakan apa yang dirasakannya dari Fir'aun dan bala tentaranya. Dia kabur dari Mesir ke Madyan setelah membunuh laki-laki Qibti. Di Madyan, Musa menggembala kambing selama sepuluh tahun atau delapan tahun. Dan setelah Allah mengangkatnya menjadi Rasul, Musa menghadapi Fir'aun. Musa menghadapi kebengalan dan kenakalan Bani Israel. Mungkin pada suatu waktu terbetik di pikiran Musa bahwa penyebab kelelahan ini adalah Adam, yang telah mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari surga. Pada masa itu Allah telah meminta Adam agar tinggal di surga setelah menciptakannya. Allah mengizinkan buah-buahnya dan sungai-sungainya kecuali satu pohon. Allah menjamin kepada Adam tidak akan lapar dan telanjang, dia juga tidak akan haus dan tidak terkena sengatan matahari.<br />Manakala Adam durhaka kepada Tuhannya dengan memakan pohon terlarang, maka Allah menurunkannya dari rumah kekekalan ke rumah kelelahan, dan manusia tidak mungkin hidup kecuali dengan perjuangan yang berat.<br />Oleh karena itu, ketika Musa bertemu dengan bapaknya, Adam dia mencelanya atas perbuatannya yang membuat dirinya dan anak cucunya keluar dari surga. Dalam perbincangan tersebut Musa mengingatkan Adam akan kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepadanya, di mana Allah menciptakannya dengan Tangan-Nya, sementara makhluk yang lain diciptkan dengan kata "Kun." Allah meniupkan ruh-Nya padanya, menyuruh para malaikat bersujud kepadanya, mengizinkannya tinggal di surga; dan barang siapa diberi kemuliaan itu oleh Allah, maka tidak sepantasnya ia tidak mendurhakai-Nya sehingga tidak menurunkan dirinya dan anak cucunya dari surga.<br />Adam merespon celaan Musa dengan celaan juga. Adam membantah ucapan Musa. Dia mengingkari Musa, bagaimana sikap menyalahkan ini bisa keluar dari orang seperti Musa, Adam menyebutkan keutamaan Musa yang diberikan Allah kepadanya. Adam berkata kepada Musa, "Kamu Musa yang telah diangkat oleh Allah dengan risalah dan Kalam-Nya. Dia memberi lauh yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu. Dia mendekatkanmu kepada-Nya ketika kamu bermunajat. Berapa lama kamu mendapati Allah menulis Taurat sebelum aku diciptakan?" Musa menjawab, "Empat puluh tahun."<br />Adam bertanya, "Apakah kamu mendapati, 'Dan Adam durhaka kepada Tuhannya, maka dia sesat.' (Thaha: 121). "Musa menjawab, 'Ya.'<br />Adam berkata, "Apakah kamu menyalahkanku karena satu perbautan yang aku lakukan yang telah ditakdirkan oleh Allah atasku empat puluh tahun sebelum aku diciptakan?"<br />Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam telah menyatakan bahwa Adam mengungguli ucapan Musa. Mungkin ada yang bertanya, "Bagaimana bisa itu?" Bagaimana Adam unggul dalam argumennya?"<br />Jawabannya adalah bahwa Musa menyalahkan Adam karena Adam telah mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari surga. Maka Adam menjawabnya, "Saya tidak mengeluarkan kalian dari surga, akan tetapi Allahlah yang menjadikan keluarnya diriku karena aku memakan pohon." Maka pengeluarkan Adam bukan sesuatu yang lazim jika ia tidak diinginkah oleh Allah Tabaraka Wa Taala, karena mungkin saja Allah mengampuninya tanpa mengeluarkannya dari surga dan mungkin juga Allah menghukum Adam dengan hukuman lain, bukan dengan mengeluarkannya dari surga, akan tetapi hikmah-Nya menuntut mengeluarkan Adam dari surga karena kebaikan yang banyak dan besar yagn diketahui oleh-Nya. Oleh karena itu, Adam mencela Musa atas celaannya kepadanya karena satu perkara yang telah dikehendaki dan ditakdirkan oleh Allah dan hal itu itu sendiri bukan sesuatu yang lazim dari perbautan Adam.<br />Hadis ini membantah para pendusta takdir, karena hadis ini menetapkan takdir terdahulu dan dalil-dalil yang menetapkan takdir adalah dalil-dalil yang ketetapannya pasti dan dalalahnya juga pasti, maka tidak ada peluang untuk mendustakan dan mengingkari takdir. Barang siapa mendustakannya maka dia tidak mengerti permasalahan yang sebenarnya.<br />Hadis ini dicatut oleh kelompok jabbaraiyah di mana –kata mereka- hamba adalah orang yang terpaksa dalam perbautan-nya. Padahal, hadis ini tidak menunjukkan itu. Adam tidak membantah Musa dengan cara ini. Dan masalahnya adalah seperti yang telah aku jelaskan dan aku tetapkan. Wallahu A'lam.<br />Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis<br />1. Dialog antara orang-orang yang shalih dalam masalah yang musykil, seperti Ada yang berdialog dengan Musa. Dan diwajibkan atas peserta dialog untuk tunduk kepada kebenaran jika ia telah jelas setelah sebelumnya samar, seperti Musa yang tunduk pada hujjah Adam.<br />2. Kewajiban beriman kepada ghaib yang benar. Allah telah memuji orang-orang mukmin bahwa mereka beriman kepada yang ghaib. Di antara perkara ghaib yang diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam adalah percakapan yang terjadi antara Adam dan Musa. Adapun perkara ghaib yang diklaim oleh sebagian orang tanpa berpijak kepada dalil yan benar, maka hal itu termasuk berkata atas nama Allah tanpa ilmu.<br />3. Pelaku dialog hendaknya mengenal kelebihan lawan dialog. Adam dan Musa masing-masing menyebutkan keunggulan lawannya dan kelebihan yang diberikan oleh Allah kepadanya.<br />4. Hadis ini menetapkan takdir yang mendahului. Banyak sekali dalil-dalil dalam hal ini. Hadis ini membantah qadariyah yang menafikan takdir yang mendahului, termasuk kelompok mu'tazilah.<br />5. Keterangan tentang keutamaan khusus yang dimiliki oleh Adam. Allah menciptakannya dengan tangan-Nya, memerintahkan para malaikat untuk sujud kepadanya, mengizinkannya tinggal di surga-Nya. Sementara keistimewaan Musa bahwa Allah mengangkatnya dengan risalah dan kalam-Nya. Dia memberinya lauh yang mengandung penjelasan tentang segala sesuatu, dan Dia mendekatkannya ketika dia bermunajat kepada-Nya. Keistimewaan-keistimewaan ini dimiliki oleh keduanya. Sebagian telah disebutkan secara nyata di dalam Al-Qur'an dan sebagian lain ditunjukkan oleh hadist-hadis lain seperti hadis ini.<br />6. Penetapan sifat Tangan bagi Allah. Sifat ini tidak boleh dinafikan dan tidak boleh didustakan, sebagaimana tidak boleh menyamakan Tangan Allah dengan tangan para makhluk, berpijak pada firman Allah, "Tidak sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syura:11).<br />7. Keterangan tentang sebagian ilmu di dalam Taurat yang diturunkan oleh Allah kepada Musa. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyatakan bahwa dalam Taurat terdapat, "Dan Adam durhaka kepada Tuhannya, maka dia pun sesat." Ayat ini terdapat di Al-Qur'an sebagaimana di dalam Taurat yang Allah turunkan. Tetapi dalam Taurat sekarang, hal itu sudah tidak ada.<br />8. Hadis ini mengandung hakekat ilmiah yang ghaib, bahwa Allah menulis Taurat empat puluh tahun sebelum diciptakan.<br />9. Hadis ini menetapkan bahwa Allah menulis Taurat dengan Tangan-Nya. Ini termasuk keistimewan taurat sebagai keutamaan Musa.<br />Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 91-97</span><br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-42783729281545443212009-12-14T15:21:00.000+07:002010-01-15T15:22:38.131+07:00Pentingnya Menyatukan Barisan<div style="text-align: justify;">OLEH : Syaikh Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy<br /><br />Semua orang yang berakal pasti sepakat bahwa persatuan itu sangat penting dan dibutuhkan oleh umat yang menginginkan kemenengan. Sungguh, syari’at telah memperhatikan hal itu dan bagaimana menjaganya.<br />Pada akhir-akhir ini, berbagai perselisihan silih berganti. Perselisihan memang sudah kepastian yang akan terjadi pada umat. Tapi, perselisihan yang terjadi sekarang ini sudah melampaui batas sehingga perlu adanya wasiat dan pencerahan terhadap makna persatuan.<br />Di antara dalil-dalil yang menjelaskan akan pentingnya menyatukan barisan adalah sebagai berikut.<br />1. Nash-Nash dari Al-Qur’an<br />Sungguh Al-Qur’an telah menjaga persatuan umat. Hal ini dijelaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an, di antaranya Allah Azzawajalla berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan. Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali-Imran: 102-103).<br /><br />“Jikalau Tuhan-mu menghendaki, tentu dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu, dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhan-mu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (Hud: 118-119).<br />Maksud dari firman Allah Ta’ala “Untuk Itulah Allah menciptakan mereka” adalah sebagaimana yang ditafsirkan oleh Ibnu Jarir, orang yang mendapatkan rahmat Allah tidak akan berselisih pada perselisihan yang membahayakan (tafsir Ibnu Jarir, 12/34).<br />Ibnu Abbas ra. menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan mereka menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang dirahmati Allah (tidak akan berselisih), dan kelompok yang tidak dirahmati Allah (akan berselisih). Sehingga, ada di antara mereka yang celaka dan bahagia. (Tafsir Ibnu Jarir, 12/34).<br />2. Menyatukan Barisan adalah Salah Satu Tujuan Allah Mengutus Para Nabi-Nya<br />Para nabi a.a. adalah utusan Allah yang menyerukan untuk menyatukan barisan dengan satu kalimat. Imam Baghawi mengatakan, “Allah telah mengutus para nabi untuk menegakkan agama, menyatukan umat, dan meninggalkan perpecahan serta perselisihan.” (Ma’alim At-Tanzil, Ibnu Jarir Ath-Thabari, hal. 4/122).<br />Sebelumnya, para nabi pun pernah berselisih pendapat, di antaranya Musa a.s. menyelisihi Harun a.s. Dalam firman Allah dijelaskan: “Berkata Musa: ‘Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka Telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti Aku? Maka apakah kamu Telah (sengaja) mendurhakai perintahku?’ Harun menjawab: ‘Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): ‘Kamu Telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku’.”<br />Begitu juga perselisihan yang terjadi antara Hidlir a.s. dan Musa a.s., dan antara Sulaiman a.s. dan Daud a.s. Allah berfirman: “Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah kami berikan hikmah dan ilmu dan telah kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud, dan kamilah yang melakukannya.” (Al-Anbiya’: 78-79).<br />Bahkan, malaikat pembawa rahmat dan malaikat penyiksa pun pernah berselisih pada seorang lelaki yang mati dan telah membunuh seratus orang. (Lihat Itsarul Haqqi ‘Alal Khalqi, Ibnul Wazir, hal. 119).<br />Hanya saja, perselisihan yang terjadi di antara mereka tidak menyebabkan kepada perpecahan dan permusuhan.<br />3. Nash-Nash dari As-Sunnah<br />Rasulullah saw. memerintahkan umatnya untuk menyatukan barisan dan melarang dari perpecahan dan perselisihan.<br />Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah ridha terhadap kalian pada tiga hal, dan membenci kalian pada tiga hal. Yaitu, engkau menyembah-Nya dan tidak menyekutukannya, engkau berpegang teguh pada tali Allah dan jangan kalian berpecah-belah. Dan membenci ucapan katanya, banyak ucapan, dan menyia-nyiakan harta.” (HR Muslim [1715]).<br />Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah memerintahkan Yahya bin Zakariya dengan lima kalimat untuk melaksanakannya dan memerintahkan Bani Isra’il supaya mereka mengerjakannya.” Lalu Nabi saw. bersabda: “Saya perintahkan kepada kalian dengan lima hal yang Allah memerintahkanku dengannya, yaitu untuk mendengar, taat, jihad, hijrah, dan berjama’ah. Karena orang yang menyelisihi jama’ah sejengkal saja, maka dia telah melepas tali Islam dari punggungnya, kecuali bila ia kembai.” (HR Ahmad [16178] dan Tirmidzi [2863]).<br />Berkata Ibnu Umar r.a., Umar telah berkhutbah seraya berkata, “Wahai manusia, saya beridiri di depan kalian adalah mewakili Rasulullah saw., beliau bersabda: ‘Saya wasiatkan kalian dengan para sahabatku, kemudian orang-orang setelah mereka, dan kemudian orang-orang setelah mereka. Sungguh, setelah mereka akan muncul berbagai kedustaan, hingga ada seorang lelaki yang berjanji tapi tidak menepati janjinya. Ada orang yang menjadi saksi tapi kesaksiannya tidak dapat dijadikan sebagai saksi. Dan, tidaklah seorang lelaki berkhalwat dengan seorang wanita kecuali ketiganya adalah syaitan. Hendaknya kalian berjama’ah dan jangan berpecah-belah. Karena syaitan bersama orang yang sendirian, dan syaitan lebih jauh dari orang yang berdua. Barang siapa yang menginginkan baunya surga, maka hendaklah ia melazimi jama’ah’.” (HR Tirmidzi [2165] dan Ahmad [115]).<br />4. Sejarah Para Sahabat Nabi<br />Perbedaan pendapat sering kali terjadi di kalangan para sahabat, tapi hati dan jiwa mereka tetap bersih.<br />Di dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar pernah mengutip penjelasan Al-Qurtubi, orang yang memperhatikan dan mengkaji perselisihan yang terjadi antara Abu Bakar r.a. dan Ali r.a. dengan adil, maka dia akan mengetahui bahwa mereka saling mengakui keutamaannya masing-masing, dan hati mereka tetap terbangun untuk saling menghormati dan mencintai.<br />Dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya berkata, saya pernah mencela Hasan r.a. di depan ‘Aisyah r.a., maka dia berkata, “Jangan kamu mencelanya, karena dia telah mendapatkan bau harum dari Rasulullah saw.” (HR Bukhari [6150]).<br />Begitu juga dengan Ibnu Abbas r.a., ia pernah memuji Ibnu Zubeir di tengah perselisihan yang terjadi di antara mereka berdua. Ibnu Mulaikah berkata, “Di antara mereka berdua pernah terjadi perselisihan sehingga saya mendatangi Ibnu Abbas dan berkata, ‘Apakah engkau ingin membunuh Ibnu Zubeir dengan melanggar aturan Allah?’ Maka Ibnu Abbas berkata, ‘Saya berlindung kepada Allah, sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi Ibnu Zubeir dan Bani Umayah untuk berselisih. Dan saya, demi Allah, tidak akan ikut campur.’ Ada orang yang berkata kepadanya, ‘Orang-orang telah membai’at Ibnu Zubeir.’ Lalu beliau berkata, ‘Apakah perkara itu salah? Bukankah ayahnya adalah seorang hawari (pendamping Nabi saw., yang dimaksud adalah Zubeir), sedangkan kakeknya adalah sahabat Rasulullah saw. ketika di Gua Hira? Abu Bakar, ibunya adalah Asma’, bibinya adalah umul mukminin ‘Aisyah; bibinya juga adalah istri Nabi saw., Khadijah; neneknya adalah bibi Nabi saw., Shafiyah; Abdullah bin Zubeir adalah seorang yang baik dalam keislamannya dan pembaca Al-Qur’an’.”<br />Begitu juga dengan Ibnu Mas’ud r.a., ia sering sekali menyelisihi pendapat Umar bin Khatab r.a. Meski demikian, sungguh hati mereka selalu bersih, tidak ada tempat bagi hawanafsu di hatinya. Perselisihan yang terjadi di antara mereka tidak mengurangi sedikit pun keadilan mereka, dan tidak mengarah kepada permusuhan.<br />5. Jama’ah<br />Di antara nama lain Ahlus Sunnah adalah jama’ah. Mereka sangat bersungguh-sungguh menyerukan kepada persatuan. Bagaimana tidak, mereka adalah jama’ah dan kelompok sawadul a’zham (kelompok mayoritas).<br />At-Thahawi rhm. mengatakan, “Kami berpendapat bahwa jama’ah adalah kebenaran, sedangkan perpecahan adalah kesesatan dan azab.”<br />Imam Nawawi mengomentari hadits berikut, “Dan janganlah kalian berpecah belah,” hadits tersebut merupakan perintah untuk melazimi jama’ah kaum muslimin dan saling lemah lembut antara satu dengan lainnya. Hal ini merupakan salah satu kaedah dalam Islam. (Shahih Muslim bi Syarhi an-Nawawi, Imam an-Nawawi, hal. 11/12).<br />Ibnu Taimiyah rhm. berkata, “Kebaikan adalah semua kebaikan yang mengikuti salafus shaleh (orang-orang terdahulu), memperbanyak pengetahuan terhadap hadits Rasulullah saw., mendalaminya, berpegang teguh dengan tali Allah, melazimi jama’ah, dan menjauhi segala sesuatu yang dapat menyebabkan kepada perselisihan dan perpecahan. Kecuali, bila perkara tersebut jelas-jelas diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan, bila perkara tersebut masih samar, apakah perkataan dan perbuatan ini dapat menyebabkan pelakunya kepada perselisihan atau perpecahan, maka wajib untuk meninggalkannya.” (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah, hal. 6/505).<br />6. Maslahat Jama’ah Tidak Sebanding dengan Mafsadat (Kerusakan) dari Perpecahan<br />Banyak sekali orang yang ingin mencapai suatu maslahat (manfaat) tetapi dengan melaksanakan mafsadah yang dapat menimbulkan perselisihan dan perpecahan. Padahal, kemanfaatan dalam berjama’ah itu sama sekali tidak sebanding dengan kerusakan yang menyebabkan kepada perpecahan dan perselisihan.<br />An-Nu’man bin Basyir r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Membicarakan nikmat Allah adalah syukur dan meninggalkannya adalah kufur (ingkar). Barang siapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, maka dia pun tidak akan bisa mensyukuri nikmat yang banyak. Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak akan bisa bersyukur kepada Allah. Dan, jama’ah adalah barakah sedangkan perpecahan adalah adzab.” (HR Al-Baihaqi dan dihasankan oleh Al-Bani dalam Shahihil Jami’ [3014]).<br />Ibnu Mas’ud r.a. berkata, “Wahai manusia, hendaklah kalian taat dan berjama’ah, karena ia adalah jalan yang paling pokok untuk menuju kepada tali Allah yang telah diperintahkan. Dan, sungguh tidak sukanya kalian ketika berada di suatu jama’ah itu lebih baik daripada kalian bersenang-senang dalam perpecahan.” (HR Al-Lalika’i dalam kitab Syarhu Ushuli I’tiqadi Ahlis Sunnah, hal. 158-159 dan Asy-Syari’ah, Al-Ajrawi, hal. 13).<br />Dalam mengomentari hal ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rhm. berkata, “Apalagi bila perkara tersebut menimbulkan kejahatan yang begitu panjang dan perpecahan Ahlus Sunnah, maka kerusakan yang timbul pada perpecahan ini berlipat ganda dari kesalahan kecil seseorang dalam masalah furu’ (cabang).”<br />7. Kebangkitan Islam Membutuhkan Penyatuan Barisan<br />Kalaulah perkara jama’ah dan penyatuan barisan merupakan perkara yang sangat penting, maka tentunya hal itu sekarang lebih dibutuhkan untuk mewujudkan kebangkitan Islam.<br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Perpecahan yang terjadi pada umat Islam, para ulama, dan para syaikhnya, serta para pemimpin dan pembesarnya sangat disukai oleh musuh-musuh Islam. Dan, hal itu bisa terjadi lantaran mereka meninggalkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, ‘Dan di antara orang-orang yang mengatakan: ‘Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani,’ ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya. Maka kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat, dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan.” (Al-Maidah: 14).<br />Tatkala orang meninggalkan apa-apa yang telah Allah perintahkan kepada mereka, pasti akan terjadi permusuhan dan kebencian di antara mereka. Bila suatu kaum sudah berpecah-belah, pasti mereka akan rusak dan hancur; bila berjama’ah, mereka akan mendapatkan kebaikan. Karena, jama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab (siksa).” (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah, hal. 3/421).<br />Sarana Penyatuan Barisan<br />Di antara sarana untuk menyatukan barisan adalah sebagai berikut.<br />1. Mengetahui pentingnya penyatuan barisan.<br />Kaum muslimin harus meyakini pentingnya penyatuan barisan dan menyebarluaskan hadits-hadits yang berkenaan dengan hal itu hingga benar-benar mengetahui dan yakin akan hal tersebut.<br />2. Menguatkan tali hubungan.<br />Di antara sarana yang dapat membantu terwujudnya penyatuan barisan adalah dengan menguatkan hubungan antara para aktivis dan da’i serta kaum muslimin secara umum. Hal ini bisa dilakukan di sela-sela hubungan pribadi, silaturrahmi, berkumpul, menegakkan syari’at bersama, dan saling membantu dalam pekerjaan ataupun yang lainnya.<br />Hubungan saudara sesama muslim yang disertai dengan rasa cinta akan membuka pintu dialog ketika terjadi perselisihan. Kecintaan tersebut akan menjembatani perselisihan yang terjadi di antara mereka. Berbeda halnya bila mereka tidak pernah berhubungan. Kemungkinan besar akan sulit untuk disatukan.<br />3. Menimbang perkataan yang benar.<br />Tidaklah seorang muslim merasa keberatan untuk menyatukan barisan, kecuali di hatinya ada nifaq dan tidak suka untuk menolong agama Allah. Tidaklah seseorang cukup berhujah dengan kebenaran, tapi dia juga harus memperhatikan beberapa hal berikut.<br />1. Hendaknya kebenarannya benar-benar jelas dan nyata.<br />Banyak masalah yang menghalangi tercapainya kesatuan barisan. Contohnya permasalahan-permasalahan ijtihad yang cakupannya sangat luas. Dalam hal ini tidak mungkin bisa disatukan, sehingga tidak seyogyanya satu sama lain saling mengingkarinya, terlebih saling bermusuhan. Atau, dalam hal pelaksanaan jihad, sungguh dalam perkara ini sangat luas sekali pembahasannya. Sehingga, seyogyanya seorang muslim tidak cepat menghukumi orang lain yang belum bisa berjihad sebelum melakukan pembahasan yang mendalam mengenai hal ini.<br />2. Hendaknya kebenaran tersebut disertai dengan penjelasan dan ilmu.<br />Imam Bukhari dalam kitab Jami’ush Shahih mengutip perkataan Imam Ali r.a., “Ceritakanlah kepada manusia dengan apa yang bisa mereka mengerti, apakah engkau senang bila dia mendusatakan Allah dan Rasul-Nya?” (HR Bukhari, Kitabu al-Ilmi, no. 124).<br />‘Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata, “Tidaklah engkau megatakan suatu perkataan kepada suatu kaum yang tidak bisa dicapai oleh akal mereka, kecuali akan menimbulkan fitnah pada sebagian mereka.” (HR Muslim dalam muqaddimah shahihnya).<br />3. Hendaknya menjelaskan kebenaran dengan metode yang sesuai.<br />Seorang muslim seyogyanya berbuat adil dan menjauhi kezhaliman. Selain itu, ia juga harus paham bahwa tanggung jawabnya dalam menyampaikan kebenaran adalah untuk menyatukan barisan kaum muslimin.<br />4. Hendaknya dalam menjelaskan kebenaran dilakukan oleh orang yang pantas.<br />Hendaknya seseorang berdakhwah sesuai dengan kedudukannya masing-masing, seperti seorang pejabat berdakwah di kalangan para pejabat dan lainnya. Sekalipun, hal ini tidak mutlak.<br />5. Setelah sempurnanya penjelasan kebenaran, hendaknya tidak terburu-buru menjelaskan hal yang dapat menimbulkan perselisihan.<br />Permasalahan yang bertele-tele dan tidak ada gunanya hanya akan membawa kepada perselisihan dan perpecahan umat.<br />4. Adil dalam menghukumi kesalahan.<br />Seorang muslim tidak mungkin terlepas dari kesalahan, kecuali Nabi Muhammad saw., sekalipun orang tersebut bertakwa, berilmu, dan wara’.<br />Sebagaimana telah diketahui, kesalahan merupakan perkara yang bertingkat-tingkat. Seperti halnya dosa, ada dosa-dosa besar dan ada dosa-dosa kecil. Salah dalam perkara yang sudah nyata kebenarannya tidak sama dengan kesalahan pada perkara yang masih samar. Menyelisihi dalil yang sudah jelas-jelas shahih tidak sama dengan menyelisihi dalil yang masih muhtamal (yang masih ada kemungkinan shahih, hasan, atau dhaif) atau fatwa para ulama.<br />Tatkala telah jelas penjelasan akan kesalahan seorang ulama atau da’I, hendaknya ia adil dalam hal itu dengan menjauhi kesalahan tersebut, menjauhi sifat berlebih-lebihan dalam semua hal, dan menjauhi perselisihan dan perpecahan.<br />5. Setiap orang mempunyai kelebihan.<br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rhm. berkata, “Ini adalah inti pembahasan pada bab ini. Seorang mujtahid yang berpegang pada dalil yang dilakukan oleh seorang imam, penguasa, ulama, pengamat, mufti, dan selainnya, apabila telah berijtihad dan berlandaskan kepada dalil, maka bertakwalah kepada Allah semampunya. Karena, inilah yang dibebankan Allah kepadanya. Orang yang menaati Allah, maka baginya pahala, maka bertakwalah semampunya dan Allah tidak akan membebani seseorang di luar kemampuannya. Berbeda halnya dengan orang-orang yang berpaham Jahmiyah, Mu’tazilah, dan Qadariyah.” (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah: 19/216-217).<br />Beliau juga berkata, “Adapun para Nabi–semoga Allah meridhai mereka semua—mereka adalah sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama, yaitu ma’shum dari dosa. Adapun, orang-orang yang jujur, para syuhada`, dan orang-orang shalih, mereka bukanlah orang-orang yang ma’shum. Orang yang berijtihad terkadang mendapatkan pahala dan tekadang salah. Apabila mereka berijtihad dan benar ijtihadnya, maka baginya dua pahala; sedangkan mereka yang berijtihad dan salah, maka baginya satu pahala atas kesungguhan ijtihadnya, dan kesalahan mereka diampuni. Adapun orang-orang sesat, mereka menjadikan kesalahan dan dosa sebagai hal biasa. Bahkan, terkadang mereka berbuat melampaui batas. Mereka mengklaim diri mereka ma’shum. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa orang beriman dan berilmu tidak ma’shum tapi juga tidak berdosa.” (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah, hal: 35/69).<br />6. Saling menghormati.<br />Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, manusia tidak ada yang ma’shum, kecuali Nabi saw. Akan tetapi, kebanyakan para aktivis tidak menyadari hal ini. Tatkala ada seorang ulama yang berbuat salah, mereka langsung mengkritik dan menjatuhkannya tanpa memperhatikan aturan-aturannya.<br />Hendaknya para ulama dan aktivis saling bermuamalah dengan baik, saling menghormati, baik dengan orang yang lebih tua atau yang lebih kecil.<br />7. Hendaknya tidak disibukkan mencari-cari kesalahan manusia.<br />Seorang muslim diperintahkan untuk menjaga lisannya dan menjaga kehormatan kaum mukminin. Lalu, bagaimana dengan orang yang hanya disibukkan mencari-cari kesalahan saudaranya semuslim? Maka, hendaknya orang yang sering disibukkan mencari-cari kesalahan orang lain mengintrospeksi diri, boleh jadi hal itu hanya dilatarbelakangi oleh hawa nafsu.<br />8. Menghormati orang yang lebih tua.<br />Syariat telah memerintahkan kita untuk bertawadhu’ (rendah hati). Kesalahan mereka tidaklah sama dengan kesalahan selain mereka. Oleh sebab itu, hendaknya selalu dijaga kedudukan mereka. Bila ada kesalahan, perkara mereka berbeda dengan selain mereka.<br />Sa’id bin al-Musayyib rhm. berkata, “Tidak ada orang terhormat, berilmu, dan orang yang mempunyai keutamaan, kecuali ia pasti mempunyai aib. Akan tetapi, hendaknya orang lain tidak perlu menyebut-nyebut aibnya. Karena, bagi siapa yang keutamaannya lebih banyak daripada kekurangannya, maka kekurangannya akan ditutupi dengan keutamaannya.” (Al-Kifayah, hal. 102 dan Jamiu Bayani al-Ilmi wa Fadlihi, hal. 2/821).<br />Imam Ibnul Qayim rhm. berkata, “Barang siapa yang memiliki ilmu syar’i dan dia mempunyai kedudukan yang mulia dalam Islam, terkenal dengan keshalihan dan akhlak baiknya, apabila ia berijthiad dan salah—karna ia tidak terlepas dari kesalahan—maka dia tetap mendapatkan pahala atas ijtihadnya, dan orang lain tidak boleh mengikuti ijtihadnya yang salah, dan tidak boleh kita menjatuhkan nama baiknya di depan kaum muslimin.” (I’lamu al-Muwaqi’in, Ibnul Qayim, hal. 3/282).<br />9. Menjauhi perselisihan.<br />Perselisihan biasanya berawal dari kesalahan, peremehan, hawa nafsu, dan sifat berlebih-lebihan.<br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rhm. berkata, “Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus dijaga, di antaranya orang yang diam sama sekali pada permasalahan ini—apakah orang kafir melihat Tuhan mereka—… Oleh sebab itu, tidak sepantasnya bagi orang berilmu menjadikan permasalahan ini sebagai tameng untuk mengutamakan saudara-saudaranya yang ia sukai dan memojokkan kaum muslimin lainnya yang tidak ia sukai. Karena, yang seperti inilah yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan, hendaknya jangan membawa permasalahan ini kepada kaum muslimin yang masih awam, dikhawatirkan akan muncul fitnah di antara mereka. Kecuali, kalau ada seseorang yang bertanya, maka jawablah sesuai dengan kadar ilmu yang kamu miliki.” (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah, hal. 6/503-504).<br />Beliau juga berkata, “Adapun perselisihan dalam masalah hukum, maka hal itu banyak terjadi di kalangan para sahabat. Sebagaimana sahabat Abu Bakar r.a. dan Umar r.a., keduanya adalah sayyid-nya kaum muslimin. Keduanya berselisih, tetapi keduanya tidak ada maksud apa pun kecuali kebaikan. Nabi saw. bersabda kepada para sahabatnya, ‘Jangan salah seorang di antara kalian shalat ashar kecuali setelah sampai di Bani Quraizhah.’ Akhirnya ketika mereka berada di tengah-tengah perjalanan, waktu shalat ashar pun tiba. Sekelompok dari mereka berkata, ‘Kita tidak akan shalat ashar kecuali setelah sampai di Bani Quraizhah.’ Sekelompok yang lain berkata, ‘Kami tidak ingin mengakhirkan shalat.’ Sehingga mereka pun shalat ketika berada di perjalanan, dan tidak ada seorang dari dua kelompok tersebut yang saling mencela.” (HR Bukhari dan Muslim), (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah, hal. 24/173).<br />10. Membedakan antara perbedaan pendapat dengan perbedaan hati.<br />Tidak mengapa terjadinya perbedaan pendapat dan ijtihad. Tetapi, kaum muslimin harus mewaspadai bila terjadi perbedaan hati. Nabi saw. telah mengingatkan para sahabatnya dari hal itu. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a., ia berkata, saya telah mendengar seseorang yang membaca sebuah ayat, dan bacaannya berbeda terhadap apa yang telah saya dengar dari bacaan Nabi. Lalu saya datang kepada beliau dan menceritakan kejadian tersebut. Dari wajah beliau terpancar seolah-olah beliau tidak suka dengan kejadian tersebut. Kemudian beliau bersabda, “Kalian berdua adalah baik, tapi jangan kalian berselisih karena orang-orang terdahulu hancur akibat mereka berselisih.” (HR Bukhari, no. 3217).<br />11. Perselisihan itu pasti terjadi.<br />Perselisihan itu pasti terjadi dan sulit untuk dihindarkan. Tetapi, apabila ingin menyatukan barisan, perbedaan pendapat harus diminimilasasi dan berusaha untuk menyatukannya. Kecuali, pada hal-hal yang Islam memang memberi kelonggoran di dalamnya untuk berselisih seperti halnya dalam masalah furu’.<br />12. Membuka forum dialog disertai dengan akhlak yang baik.<br />Di antara cara meminimilasasi terjadinya perbedaan pendapat adalah dengan membuka berbagai forum dialog, karena dengannya akan didapati titik temunya. Bila kita amati, membuka forum dialog pun telah diajarkan oleh para salaf. Mereka berselisih dan berbeda pendapat, tetapi kemudian mereka membuka forum dialog dengan cara yang baik.<br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rhm. berkata, “Para ulama dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan orang-orang setelah mereka pernah berselisih dalam suatu perkara, tetapi mereka tetap mengikuti perintah Allah Ta’ala. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa’: 59). Mereka saling tukar pikiran dalam suatu masalah, bermusyawarah, dan saling menasihati. Terkadang mereka berselisih dalam masalah ilmu ataupun perbuatan, tetapi mereka tetap menjaga hubungan persaudaraan.” (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah, hal. 24/172).<br />13. Berusaha untuk mendamaikan antara dua orang yang berselisih.<br />Di antara unsur yang tak kalah pentingnya dalam menyatukan barisan umat ini adalah mengadakan perdamaian. Sebelum terjadinya permusuhan di antara sesama kaum muslimin, maka harus didamaikan. Allah telah berfirman: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya!” (Al-Hujarat: 9).<br />Nabi saw. juga mengkuatkan pentingnya peranan ini. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad bin As-Saaidy r.a., telah sampai kabar kepada Rasulullah bahwa Bani Auf bin Amru berselisih, maka kemudian Rasulullah saw. keluar mendamaikannya. (HR Bukhari [1224] dan Muslim [421]).<br />Sumber: (Majalah Islamiyah Syahriyah Al-Bayan, [Juli, 2002], hal. 30-36)</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-18876875877733106242009-12-13T15:22:00.000+07:002010-01-15T15:24:26.837+07:00Kewajiban Berdakwah Seorang Muslim<div style="text-align: justify;">Dr. Ibrahim Syeta Tsani <br /><br />Dakwah secara terminologi adalah menyeru untuk melakukan sesuatu atau meninggalkannya, baik kebenaran ataupun kebatilan. <span class="fullpost"> Ahmad bin Faris mengatakan, "Dakwah adalah menyerukan sesuatu dengan suara dan perkataan dari kamu."(Al-Mu'jamu Al-Wasith, Ahmad Faris, hlm. 286).<br />Secara etimologi, para ulama mendefinisikan dengan berbagai pengertian. Tapi, kami akan meringkas menjadi dua definisi yang lebih lengkap dan sesuai dengan tema ini.<br />1. Dakwah yaitu menyampaikan Islam kepada manusia, mengajarkannya kepada mereka, dan mengaplikasikannya dalam realita kehidupan.<br />2. Dakwah yaitu penyampaian dakwah Islam kepada manusia di semua tempat dan waktu dengan menggunakan berbagai metode dan sarana yang sesuai dengan kondisi objek dakwah.<br />Dari pengertian itu, maka seroang aktivis adalah penyampai dakwah ini. Ia sebagai pahlawan yang akan mengentaskan umat Islam dari kesesatan kepada petunjuk. Yel-yel dakwah mereka adalah firman Allah Ta'ala (yang artinya), "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh, dan berkata, 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri'." (Fushilat: 33).<br />Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Sungguh, bila Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui perantara kamu maka itu lebih baik bagi kamu dari pada unta merah." (HR Bukhari no. 3498, Muslim no. 2406, dan Ahmad no. 22872).<br />Hukum Berdakwah<br />Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rhm. mengatakan, "Dakwah adalah wajib hukumnya bagi siapa yang mengikuti Rasulullah saw. dan mereka adalah bagian dari umatnya. Kewajiban ini berlaku bagi setiap kelompok, yaitu fardhu kifayah, kewajiban yang gugur pada sebagian kelompok bila telah ada sebagian yang lain melaksanakannya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala, 'Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan' (Ali-Imran: 104)." (Majmu' Fatawa, Ibnu Taimiyah, hlm. 8/20).<br />Syaikh Bin Baz rhm. menjelaskan, "Para ulama telah menjelaskan bahwa hukum berdakwah adalah fardhu kifayah sesuai dengan wilayah tempat aktivis tersebut berdakwah. Karena, setiap wilayah dan negara pasti membutuhkan dakwah. Oleh karena itu, disebut dengan fardhu kifayah, yaitu bila telah ada yang melaksanakannya dan cukup, maka gugur kewajiban berdakwah bagi lainnya. Sehingga, berdakwah bagi lainnya menjadi sunnah mu'akkaddah (sunnah yang ditekankan) dan menjadi amal shaleh bagi mereka. Tapi, ketika jumlah aktivisnya sedikit, kemungkaran merajalela, dan banyak kebodohan-seperti kondisi kita hari ini-, maka hukum berdakwah menjadi fardhu 'ain yang dibebankan kepada setiap individu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bila penduduk negara atau wilayah tertentu tidak ada yang melaksanakan dakwah ini, maka mereka semua berdosa dan kewajibannya meluas. Maka, hendaknya setiap orang berdakwah sesuai dengan kemampuan dan tempatnya masing-masing. Adapun bila ditinjau dari keumuman negara-negara yang ada, maka wajib akan adanya sekelompok orang yang berdakwah menyampaikan risalah Allah dan menjelaskan perintah-perintah-Nya dengan menggunakan berbagai cara yang memungkinkan." (Dakwah Ila Allah wa Akhlaqud Du'at, Syaikh bin Baz, hlm: 20-21).<br />Kewajiban Bagi Para Aktivis<br />Berangkat dari definisi dakwah, maka kewajiban yang paling mendasar bagi para aktivis adalah menyampaikan agama Islam kepada manusia dan menunjukkan mereka ke jalan yang telah ditapaki oleh para nabi dan rasul. Yaitu, menetapkan akan keberadaan Allah Ta'ala dan mengesakan-Nya dalam peribadatan. Allah Ta'ala berfirman, "Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu'." (An-Nahl: 36). Dan, firman Allah Ta'ala, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku'." (Al-Anbiya': 25).<br />Inti dari kewajiban ini adalah memerintahkan kepada kebaikan dan dan mencegah dari kemungkaran. Ia adalah risalah yang sangat agung dan kewajiban yang sangat tinggi kemuliaannya, karena ia adalah hubungan dengan para makhluk yang berada di bumi ini, mereka adalah para nabi dan rasul, sejak Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad saw.<br />Fungsi adanya para aktivis (da'i) yang paling utama adalah menyampaikan dan menyeru manusia kepada petunjuk Allah. Ini adalah kewajiban yang sangat agung yang harus disertai dengan kesadaran dan berfariasinya metode dalam berdakwah. Nabi Muhammad saw. telah menjelaskan mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban ini. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id Al-Khudry r.a., ia berkata, "Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: 'Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, bila tidak bisa maka dengan lisannya, bila tidak bisa maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman'." (HR Muslim no. 449 dan Ibnu Majah no. 4013).<br />Bila diamati secara mendalam, hadits ini menjelaskan tahapan-tahapan melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar sebagai berikut.<br />1. Mengenali kemungkaran dan bentuk-bentuknya.<br />2. Memperkenalkan kemungkaran dengan cara menjelaskan kepada manusia mengenai hakikat kemungkaran supaya mereka berhati-hati.<br />3. Saling menasihati.<br />4. Memperingatkan dengan tegas untuk meniggalkan kemungkaran.<br />5. Menghilangkan kemungkaran dengan tangan bagi seorang penguasa. Menghilangkan kemungkaran dengan tangannya bisa dengan cara menghukum pelakunya.<br />Seorang aktivis harus benar-benar memperhatikan tahapan-tahapan ini, mulai dari yang mudah sampai kepada menjauhi kemungkaran. Yang mudah contohnya adalah memberi kabar gembira bagi orang yang berbuat kebaikan, dan sebaliknya. Nabi saw. telah memilih Mu'adz dan Abu Musa untuk menyampaikan dakwah dan menyebarkannya di Yaman. Beliau berwasiat kepada keduanya dengan nasihat yang sangat mulia. Beliau bersabda, "Mudahkanlah dan jangan kamu persulit, dan berilah kabar gembira dan jangan kamu membuat mereka lari." (HR Bukhari no. 19757).<br />Kewajiban Para Aktivis (Da'i)<br />Ada tiga kewajiban yang sangat mendasar bagi seorang aktivis, yaitu sebagai berikut.<br />1. Memahami tabi'at dakwah dan ruang lingkupnya. Karena, terkadang ada beberapa da'i yang mengira bahwa dakwah kepada tauhid adalah hanya memperbaiki tashawwur (pemahaman) manusia dalam memahami tauhid rububiyah, pengertian uluhiyah dan manhaj Ahlus Sunnah dalam masalah nama dan sifat Allah. Mereka menganggap hal itu sudah cukup tanpa menjelaskan secara lengkap mengenai kemuliaan akidah ini untuk realita kehidupan manusia dan kepribadian mereka, untuk aturan masyarakat, untuk syi'ar mereka, dan lain sebagainya. Pada dasarnya tahapan dakwah yang pertama adalah menanamkan aqidah, baru kemudian permasalahan lain menyusul setelah tertanamnya aqidah.<br />Nabi Saw. telah menyeru kaumnya kepada tauhid yang murni di Mekah. Beliau bersungguh-sungguh dalam mengubah berbagai penyimpangan yang terjadi di masyarakat. Itu semua tak terlepas dari tauhid. Cukuplah surat makiyah berikut ini dapat mengobati masyarakat. Allah berfirman, "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, yaitu hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?" (Al-Muthaffifin: 1-6). Tidakkah kamu melihat, bagaimana hubungan dakwah kepada keadilan dengan iman kepada Allah dan hari akhir?<br />2. Mengetahui waktu. Kesadaran yang tinggi terhadap realita yang terjadi di masyarakat yang menjadi ruang gerak dakwah adalah sangat penting. Ada orang bijak mengatakan, "Semoga Allah memberi rahmat orang yang mengetahui waktunya. Karena, jalannya pasti akan menjadi lurus." Sungguh mengetahui kondisi waktu, kondisi manusia yang ada di dalamnya, mengetahui bahaya yang mengancam umat, baik dari luar maupun dalam, mengetahui kekuatan dan kelemahan musuh, dan yang semisal itu adalah tuntutan syar'i yang tanpanya dakwah tidak akan lurus. Tanpa mengetahui realita, seorang muslim tidak akan mungkin menerapkan kaedah "Mendatangkan mashlahat dan menghilangkan berbagai kerusakan", "Melaksanakan kesalahan yang paling kecil di antara dua kesalahan", "Menutup pintu kejelekan", dan sebagainya dari tuntunan dakwah dan dasar-dasar hukum. Barang siapa yang melakukan hal ini tanpa mengetahui kondisi waktu, keadaan kaum muslimin, dan realita mereka, maka dakwahnya tidak akan aman dan fatwa-fatwanya akan menjerumuskan kaum muslimin kepada kehancuran dan kerusakan.<br />Ringkas kata, bahwa mengetahui waktu, mengetahui realita, dan mengetahui permasalahan umat, baik dari dalam maupun dari luar, merupakan tuntutan syar'i, terlebih pada hari ini. Tidak akan lurus dakwah seseorang tanpa bersandar pada dasar ini. Sungguh, orang yang menyelisihi hal itu pasti akan membawa bahaya bagi dakwah dan membuka pintu fitnah yang sangat luas bagi manusia dan akan memadamkan cahaya dakwah.<br />3. Kesadaran yang penuh terhadap sifat-sifat para objek dakwah, kepribadian, dan tabi'at mereka. Karena, sifat dan tabi'at para objek dakwah menjadi satu, tapi sifat mereka bermacam-bermacam. Di antara mereka ada yang ridha, menerima, dan ikut berdakwah. Di antara mereka juga ada yang sudah jauh-jauh mengunci hatinya dan menutup pendengarannya dari dakwah. Di antara mereka juga ada yang terang-terangan menolak dakwah, bahkan mencela, menyakiti, dan mengusir para akitivis. Terlebih bila yang menolak adalah orang yang mempunyai kekuasaan, maka dia akan menggunakan kekuasaannya untuk menyakiti, menyiksa, mengitimidasi, dan bahkan sampai membunuh. Oleh sebab itu, seorang aktivis harus mengetahui sifat-sifat orang yang akan dijadikan objek dakwah, qana'ah dan terus-menerus memperbaiki kepribadiannya serta berdakwah dengan penuh hikmah, nasihat yang baik, dan berdiskusi dengan cara yang baik. Dan, tidak ada cara lain supaya dakwah berhasil kecuali dengan dua hal: mempunyai ilmu yang benar dan disertai dengan keimanan.<br />Pokok Aktivitas Dakwah di Bawah Naungan Pemerintahan Non-Muslim<br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rhm. Berkata, "Sesungguhnya pertimbangan yang harus dilaksanakan oleh seorang mukmin ada dua hal: pertama, benci tinggal di dalamnya. Kedua, tetap tinggal di dalamnya bila maslahatnya lebih besar daripada mafsadahnya (kerusakannya), atau meninggalkannya karena mafsadahnya lebih besar terhadap agamanya. Dan, menghilangkan mafsadah yang besar dengan melaksanakan mafsadah yang paling kecil di antara keduanya atau dengan mendatangkan mashlahat yang lebih besar dengan melaksanakan sesuatu yang mafsadahnya lebih kecil. (Majmu' Fatawa 15/253).<br />Dalam kaedah ushul fiqih dikatakan, "Bila terkumpul antara mashlahat dan mafsadah, maka yang diamalkan adalah yang paling benar di antara keduanya." Begitu juga dengan berdakwah di bawah naungan pemerintahan yang tidak berhukum dengan syari'at, tidak akan tercapai sebuah kemashlahatan kecuali dengan melaksanakan kemudharatan yang lebih kecil. Dan, kemudharatan tidak akan hilang dan musnah kecuali dengan mengorbankan kemashlahatan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Adanya syari'at adalah untuk mencapai kemashlahatan, menyempurnakannya, dan untuk menghilangkan kemudharatan atau memperkecil kemudharatan. Dengannya dapat menimbang antara dua kebaikan, mana yang lebih baik dan antara dua kejelekan mana yang lebih ringan kejelekannya. Dan, dengan adanya syari'at juga untuk mencapai kemashlahatan yang lebih besar dengan melaksanakan sesuatu yang mafsadahnya lebih kecil dan menghilangkan mudharat yang lebih besar dengan mengorbankan kemashlahatan yang kecil." (Majmu' Fatawa 20/48).<br />Dari sini dapat disimpulkan bahwa kaedah pokok untuk menimbang antara mashlahat dan mafsadah pada dasarnya ada dua hal.<br />1. Melaksanakan mafsadah yang lebih kecil untuk mencegah mafsadah yang lebih besar atau untuk mencapai kemashlahatan yang lebih besar.<br />2. Mengorbankan mashlahat yang kecil untuk mencapai mashlahat yang besar atau untuk mencegah mafsadah yang lebih besar.<br />Berikuti kisah Nabi Allah, Yusuf, a.s. Beliau adalah wakilnya Fir'aun di Mesir. Fir'aun dan kaumnya adalah orang-orang musyrik. Allah Ta'ala berfirman, "Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Yusuf: 39-40).<br />Yusuf a.s. bekerja dengan sangat adil dan baik, menyeru mereka kepada keimanan ketika ada kesempatan. Yusuf tidak mungkin bisa melakukan semua keinginannya karena kaumnya tidak mau menerimanya. Tapi, beliau tetap berbuat adil dan baik. Beliau berada di bawah kekuasan untuk memuliakan orang-orang beriman yang tidak mungkin dapat mencapainya tanpa perantara tersebut. Hal ini termasuk makna yang terkandung dalam firman Allah Ta'ala, "Bertakwalah kepada Allah semampu kalian." (At-Taghabun: 16).<br />Akhlak Seorang Da'i di Bawah Naungan Pemerintahan yang Tidak Menegakkan Syari'at Islam<br />Untuk mencapai kesuksesan dalam berdakwah di bawah pemerintahan yang tidak menerapkan syari'at Islam, seorang da'i harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.<br />1. Mengetahui aturan dan system politik yang berlaku di negaranya dan selalu memantau perkembangannya. Hal itu ditujukan supaya tidak salah langkah dalam berdakwah di negara yang tidak menegakkan syari'at Islam.<br />2. Ikut berpartisipasi dengan pemerintah dalam berbagai kegiatan kemanusiaan dan sosial. Karena, dalam kegiatan seperti itu pasti pemerintah membutuhkan partisipasi dari para aktivis untuk mengembangkan dan memajukan masyarakat.<br />3. Waspada bila dakwah Islam hanya dimanfaatkan untuk kepentingan partai politik tertentu. Maka seorang da'i jangan mengumumkan keikutsertaannya dalam partai politik atas nama dakwah. Karena, hal itu akan meyebabkan perpecahan dengan para da'i yang berada di partai politik lain.<br />4. Bermuamalah dengan baik terhadap kaum muslimin dan selalu mendorong mereka untuk berbuat baik dan menuntut ilmu.<br />5. Memilih orang yang tepat untuk mengemban dakwah dan menyampaikannya dengan penuh hikmah serta memilih metode yang tepat dalam menghadapi orang-orang non-muslim, sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Allah Ta'ala berfirman, "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan." (Al-An'am: 108).<br />6. Mempunyai kemampuan di depan masyarakat dalam berinteraksi dengan mereka dan memiliki kemampuan untuk menghilangkan kejelekan yang ada di setiap jiwa anggota masyarakat sebaga objek dakwah.<br />7. Menyebarkan dan membuka tempat-tempat pendidikan agama Islam di masyarakat.<br />8. Berusaha untuk menyatukan barisan para aktivis dengan berlandaskan Islam, bukan kabilah, suku, atau bangsa.<br /><br />Sumber: Diadaptasi dari "Wazhifatud Da'iyah Wa Akhlaqiyah fi Zhilli Sulthat Ghaira Islamiyah" , Dr. Ibrahim Syeta Tsani</span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-58859048528749550992009-02-02T21:07:00.001+07:002010-01-15T21:38:57.721+07:00Ulasan Tuntas, Siapa Rabbmu? Apa Agamamu? Siapa Nabimu?<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S1B7gvrUf9I/AAAAAAAAAME/XtWcp7pMDRQ/s1600-h/Sarah3Pokok.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S1B7gvrUf9I/AAAAAAAAAME/XtWcp7pMDRQ/s200/Sarah3Pokok.jpg" /></a><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: large;">Buku ini berjudul Ulasan Tuntas Tentang Tiga Prinsip Pokok, Siapa Rabbmu? Apa Agamamu? Siapa Nabimu? Yaitu syarah/penjelasan kitab Al Ushuluts Tsalatsah yang ditulis oleh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi.</span><br />
<span style="font-size: large;">Buku ini sangat baik sekali bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam memperteguh keimanan. Karena secara keseluruhan isi buku ini membahas aqidah islam yang sebenarnya. Mengajarkan kita menempatkan diri sebagai hamba, dan mencintai rasulnya.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: large;">Judul Asli : Syarhu Tsalatsatil Ushul</span><br />
<span style="font-size: large;">Penulis : Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin</span><br />
<span style="font-size: large;">Penerjemah : Zainal Abidin Syamsuddin, Lc dan Ainul Haris Arifin, Lc<br />
</span><br />
<span style="font-size: large;">Tebal : 284 lembar</span><br />
<span style="font-size: large;">Harga : Rp. 40.000,-<br />
</span><br />
<span style="font-size: large;"><br />
</span><br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-85896141508143537972009-02-02T19:48:00.000+07:002010-01-12T19:56:29.062+07:00KITAB MINHAJUL MUSLIM. Penjelasan Aqidah, Fiqh, Muamalah Lengkap<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0xvRRIeeoI/AAAAAAAAAJk/qrFgZ5ErO2Y/s1600-h/Minhajulmuslim.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/_lK4gjrBuA3I/S0xvRRIeeoI/AAAAAAAAAJk/qrFgZ5ErO2Y/s200/Minhajulmuslim.jpg" width="120" /></a><br />
</div>Kitab Minhajul Muslim adalah Kitab Instan sebagai panduan bagi seorang muslim dalam memahami ajaran Islam. <br />
<a name='more'></a>Di dalamnya terdapat 5 BAB yang membahasa pokok-pokok urusan penting seorang muslim sebagai panduan hidup di dunia ini. Bab-bab tersebut adalah;<br />
<br />
BAB I. Akidah<br />
BAB II. Etika (Adab) <br />
BAB III. Aklaq<br />
BAB IV. Ibadah<br />
BAB V. Muamalah<br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script><br />
<br />
<u><b>ENSIKLOPEDIA MUSLIM - MINHAJUL MUSLIM </b></u><br />
<i><b>Pengarang: Abu Bakr Jabir Al-Jazairi</b></i><br />
Penerjemah: Fadhli Bahri, Lc <br />
Tebal 732 halaman<br />
<br />
Harga : Rp. 95.000,-<br />
(Belum termasuk ongkir)<br />
<br />
Untuk pemesanan silakan <a href="http://mentalis2000.blogspot.com/2009/01/contact.html">KLIK DISINI</a><br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-92179778585635322052009-01-01T20:49:00.000+07:002010-01-14T17:24:44.666+07:00Download<div style="text-align: center;">Mohon maaf, untuk sementara halaman Download masih dalam pembangunan.<br />
</div><div style="text-align: center;">Klik <a href="http://mentalis2000.blogspot.com/">DI SINI</a> untuk menuju ke halaman utama. Terimakasih atas kunjungannya.<br />
</div><br />
<br />
<br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1154126408858950081.post-54822786976651479482009-01-01T20:40:00.000+07:002010-01-14T17:25:29.040+07:00ProductMohon maaf, halaman sementara dalam pembangunan ... Terimakasih telah berkunjung.<br />
Silakan klik <a href="http://mentalis2000.blogspot.com/">DI SINI</a> untuk menuju halaman utama.<br />
<br />
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=pADkJE2UWRs%3D&cid=1mKE6FR8OXo%3D&chan=EURRcDsq5iY%3D&type=2&title=000000&text=000000&background=FFFFFF&border=FFFFFF&url=000000" type="text/javascript">
</script>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10021977544632007478noreply@blogger.com