Adsense Indonesia

Monday, January 4, 2010

Lihat Masjid Kita..., Betapa Dahsyat Kekuatannya….!

Zul Fahmi, Desember 2008


Ketika Nabi Muhammad SAW diutus menjadi rasul dan penutup dari semua nabi dan rasul. Maka saat itu Madinah ataupun Mekah merupakan daerah yang sangat terpencil, jauh dari keramaian dan hingar bingarnya kota, serta dengan kondisi masyarakat yang sangat jauh terbelakang kehidupanya. Sebagian besar penduduknya hidup mengembara untuk berdagang ke luar kota, dan sebagian yang lain
hidup bercocok tanam dengan jenis tanaman dan kondisi tanah yang seadanya. Masyarakat Arab adalah masyarakat yang suka dengan kekerasan, peperangan dan perselisihan. Secara moral, mereka hidup dengan penuh kerusakan, senang berzina, mabuk-mabukan, meribakan uang, merampas hak orang lain dan lain sebagainya. Mereka hidup secara bebas dan jauh dari pengaruh peradaban dan keangkuhan dua kekuasaan adidaya ketika itu yaitu Persi dan Romawi.



Namun dari tanah Arab yang asing dan tandus tersebut, meletuslah sebuah revolusi yang besar dan maha dahsyat, yang membuat mata semua manusia terbelalak kagum. Dan pihak yang paling terkejut dengan revolusi kaum muslimin tersebut adalah kerajaan Persi dan Romawi, karena pada akhirnya kaum musliminlah yang ternyata telah merobohkan kekuasaanya dan mengakhiri sejarah kebesarannya.

Kesuksesan revolusi yang dilakukan kaum muslimin pada waktu itu, tercatat sebagai sebuah revolusi yang sangat gemilang. Mereka berhasil menakhlukkan wilayah yang luasnya hampir sepertiga dunia yakni dari arah barat Andalusia hingga ke arah timur pegunungan Himalaya kemudian membangun sebuah peradaban yang bersih dan kokoh selama berabad-abad lamanya. Dan semua kesuksesan itu telah dimulai dan dibangun oleh Rasulullah SAW Perintisannya dari masjid beliau yang sangat sederhana yaitu masjid Nabawi di Madinah. Di masjid inilah Rasulullah membangun serta menjadikannya sebagai pusat kegiatan dan markas seluruh langkah-langkah dakwahnya. Dan tidak ada tempat lain untuk melakukan semua itu kecuali di masjidnya.

Dari sejarah tersebut bisa dilihat, bahwa masjid ketika itu memiliki peran yang sangat penting bagi pembangunan masyarakat baik pembangunan yang bersifat material, terlebih pembangunan spiritual. Masjid menjadi pusat pendidikan, yaitu pusat pembangunan intelektual dan pembinaan mental spiritual. Disamping itu masjid juga dijadikan sebagai pengembangan ekonomi umat. Di masjidlah Rasulullah mengajarkan prinsip-prinsip ekonomi secara islam, juga menghimpun dana masyarakat, para aghniya', muzakki (orang yang berkewajiban membayar zakat), para dermawan yang kemudian di tasarufkan kepada fakir miskin dan orang-orang yang berhak menerimanya.

Dari masjid itulah Rasulullah berhasil merubah orang-orang Arab yang jahil menjadi orang-orang yang cerdas, merubah orang-orang Arab yang kejam, cinta dunia, senang mabuk-mabukan, dan hidup selalu mementingkan dirinya sendiri, yang miskin senang mencuri dan merampas hak orang lain, sementara yang kaya suka menindas dan memakan riba, menjadi orang-orang yang sangat penyanyang, hidup penuh dengan ibadah dan kesucian, serta menjadi para pahlawan yang siap mengorbankan apa saja demi memperjuangkan kemashlahatan dan kebenaran.

Dan dari masjid itulah Rasulullah berhasil menggembleng para sahabat mernjadi generasi pilihan yang nantinya menjadi para ulama dan para pemimpin umat. Merekalah yang kemudian menjadi khalifah, menjadi gubernur, para mentri (Wazir), para cendikiawan dan politisi islam. Merekalah sosok-sosok seperti Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, Ali karomallahu wajhah, Mu'awiyah bin Abi Sofyan, Amru bin Ash dan para sahabat ternama lainnya. Kalau dari kalangan para ulama' munculah nama-nama seperti Ibnu Abbas, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair dan masih banyak lagi yang lainya. Rasulullah berhasil mendidik dan mencetak generasi terbaik ini, yaitu generasi yang telah mengukir sejarah peradaban manusia yang besar dan tidak akan pernah dilupakan oleh zaman. Padahal mereka sebelumnya adalah kaum yang terbelakang, yaitu kaum yang telah disifati oleh Allah sendiri dalam kitab-NYA sebagai kaum yang ummi. Dia berfirman,

" Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." ( QS. Al-Jumu'ah : 2 )

Itulah fungsi dan peran masjid yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Masjid sebagai tempat ibadah, pusat dakwah, pusat pendidikan, dan pusat segala aktifitas kaum muslimin dalam rangka menyebarkan islam dan memperjuangkan tegaknya kalimah Allah SWT.

Mundur dan terpuruknya kondisi umat islam saat ini, baik dari sisi moral, sosial, ekonomi bahkan politik, salah satu sebabnya adalah hilangnya fungsi dan peran masjid sebagaimana fungsi dan peran yang pernah berlaku di zaman Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Masjid saat ini kebanyakan tak lebih dari sekedar tempat sholat harian yang hanya penuh ketika jum'atan atau hari raya. Masjid tak bisa bekiprah secara efektif dalam membimbing umat untuk memiliki kwalitas baik moral maupun intlektual sebagaimana zaman Rasulullah, para sahabat dan para ulama' dahulu. Bahkan di berbagai tempat, masjid adalah tempat asing yang tidak bisa memberi kenyamanan hidup, serta image positif bagi para jama'ahnya tetapi justru menjadi sumber masalah dan keresahan masyarakat karena konflik intern para pengurusnya. Apalagi banyak saat ini masjid-masjid yang sudah terkotak-kotak dalam bingkai ormas. Ada masjid NU, ada masjid Muhammadiyah, masjid LDII, masjid MTA, bahkan ada masjid Pancasila, yang satu sama lain tidak pernah terjalin komunikasi dan kerja sama membangun umat tetapi saling menjatuhkan dan menghujat. Maka dari itu, umat Islam mengalami berbagai macam kemunduran seperti sekarang ini, karena identitas Islam yang paling kongrit yaitu masjid, telah kehilangan jati dirinya.

Inilah potret masjid-masjid yang saat ini tersebar di sebagian besar masyarakat kita.

Untuk mengembalikan masjid sebagaimana fungsi dan peran awalnya, maka yang pertama yang harus dilakukan adalah bagaimana memahamkan seluruh kaum muslimin, khususnya para pengurus masjid mengenai pentingnya dakwah dan pendidikan bagi umat Islam. Dan salah satu tempat yang paling strategis dan paling real sebagai pusat dakwah dan pendidikan tersebut adalah masjid. Masjid seharusnya tidak hanya mengatur dan menyediakan tempat yang nyaman untuk sholat berjama'ah saja, tetapi masjid juga harus bisa mengagendakan program-program pembinaan umat yang nyata dan dinamis.

Oleh karena itu, seluruh dana yang berhasil dihimpun oleh masjid lewat zakat, infaq, dan shodaqoh sebagian besar harus digunakan untuk pembiayaan dakwah dan kegiatan-kegiatan islam. Tidak seperti sekarang ini, kebanyakan masjid hanya mengelola dana tersebut untuk kebutuhan operasional masjid sehari-hari, untuk pajak, biaya kebersihan, atau kalaupun masjid punya dana cukup besar, maka pengurus masjid berfikirnya hanya untuk biaya pembangunan atau perehaban semata. Sedangkan untuk dakwah, ta'lim, penyediaan sarana-sarana kajian islam, termasuk penyediaan buku-buku islam, tidak pernah dipikirkan sama sekali, bahkan dianggap tidak penting. Inilah sedikit kekeliruan yang dilakukan oleh para pengurus masjid.

Padahal bila kita menengok sejarah Rasulullah SAW dalam megelola masjid, maka kita akan mengetahui bahwa Rasulullah jauh lebih mengutamakan dakwah dan perjuangan Islam daripada hanya memikirkan bangunan fisik masjid. Dan Rasulullah tidak suka kalau para sahabat senang mengutamakan bangunannya dari pada pendidikannya. Dalam sebuah riwayat pernah ada kisah seorang badui Arab pernah kencing di masjid Nabawi karena tidak tahu kalau tempat itu masjid.

" Sesungguhnya Abu Hurairah ra. berkata, Seorang Arab Badui berdiri dan kencing di masjid, kemudian orang-orang ingin menegurnya. Maka Rasulullah SAW bersabda kepada mereka, 'Biarkan ia, siramlah saja di tempat baulnya tersebut dengan satu wadah air. Karena sesungguhnya aku diutus untuk memudahkan bukan untuk menyulitkan." (HR. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa masjidnya Nabi SAW sangat sederhana sekali sehingga orang Arab tersebut merasa nyaman kencing di situ tanpa sadar kalau tempat itu adalah masjid.

Inilah profil masjid yang dibangun oleh Rasulullah SAW. Sangat sederhana, namun dari masjid yang sangat sederhana inilah muncul pemuda-pemuda yang berhasil mengguncang dunia, yang akan terus dijadikan panutan dan kebanggaan oleh umat Islam.

Yang kedua, disamping menumbuhkan kesadaran umat Islam terhadap fungsi dan peran masjid, maka yang tidak kalah pentingnya adalah membangun kesadaran umat Islam mengenai pentingnya menjalin ukhuwah Islamiyah antar seluruh komponen umat Islam dari semua golongan, kelompok, atau ormas apapun. Dan tentu saja jalinan ukhuwah dan kerja sama tersebut juga harus dibangun sesuai dengan batas-batas wilayah kerja dan konsep pemahaman masing-masing golongan.

Perlu difahami bahwa Ukhuwah Islamiyah tidak mesti harus duduk bersama dalam sebuah forum komunikasi atau harus berada dalam satu payung organisasi. Tetapi saling memahami dan menghargai pendapat dan pandangan masing-masing, tanpa harus saling menuding sesat, saling menyalahkan, saling mengkufurkan dan sebagainya dalam hal-hal yang sepele, yang bukan termasuk pokok-pokok agama (Ushul Ad-Dien ) maka itu juga wujud ukhuwah islamiyah. Dan kalaupun masing-masing orang atau kelompok bertujuan untuk mengingatkan dan meluruskan kesalahan, maka hal itu bisa dilakukan dengan cara yang cerdas dan sebijak mungkin.

Memberi nasehat juga harus dilakukan dengan sikap-sikap yang konstruktif, bukan dengan sikap-sikap yang justru banyak menimbulkan perpecahan dan rasa permusuhan.

Ukhuwah Islamiyah juga bisa diwujudkan, dengan saling melakukan berbagai macam upaya pembinaan dan pembangunan umat yang masing-masing berjalan secara sinergi dan takamul, yakni saling melengkapi dan menyempurnakan. Semuanya bekerja dan beramal dengan caranya masing-masing, dan sesuai dengan misi dan visinya masing-masing. Namun dalam hal ini komunikasi, kerja sama dan sikap saling mendukung tetap harus dibangun untuk mewujudkan keserasian dan menghindari kesalah pahaman.

Dalam skup yang lebih global sampai perjuangan umat Islam yang menyentuh ranah politik misalnya, biarkan masing-masing golongan menempuh dan mengambil metode perjuanganya, sesuai dengan ilmu dan amal yang diyakini kebenarannya. Biarkan yang menempuh jalan lewat partai, berjuang sungguh-sungguh dengan partainya, biarkan yang memilih jalan radikal dengan menggembleng para pemuda mencintai ilmu dan mempersiapkan kekuatan fisiknya, serta identik dengan kegiatan-kegiatan reaksioner dan kontroversial, berjuang dengan keikhlasan dan kekuatannya. Biarkan pula kelompok-kelompok yang memilih berjuang lewat jalur pendidikan, pelayanan-pelayanan sosial, penggalangan dana dan pemberian santunan bagi orang-orang miskin, berjuang dengan kepandaian dan keuletannya. Bila semua itu difahami, dihargai dan didukung agar berkembang potensinya masing-masing, maka umat ini akan dapat menyelesaikan sebagian dari masalah-masalahnya, baik itu masalah sosial, politik, ekonomi ataupun yang lainya. karena setiap lini kehidupan tersebut telah ada yang mengurusi dan menyelesaikannya.

Akan sangat sulit sekali jika semua orang atau kelompok mempertahankan fanatismenya, dan ingin semua manusia bersatu dibawah benderanya, serta harus mengikuti pandangan dan pemahamannya. Ini adalah suatu hal yang mustahil, dan hanya akan menguras energi saja. Masing-masing pihak harus berfikir bahwa semua orang yang bisa dimasukkan dan diatur dalam barisannya dimasukkan dalam barisannya, sementara orang-orang yang ingin dan mantap dalam barisan kelompok lain biarkan ada dalam kelompok lain. Semuanya berjuang untuk islam dan demi kejayaan Islam. Madzab, ormas, partai, lembaga atau apapun itu namanya, hanyalah kendaraan saja. Sedangkan idealismenya harus sama yaitu bagaimana setiap muslim mau ikut ambil bagian dalam membina umat, membangun kemaslahatan dan kemakmuran umat Islam pada khususnya dan semua manusia pada umumnya.

Dalam hal ini jelas masing-masing pihak akan memiliki kekurangan dan kelebihan. Maka dari itu tawaashou bil haq, saling nasehat-menasehati, saling mengkritik dalam membangun, saling kontrol harus dijalankan oleh masing-masing pihak, namun tetap harus dalam bingkai persaudaraan dan kasih sayang, bukan dalam bingkai permusuhan.

Inilah hakekat Ukhuwah Islamiyah, yang kedudukanya sangat penting dalam Islam. Ukhuwah Islamiyah sebagai dasar dan modal utama bagi kaum muslimin untuk membina umat dan membangun masyarakat. Maka ukhuwah islamiyah harus tetap dibina dan dijaga eksistensinya di masjid.

Masjid harus dijadikan sebagai pusat pendidikan dan dakwah Islam, dan masjid juga harus dijadikan sepi dari berbagai macam kepentingan, perselisihan dan konflik yang tidak beralasan. Hendaklah semua kaum muslimin mendalami ilmu Islam, membangun persatuan, dan merekatkan tali persaudaraan, kemudian bekerja untuk kemajuan Islam, agar masjid, baitullah (Rumah Allah) ini bisa memberikan kesejukan dan kenyamanan kepada semua manusia untuk beribadah di dalamnya dan mencari ridho Allah SWT.



Marilah kita hargai buah karya orang lain, tinggalkan pesan dan komentar untuk bahan pengembangan kami...

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 comments: on "Lihat Masjid Kita..., Betapa Dahsyat Kekuatannya….!"

Post a Comment